Hidayatullah, Bupati Pembelajar Rendah Hati dan Pekerja Keras Itu Akhirnya Berhaji

Kisah Haji Para Tamu Allah

Hidayatullah, Bupati Pembelajar Rendah Hati dan Pekerja Keras Itu Akhirnya Berhaji

Sudrajat - detikHikmah
Jumat, 07 Jun 2024 16:02 WIB
Hidayatullah Sjahid, salah seorang jemaah haji Maktour yang berangkat tahun ini, 2024.
Hidayatullah Sjahid, jemaah haji Maktour. Foto: Dok Pribadi Hidayatullah Sjahid
Makkah - Di antara para jemaah haji Maktour yang berusia lanjut, Hidayatullah Sjahid terkesan paling pendiam. Tentu saja kesan itu keliru. Sebab ketika didekati dan diajak bicara, lelaki kelahiran 26 Juli 1957 itu semangat bercerita nyaris tak dapat dijeda.

Meski masih menjabat Bupati Kepahiang untuk periode kedua, dia tak seperti birokrat pada umumnya. Di tengah suhu udara di Madinah dan Makkah yang kurang bersahabat, dia justru terlihat biasa slanang-slonong sendiri ke Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram.

"Sebagai birokrat di kehutanan saya sejak muda memang biasa keluar masuk hutan, rupanya gaya itu terbawah terus," ujarnya diiringi tawa ringan saat berbincang sambil makan malam dengan detikcom di Restoran Hotel Der Al Tawhid Intercontinental, Makkah, Kamis (6/6/2024).

Selepas meraih gelar Sarjana Manajemen Kehutanan dari IPB pada 1981, Hidayatullah berkarier di Departemen Kehutanan (Dephut). Dia merintis mulai dari posisi staf pernah bertugas di Aceh, Bogor, Jakarta, dan Bengkulu. Setelah menjadi Kepala Kanwil Departemen Kehutanan Provinsi Bengkulu dia ditunjuk sebagai Penjabat Bupati Kepahiang, 4 Januari 2004 - 1 April 2005.

Pada 1997 dia bertugas di Aceh. Ketika banyak pejabat di sana meminta pindah ke daerah lain karena merasa tak nyaman akibat gangguan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Hidayatullah jusru sebaliknya. Ia berseloroh, namanya yang kental bernuansa Islam menjadi berkah tersendiri karena jadi tak tersentuh GAM.

Tak cuma tekun dalam bekerja, dia juga seorang pembelajar. Selepas jam kerja sebagai PNS, Hidayatullah melanjutkan kuliah S2 dengan bidang studi Manajemen di Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, 1999. Dia menulis tesis S2 bertajuk "Perilaku Konsumen Pemegang Kartu Kredit di Kota Banda Aceh". Untuk S-3, dia mengambil Ilmu Pemerintahan dari Universitas Padjadjaran, Bandung pada 2010 dengan disertasi, "Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah di Bidang Kehutanan di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu."

Bupati Kepahiang Hidayatullah SjahidBupati Kepahiang Hidayatullah Sjahid Foto: Sudrajat / detikcom

Selama di birokrasi, suami dari Efie Hidayat itu telah mengikuti semua jenjang Diklat Jabatan Struktural dan berkesempatan mengikuti berbagai Pelatihan Teknis dan Fungsional, baik di bidang Kehutanan, Manajemen, Keuangan, Perbankan, Lingkungan Hidup dan Pariwisata. Selain itu ia pernah mengikuti Short Course Urban Management and Local Development di Erasmus University, Rotterdam, Belanda.

Dalam perjalanan kariernya, Hidayatullah sempat menjabat sebagai Analis Kebijakan Bidang Geografi Kedeputian Sistem Nasional Sekjen Dewan Ketahanan Nasional RI dan Bandep urusan ekonomi atas rekomendasi Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. "Wantannas waktu itu tidak punya orang yang mengerti isu kehutanan, jadilah saya orang sipil di lembaga yang mayoritas para tentara itu," ujar Hidayatullah.

Setelah pensiun sebagai PNS dengan pangkat terakhir Pembina Utama (IV/e) pada 2015, Hidayatullah terjun ke dunia politik. Alasannya, hampir semua kebijakan publik merupakan produk keputusan politik. Sebagai mantan birokrat dengan pengalaman lebih dari 30 tahun, ia merasa punya bekal memadai untuk mengangkat kehidupan masyarakat Bengkulu, khususnya di Kepahiang.

Dalam pilkada 2016, duet Hidayatullah dan Netti Herawati yang disokong Partai Nasdem mendulang dukungan dari masyarakat sebanyak 35.243 suara dari 70.678 suara sah. Pada Pilkada 2020 dia berpasangan dengan pengusaha kopi Zurdi Nata dan unggul dengan meraih suara 29.736 suara (57,49%).

Satu hal yang menarik dari sosok Hidayatullah selama menjadi bupati adalah tidak pernah mendebat berbagai cibiran dan fitnah. Dia juga sengaja tak memiliki media sosial seperti lazimnya para kepala daerah di era sekarang. Memilih konsentrasi bekerja untuk rakyat adalah pilihannya.

"Salah satu kunci menjadi pemimpin itu memperbanyak rasa sabar. Biarlah masyarakat yang menilai dan merasakan hasilnya. Saya tak mau buang waktu meladeni caci maki, kritik, bahkan fitnah. Alhamdulillah sejauh ini saya tidak pernah berurusan dengan aparat hukum," tegas Hidayatullah.

Menjelang lengser sebagai bupati, dia merasa bersyukur karena mendapat panggilan Illahi untuk menunaikan ibadah haji. Sebetulnya, kata dia, kesempatan untuk berhaji berkali-kali datang kepadanya, terutama saat bertugas di Aceh. Namun dia tak tega meninggalkan sang istri dan ketiga anaknya yang masih kecil.

Ketika mendaftar pada 2017, jadwal untuk berhaji dari Maktour datang tiga tahun kemudian. Namun pada akhir 2020 dia harus menghadapi pilkada untuk periode kedua. "Saya memilih fokus memenangkan pilkada, karena kalau memaksakan ibadah haji juga takutnya tidak bisa khusyuk. Alhamdulillah sekarang saatnya," tutur Hidayatullah.


(jat/kri)

Hide Ads