Dari tiga room boy yang bertugas membersihkan kamar-kamar di lantai 5 Hotel Dar al Tawhid Intercontinental, dua di antaranya ternyata remaja asal Indonesia. Tepatnya dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, yakni Muji Hartono dan Mohammad Amin Al Ansori. Seorang lagi Raihaan, asal Bangladesh. Di lantai 5, sebanyak 87 calon jemaah haji khusus Paket Al Fath Maktour menginap. Juga para ustaz dan staf Maktour.
Kedua remaja itu tersenyum ramah seraya memberi salam, lalu meminta izin untuk membersihkan kamar kami. Selain sopan, keduanya bekerja dengan cekatan. Maklum sebelum bekerja di hotel bintang paling popular di Kota Mekkah ini, keduanya sudah menjalani pelatihan intensif selain memang sesuai latar belakang pendidikan mereka.
Mohammad Amin Al Ansori, misalnya, selepas dari SMAN 1 Pringgabaya, 2019 melanjutkan ke BLK Perhotelan Lombok. Ia mengikuti training di Fave Hotel Lombok, Casual di Santika Hotel, dan Aruna Senggigi hotel Lombok. "Saya baru lima bulan di Tawhid, Pak," ujar putra dari Arifuddin dan Zul'Aeni itu kepada detikHikmah.
Sebelum di Tawhid, Amin bekerja sebagai Asisten kepala Toko Alfamart. Dia lantas iseng-iseng mengirimkan CV kepada Afif, agen tenaga kerja di Lombok. Rupanya CV tersebut dilanjutkan ke PT Lansima dan PT Baharindo Mahdi Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Amin pun mengikuti tes di sejumlah perusahaan dan diterima di Restauran Wilayah Riyadh. Tak lama berselang dia juga diwawancarai via zoom oleh Manager Housekeeping Dar Al Tawhid Mekkah Mr. Mordy Ahmad, dan sepekan kemudian dia dinyatakan diterima. Amin mengaku dilemma. Namun setelah salat istikharah, dia memantapkan diri untuk menerima Dar Tawhid Intercontinental. Alasannya?
"Ternyata hotelnya di depan Masjidil Haram dan langsung berhadapan dengan Pintu Utama 79 menuju Kakbah. Saya piker ini adalah impian semua orang bisa di sini," kata Amin.
![]() |
Muji yang sudah setahun bekerja di Dar Al Tawhid punya alasan serupa. Alumnus Madrasah Aliyah Plus Abu Hurairah Mataram pada 2015 itu mengaku pernah mengikuti tes di beberapa perusahaan di Jeddah dan Madinah, serta hotel di Polandia, Eropa. "Yang dari Polandia wawancara langsung di Lombok. Dia siap menanggung semua biaya keberangkatan ke Eropa," ujar Muji Hartono.
Namun yang kerap terlintas di benak Lelaki kelahiran 27 Mei 1997 itu adalah Kakbah di Mekkah. Tak cuma melihat Kakbah, setahun bekerja di Tawhid Intercontinental, dia sudah menunaikan ibadah umrah. "Insyaallah musim haji ini saya ikut," ujarnya.
Sebagai room boy, tuga dan tanggung jawab Amin dan Muji adalah memastikan kamar bersih sebersih-bersihnya tanpa ada noda sedikitpun. Melayani tamu agar betah dan kembali menginap di Tawhid "Pokoknya kami harus mengutamakan daripada diri sendiri," ujar Muji.
Selain bergaji setara Rp 6 juta per bulan, keduanya menempati mess dengan fasilitas bintang 4. Sebab di mess tempat mereka tinggal dilengkapi kolam renang, fasilitas gym, dan akses ke transportasi umum yang strategis sehingga irit ongkos.
Dengan gaji sebesar itu, Amin dan Muji rupanya menjadikan Dar Tawhid sebagai batu loncatan untuk cita-cita selanjutnya. Bila tabungan dirasa sudah cukup, Amin ingin membuka toko sendiri sekelas Alfamart, tempatnya pernah tiga tahun mengais rezeki. Sementara Muji bermimpi ingin keliling dunia. Karena itu setelah pengalaman di hotel bintang lima ini cukup, dia ingin bekerja di kapal pesiar.
"Di kapal pesiar itu harus memiliki sertifikat hotel bintang 5, saya ingin keliling dunia sambil digaji," ujarnya diiringi tawa kecil. Good Luck Brothers...
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi