Selepas salat Ashar rombongan jemaah haji khusus pria Maktour memasuki Raudhah, Kamis (30/5/2024). Ada ribuan jemaah mancanegara turut antre, bergiliran untuk bisa masuk ke salah satu titik di dalam Masjid Nabawi yang disebut juga sebagai Taman Surga.
Lokasinya berada di antara rumah Nabi (sekarang makam Nabi) dan mimbar. Luas dari arah timur ke barat sepanjang 22 meter dan dari utara ke selatan 15 meter.
Sebelum memasuki Raudhah, jemaah berkumpul di area tunggu pelataran Masjid Nabawi di bawah sengatan matahari dengan suhu sekitar 41-44 derajat Celsius. Tepatnya antara pintu gerbang 360-362 di dekat area pemakaman Baqi.
Dari situ, jemaah bergerak menuju ke dalam masjid yang lokasinya berdekatan dengan Raudhah. Beberapa meter sebelum pintu masuk jemaah diberi kantong plastik untuk menyimpan alas kaki.
Selama menunggu sekitar 10 menit di dalam masjid beberapa petugas membagikan air zamzam dari tangki yang mereka gendong. Petugas lainnya yang mengiringi membawa kantong plastik besar untuk menampung cangkir-cangkir plastik bekas minum para jemaah.
Bersama rombongan kami dari Maktour, turut menunggu jemaah asal Irak dan beberapa negara Afrika yang mengenakan pakaian warna-warni. Di antara kami mengisi waktu dengan bersholawat dan mengaji.
Ketika datang isyarat dari petugas untuk berbaris masuk Raudhah, seketika jemaah bangkit. Tergopoh-gopoh untuk bisa masuk lebih dulu, menempati titik terdekat dengan makam dan mihrab. Lantunan salam dan sholawat dengan lirih menggema dengan syahdu.
Tanpa komando, semua jemaah melaksanakan salat tahiyatul masjid, dilanjut salat taubat, dan salat hajat. Di momen-momen itulah suasana haru membekap tiba-tiba. Sayup-sayup isak tangis dari berbagai sudut bermunculan. Beberapa di antaranya suara tangis terdengar cukup keras. Sambil terisak, para jemaah memanjatkan doa-doa mereka masing-masing.
Total waktu dari ritual tersebut sekitar 10 menit. Sejumlah petugas langsung merangsek, mengingatkan jemaah untuk segera meninggalkan Taman Surga itu dan memberi kesempatan kepada ratusan jemaah lain yang sudah antre. Sambil merayap keluar, sejumlah jemaah mengeluarkan ponsel mereka untuk mengabadikan makam, mihrab, tiang-tiang, dan suasana yang terjadi.
![]() |
"Mungkin karena selama ini gue orangnya bandel ya, tiba-tiba pas di Raudhah tadi air mata gue ngucur gitu aja. Gue gak berdoa panjang-panjang, cuma semoga dengan syafaat Rasulullah bisa berubah jadi orang baik," tutur Fauzie Pradita Abbas, jemaah asal Bogor.
Ia juga mengaku sempat berdoa agar tidak kembali terjerumus ke perilaku yang tidak baik. "Juga biar keluarga dan keturunan gue kelak terbebas dari api neraka, dan bisa masuk surga," imbuhnya dengan kedua bola mata yang masih tampak sembab, memerah.
Sementara Arif Ismail mengaku sangat bersyukur karena dapat menunaikan salat-salat sunnah dan berdoa dengan tukmaninah. "Alhamdulillah gak ada yang dorong-dorong dari belakang maupun samping," kata jemaah bertubuh gempal asal Slipi, Jakarta Barat itu.
(jat/kri)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana