Kemenag Nilai Manajemen Garuda Gagal Tangani Masalah Penerbangan Haji

Kabar Haji 2024

Kemenag Nilai Manajemen Garuda Gagal Tangani Masalah Penerbangan Haji

Hanif Hawari - detikHikmah
Rabu, 22 Mei 2024 16:15 WIB
Jubir Kemenag Anna Hasbie
Juru Bicara (Jubir) Kemenag, Anna Hasbie. (dok Kemenag)
Jakarta - Maskapai penerbangan Garuda Indonesia lagi-lagi membuat kecewa Kementerian Agama (Kemenag). Untuk kesekian kalinya, penerbangan jemaah haji mengalami masalah.

"Kami mencatat banyak persoalan yang terjadi dalam sepekan terakhir penerbangan jemaah haji Indonesia. Kami melihat performa Garuda Indonesia tahun ini sangat buruk," ujar Juru Bicara Kementerian Agama, Anna Hasbie, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (22/5/2024).

Kemenag sudah melayangkan surat teguran tertulis kepada Garuda Indonesia pada 16 Mei 2024. Namun, tetap saja, Kemenag menilai masih belum ada perbaikan layanan secara signifikan.

"Kami sudah sampaikan teguran tertulis, tapi belum ada perbaikan signifikan," tutur Anna Hasbie.

Tahun ini, kinerja Garuda Indonesia dinilai buruk. Manajemen Garuda Indonesia gagal dalam memberikan layanan terbaik kepada jemaah haji Indonesia 2024 pada fase pemberangkatan yang sudah berlangsung sejak 12 Mei.

"Kami melihat manajemen Garuda gagal dalam memberikan layanan terbaik untuk jemaah haji," jelas Anna Hasbie.

Dalam catatan Kemenag, persoalan dalam penerbangan sudah terjadi sejak awal. Pertama, kerusakan mesin pesawat terjadi di Embarkasi Makassar.

Sayap kanan pesawat Garuda Indonesia mengeluarkan api saat take off penerbangan jemaah kelompok terbang kloter lima Embarkasi Makassar (UPG-5). Kondisi ini akhirnya berdampak domino pada keterlambatan sejumlah penerbangan setelahnya.

Kedua, soal keterlambatan penerbangan. Ontime performance (OTP) Garuda Indonesia sangat buruk. Kemenag mencatat bahwa persentase keterlambatan penerbangannya sangat tinggi mencapai 47,5 persen.

"Dari 80 penerbangan, 38 di antaranya mengalami keterlambatan. Bahkan ada keterlambatan sampai 3 jam 50 menit. Kalau ditotal, keterlambatan itu mencapai 32 jam 24 menit. Ini tentu sangat disayangkan," ungkap Anna.

Ketiga, pecah kloter terjadi lebih sering dari yang diperkirakan. Perencanaan Garuda Indonesia ternyata meleset karena pecah kloter yang awalnya diperkirakan hanya akan terjadi sekali, terjadi beberapa kali.

Anna menyebutkan salah satu kloter yang terpecah adalah UPG-06. Disebutya, pihak Garuda Indonesia tidak bisa menggantikan pesawat yang mesinnya rusak dengan jenis pesawat yang sama.

"Kami mencatat sampai hari ini sudah ada empat penerbangan yang pecah kloter. Maksudnya, satu kloter jemaah tidak bisa diterbangkan secara bersama-sama," kata Anna.

"Potensi ini masih bisa bertambah jika tidak dimitigasi dengan baik karena masa penerbangan jemaah ke Tanah Suci masih akan berlangsung hingga 10 Juni mendatang," sambungnya.

Evaluasi keempat yang disebut Anna, tas kabin dan kursi roda jemaah tidak terbawa. Peristiwa ini dialami oleh penerbangan jemaah kloter 28 Embarkasi Solo (SOC 28).

Sebanyak 11 kursi roda dan 120 koper kabin tidak terangkut. Hal ini membuat jemaah dan petugas harus mencari-cari barang tersebut setelah mereka mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.

"Ini bahkan tidak ada informasi dari Garuda. Padahal petugas haji pontang panting terus mencarinya. Belakangan kita tahu bahwa 11 kursi roda dan 120 koper kabin itu tidak terbawa dan baru diterbangkan bersama pesawat yang memberangkatkan kloter 33 Embarkasi Solo atau SOC 33," beber Anna.

"Ini jelas merugikan jemaah SOC 28. Garuda harus meminta maaf dan memberikan kompensasi langsung kepada jemaaah. Garuda harus segera melakukan perbaikan ke depan," tukasnya.


(hnh/rah)

Hide Ads