Jemaah haji akan mendapatkan pemantauan kesehatan selama 21 hari usai tiba di Tanah Air. Mereka juga diimbau agar menjalani pola hidup sehat untuk meminimalisir risiko penyebaran penyakit menular.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Kesehatan Haji Liliek Marhaendro Susilo.
"Jemaah haji selama ibadah haji kerap berkerumun dan berinteraksi dengan jemaah dari berbagai negara di Tanah Suci. Oleh karena itu kita perlu meningkatkan kewaspadaan pada risiko penyebaran penyakit menular," ujar Liliek, seperti dikutip dari laman Kemenag, Senin (24/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya selama ibadah haji, jemaah berkerumun dalam jumlah besar dari berbagai negara. Hal ini sangat berpotensi meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular. Maka dari itu, kata Liliek, jemaah harus meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Penyakit menular yang berpotensi menimbulkan Public Health Emergency of International Concern (PHEIOC) adalah COVID-19, Mers-Cov, Meningitis, dan Polio. Apabila terdapat demam atau gejala sakit lainnya, jemaah diimbau segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat dengan membawa Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH).
"Jika dalam masa pemantauan, jemaah haji timbul gejala sakit maka kami imbau untuk memeriksakan diri di Faskes terdekat dengan membawa K3JH," ucap Liliek.
Pihaknya juga mengimbau jemaah untuk mengonsumsi makanan yang bergizi, beristirahat yang cukup serta rajin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer. Kemudian, memakai masker jika mengalami batuk atau pilek dan hindari kontak langsung dengan orang lain seperti berpelukan, berciuman, dan berjabat tangan.
"Jemaah haji kami imbau untuk tetap menerapkan protokol kesehatan selama masa pemantauan dan menerapkan PHBS seperti tetap mengonsumsi makanan yang bergizi, beristirahat yang cukup, dan rajin mencuci tangan dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer," jelas Liliek.
Petugas kesehatan di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) juga telah disiapkan di bandara Indonesia. Mereka akan memberikan pelayanan bagi jemaah haji yang mengalami gangguan kesehatan. Sebagai contoh di Bandara Soekarno Hatta, ada 3 ruangan yang disiapkan yaitu ruangan pemeriksaan, ruangan observasi, dan ruangan karantina.
Liliek berharap, jemaah bisa menjadi haji mabrur dan sehat setibanya di Indonesia. Selain itu mereka juga dapat kembali berkumpul dengan keluarga di Tanah Air dalam kondisi yang baik.
(hnh/kri)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
Laki-laki yang Tidak Sholat Jumat, Bagaimana Hukumnya?