Umrah di Bulan Syawal, Sama Seperti yang Dilakukan Rasulullah SAW

Umrah di Bulan Syawal, Sama Seperti yang Dilakukan Rasulullah SAW

Devi Setya - detikHikmah
Jumat, 28 Apr 2023 13:15 WIB
Muslim worshippers gather before the Kaaba, Islams holiest shrine, as they perform the Maghrib (sunset) prayer to mark the end of the first day of fasting in the holy month of Ramadan, at the Grand Mosque in the holy city of Mecca on March 23, 2023. (Photo by Abdel Ghani BASHIR / AFP) (Photo by ABDEL GHANI BASHIR/AFP via Getty Images)
Ilustrasi ibadah umrah di bulan Syawal Foto: Abdel Ghani Bashir/AFP via Getty Images
Jakarta -

Umrah merupakan ibadah yang dilakukan di Tanah Suci. Ibadah ini bisa dilakukan saat bulan Syawal. Hal ini pernah dicontohkan Rasulullah SAW yang semasa hidupnya melakukan umroh saat bulan Syawal.

Ustaz M. Syukron Maksum dalam bukunya Bimbingan Lengkap Haji dan Umrah menjelaskan umrah menurut bahasa bermakna ziarah
(berkunjung). Sementara menurut syara', umrah adalah menziarahi Kakbah, melakukan thawaf di sekelilingnya, sa'i antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut.

Umrah dapat dilaksanakan bersamaan dalam rangkaian haji dan bisa juga dikerjakan sewaktu-waktu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

M. Quraish Shihab dalam bukunya tentang haji dan umrah menyatakan bahwa banyak ulama yang berpendapat hukum umrah seperti halnya haji yakni wajib. Akan tetapi ada sebagian ulama yang menilainya sebagai sunnah.

Seseorang boleh mengerjakan umrah di bulan-bulan haji, tanpa mengerjakan ibadah haji, alias berumrah saja. Hal ini pernah dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab. Umar pernah mengerjakan umrah di bulan Syawal, lalu kembali ke Madinah tanpa mengerjakan haji.

ADVERTISEMENT

Rasulullah SAW juga pernah melakukan umrah di bulan Syawal.

Umrah di Bulan Syawal

Melansir laman NU Online, Jumat (28/4/2023) menunaikan ibadah umrah di bulan Syawal hukumnya diperbolehkan, sebagaimana umrah di bulan-bulan lainnya. Hal ini berdasarkan salah satu riwayat yang dikutip Imam Malik bin Anas dalam salah satu karyanya, Kitab al-Muwattha',

ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠ ุตูŽู„ู‰ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุนู’ุชูŽู…ูุฑู’ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุซูŽู„ุงูŽุซูŽ ุนูู…ูŽุฑู ุฅูุญู’ุฏูŽุงู‡ูู†ู‘ูŽ ูููŠ ุดูŽูˆู‘ูŽุงู„ู ูˆูŽุงุซู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ูููŠ ุฐููŠู’ ุงู„ู’ู‚ูŽุนู’ุฏูŽุฉู

Artinya, "Sungguh Nabi Muhammad SAW tidak umrah kecuali tiga kali umrah, satu kali di bulan Syawal, dan dua kali di bulan Dzulqa'dah." (HR Malik).

Dalam riwayat Sayyidah Aisyah ra juga disebutkan bahwa Nabi pernah melangsungkan umrah di bulan Syawal,

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ุฑูŽุถูู‰ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง: ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‰ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุงุนู’ุชูŽู…ูŽุฑูŽ ุนูู…ู’ุฑูŽุชูŽูŠู’ู†ู ููู‰ ุฐูู‰ ุงู„ู’ู‚ูุนู’ุฏูŽุฉู ูˆูŽุนูู…ู’ุฑูŽุฉู‹ ููู‰ ุดูŽูˆู‘ูŽุงู„ู

Artinya: "Dari Aisyah ra: sungguh Nabi Muhammad saw pernah melakukan umrah dua kali, yaitu umrah pada bulan Dzulqa'dah dan umrah pada bulan Syawal." (HR Abu Dawud).

Berdasarkan hadits tersebut, Imam Nawawi dalam salah satu karyanya mengatakan bahwa Imam Syafi'i dan mayoritas ulama Syafi'iyah mengatakan bahwa semua bulan dalam satu tahun bisa digunakan untuk melakukan umrah, dan tidak makruh melakukannya di bulan apa pun, baik bulan haji ataupun tidak.

Hukum Umrah Sekaligus Haji

Meskipun diperbolehkan, tetapi melangsungkan umrah di bulan-bulan haji, seperti bulan Syawal, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah, bisa saja mewajibkan dam (denda). Hal ini berlaku jika setelah umrah, seorang muslim tetap tinggal (muqim) di Makkah hingga musim haji, kemudian ia melakukan haji pada bulan tersebut tanpa pulang terlebih dahulu.

Kewajiban hadyu sebagaimana dalam praktik ini disebabkan status hajinya merupakan haji tamattu'. Haji tamattu sendiri adalah ibadah haji yang dilakukan setelah melakukan umrah, atau mendahulukan umrah sebelum haji di tahun yang sama dan dilakukan dalam satu perjalanan.

Berkaitan dengan kewajiban hadyu ini, Syekh Muhammad Az-Zarqani dalam kitabnya mengatakan:

ู…ูŽู†ู’ ุงูุนู’ุชูŽู…ูŽุฑูŽ ูููŠ ุดูŽูˆู‘ูŽุงู„ู ุฃูŽูˆู’ ุฐููŠู’ ุงู„ู’ู‚ูŽุนู’ุฏูŽุฉู ุฃูŽูˆู’ ุฐููŠู’ ุงู„ู’ุญูุฌู‘ูŽุฉู ุซูู…ู‘ูŽ ุฑูŽุฌูŽุนูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ู ุซูู…ู‘ูŽ ุญูŽุฌู‘ูŽ ู…ูู†ู’ ุนูŽุงู…ูู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู‡ูŽุฏู’ูŠูŒุŒ ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ุงู„ู’ู‡ูŽุฏู’ูŠู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุงูุนู’ุชูŽู…ูŽุฑูŽ ูููŠู’ ุฃูŽุดู’ู‡ูุฑู ุงู„ู’ุญูŽุฌูู‘ ุซูู…ู‘ูŽ ุฃูŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽุฌู‘ูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ุญูŽุฌู‘ูŽ

Artinya, "Barangsiapa yang melakukan umrah di bulan Syawal, atau Dzulqa'dah, atau Dzulhijjah, kemudian pulang menuju keluarganya, selanjutnya menunaikan haji di tahun tersebut, maka tidak wajib baginya untuk membayar hadyu. Hadyu hukumnya wajib bagi orang yang melakukan umrah di bulan-bulan haji, selanjutnya ia menetap (muqim) hingga memasuki bulan haji, kemudian melakukan haji." (Az-Zaraqani, Syarhu az-Zarqani 'alal Muwattha', [Kairo, Maktabah at-Tsaqafah: 2003], juz II, halaman 358).

Kewajiban membayar hadyu sebagaimana ditegaskan oleh Syekh Az-Zarqani dalam praktik di atas apabila memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Umrah dan haji dilakukan dengan satu perjalanan
2. Umrah dilakukan di bulan-bulan haji dan di tahun yang sama
3. Orang yang menunaikan ibadah umrah bukan penduduk Makkah.

Jika tiga syarat tersebut terpenuhi, maka wajib untuk membayar dam, berupa menyembelih hewan dan jika tidak terpenuhi, maka tidak harus membayar dam.




(dvs/lus)

Hide Ads