Di antara lebih dari enam ribu ayat dalam Al-Qur'an, Ayat Kursi menempati posisi istimewa sebagai ayat yang paling agung. Rasulullah SAW menyebutnya sebagai sayyidatul ayat yang artinya penghulu segala ayat dalam Al-Qur'an.
Ayat ini bukan hanya menjadi bacaan untuk mendapatkan pahala, tetapi juga sebagai dzikir pelindung yang memberikan ketenangan dan rasa aman bagi siapa pun yang membacanya dengan penuh keyakinan.
Dalam kitab Ad-Durrul Mantsur disebutkan Ayat Kursi itu adalah sebesar-besar ayat dalam kitabullah, dan ia adalah salah satu ayat dari surat Al-Baqarah yang bila dibaca pada waktu sore akan dipelihara dari gangguan setan hingga pagi harinya, dan bila dibaca pada waktu pagi, akan dipelihara gangguan setan hingga sore harinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bacaan Lengkap Ayat Kursi
Arab:
اللّٰهُ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَهُ مَا فِي السَّمٰوٰتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ ۖ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Latin:
Allahu la ilaha illa huwa al-hayyu al-qayyum. La ta'khudzuhu sinatun wa la naum. Lahu ma fis-samawati wa ma fil-ardh. Man dzal-ladzi yashfa'u 'indahu illa bi idhnih. Ya'lamu ma baina aidihim wa ma khalfahum, wa la yuhituna bisyai'in min 'ilmihi illa bima sya'a. Wasi'a kursiyyuhus-samawati wal-ardh, wa la ya'uduhu hifzhuhuma, wa huwal 'aliyyul 'azhim.
Artinya:
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Hidup, Yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). Tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu pun dari ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi, dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung." (QS. Al-Baqarah [2]: 255)
Makna dan Kandungan Ayat Kursi
Ayat Kursi adalah ayat yang menjelaskan kemahakuasaan dan kesempurnaan Allah SWT dalam mengatur alam semesta. Kandungan maknanya mencakup beberapa aspek mendasar dalam akidah Islam:
Tauhid dan Keesaan Allah
Kalimat "Allah, tidak ada Tuhan selain Dia" menegaskan bahwa hanya Allah satu-satunya yang berhak disembah, tanpa sekutu atau perantara.
Menurut Imam Ath-Thabari, ayat ini menafikan segala bentuk kemusyrikan dan menetapkan keesaan Allah secara mutlak.
Sifat Allah yang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri
Al-Hayyu berarti Allah Maha Hidup secara kekal, tidak berawal dan tidak berakhir.
Al-Qayyum berarti Allah yang berdiri sendiri, yang menegakkan dan mengatur seluruh ciptaan tanpa bantuan siapa pun.
Penjagaan Allah yang Sempurna
"Tidak mengantuk dan tidak tidur" menggambarkan bahwa Allah tidak pernah lalai. Berbeda dengan makhluk, Allah selalu mengawasi seluruh alam secara sempurna tanpa jeda.
Kepemilikan dan Kekuasaan Mutlak
"Milik-Nya apa yang di langit dan di bumi" menegaskan bahwa seluruh alam semesta berada dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada satu makhluk pun yang bebas dari kehendak Allah.
Syafaat Hanya dengan Izin-Nya
Tidak ada yang dapat memberi pertolongan atau syafaat kecuali dengan izin Allah. Ini menunjukkan bahwa segala urusan akhirat tetap berada di bawah kekuasaan-Nya.
Ilmu Allah yang Meliputi Segala Sesuatu
Allah mengetahui segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi.
Tidak ada batas bagi pengetahuan Allah, sedangkan manusia hanya diberi sebagian kecil dari ilmu itu.
Kursi sebagai Simbol Kekuasaan Allah
"Kursi-Nya meliputi langit dan bumi" menunjukkan keluasan kekuasaan-Nya.
Dalam tafsir Al-Qurtubi, disebutkan bahwa "Kursi" bukan tempat duduk, tetapi simbol keagungan dan kekuasaan Allah yang meliputi seluruh ciptaan.
Penegasan Keagungan Allah
Penutup ayat, "Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung", menunjukkan bahwa Allah memiliki derajat tertinggi di atas seluruh makhluk, dan tidak ada yang dapat menandingi kebesaran-Nya.
Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azhim, Ayat Kursi merupakan ayat paling agung karena mengandung seluruh prinsip tauhid dan sifat-sifat kesempurnaan Allah SWT. Ia menulis, "Ayat ini menjelaskan bahwa Allah Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri. Tidak ada yang menyerupai-Nya, tidak ada yang mampu menandingi ilmu dan kekuasaan-Nya."
Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa "Kursi" di sini bukanlah singgasana fisik, melainkan lambang keluasan kekuasaan dan ilmu Allah yang meliputi seluruh langit dan bumi.
Ath-Thabari menjelaskan dalam Jami' al-Bayan bahwa penggunaan kata "Kursi" menandakan simbol dominasi dan kerajaan Allah atas seluruh ciptaan-Nya. Beliau menafsirkan bagian "Wasi'a kursiyyuhus-samawati wal-ardh" sebagai:
"Kekuasaan Allah meliputi seluruh alam semesta, baik langit maupun bumi, dan tidak ada yang keluar dari pengawasan-Nya."
Keutamaan Membaca Ayat Kursi
Beberapa hadits sahih menyebutkan keutamaan luar biasa bagi siapa pun yang membaca Ayat Kursi dengan penuh keimanan.
Perlindungan dari Gangguan Setan
Dalam HR. Bukhari, disebutkan kisah Abu Hurairah yang diajarkan oleh setan:
"Jika engkau membaca Ayat Kursi sebelum tidur, maka Allah akan menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi."
Rasulullah SAW membenarkan hal tersebut dan bersabda,
"Benar apa yang dikatakannya, walau dia pendusta."
Menjadi Penghalang dari Neraka dan Jalan Menuju Surga
Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa membaca Ayat Kursi setiap selesai sholat wajib, maka tidak ada yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian." (HR An-Nasa'i dan Ibnu Hibban)
Bacaan Dzikir saat Pagi dan Petang
Ayat Kursi termasuk dalam bacaan dzikir pagi dan sore yang disunnahkan Rasulullah SAW untuk memohon perlindungan dari keburukan hari.
Wallahu a'lam.
(dvs/kri)












































Komentar Terbanyak
Penjelasan Kemenag soal Penetapan Waktu Subuh di Indonesia
Adab Menuntut Ilmu dalam Islam, Awali dengan Niat
Hukum Memelihara Anjing di Rumah Menurut Hadits dan Pendapat 4 Mazhab