Doa ketika Melihat Langit Sesuai Anjuran Rasulullah SAW

Doa ketika Melihat Langit Sesuai Anjuran Rasulullah SAW

Berliana Intan Maharani - detikHikmah
Jumat, 07 Jul 2023 05:45 WIB
Bentangan galaksi Bimasakti atau milky way terlihat jelas di perbatasan NTT-Timor Leste karena lokasi ini minim polusi. Penasaran seperti apa foto-fotonya?
Ilustrasi membaca doa ketika melihat langit. Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Saat melihat langit yang indah, terkadang seseorang merasa kagum hingga mengabadikannya melalui jepretan foto. Keindahan langit termasuk ciptaan Allah SWT sehingga sudah sepatutnya umat Islam dapat memanjatkan doa saat memujinya.

Segala ciptaan Allah SWT di alam semesta menunjukkan tanda keagungan-Nya. Keindahan yang ada di langit tidak serta merta terwujud begitu saja, melainkan Allah SWT telah begitu detail menciptakannya.

Sudah semestinya, memandangi keindahan langit juga dapat membawa seseorang kepada pengalaman ruhaniyah terhadap kemahabesaran Allah SWT. Tak sedikit orang merasa damai saat memandangi langit dan menikmati keindahan yang tertangkap oleh mata.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip dari Kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi, Rasulullah SAW dalam hadits shahih menganjurkan umatnya untuk membaca doa ketika melihat langit. Seperti apa bacaan doanya?

Bacaan Doa ketika Melihat Langit

Bacaan doa ketika melihat langit merupakan kutipan dari Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 191 yang berbunyi:

ADVERTISEMENT

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Arab-latin: rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā 'ażāban-nār.

Artinya: "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Perintah untuk Merenungkan Penciptaan Langit dan Bumi

Dalam bacaan lengkap surat Ali Imran tersebut, diterangkan tentang perintah bagi umat Islam untuk mengingat Allah SWT serta merenungkan penciptaan langit dan bumi. Berikut ini bacaan lengkap surat Ali Imran ayat 190-191:

إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ . ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Arab-Latin: Inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri la`āyātil li`ulil-albāb. Allażīna yażkurụnallāha qiyāmaw wa qu'ụdaw wa 'alā junụbihim wa yatafakkarụna fī khalqis-samāwāti wal-arḍ, rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā 'ażāban-nār.

Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS Ali Imran: 190-191)

Diterangkan dalam Kitab Tafsir fi Zhilalil Qur'an Edisi Istimewa Jilid 4 oleh Sayyid Quthb, seseorang yang dapat memikirkan penciptaan langit dan bumi sebagai tanda-tanda kebesaran Allah termasuk dalam golongan ulul albab.

Golongan ulul albab adalah orang-orang yang memiliki akal, pikiran, dan pemahaman yang benar. Ia juga senantiasa banyak berdzikir, bertafakur, dan mengingat Allah SWT dalam segala kondisi, baik saat berdiri, duduk, maupun berbaring.

Lebih lanjut dijelaskan, umat Islam yang senantiasa mampu menggunakan akal dan pikirannya untuk memikirkan penciptaan alam semesta dapat menjadi bagian dari golongan ulul albab yang dimuliakan Allah SWT.




(kri/kri)

Hide Ads