Toleransi merupakan sikap yang tidak bisa lepas dari nilai-nilai ajaran Islam. Keharusan untuk memiliki sikap toleransi ini disebutkan dalam Al-Qur'an maupun hadis.
Toleransi terhadap sesama muslim ini terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abi Musa ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Ψ§ΩΩΩ
ΩΨ€ΩΩ
ΩΩΩ ΩΩΩΩΩ
ΩΨ€ΩΩ
ΩΩΩ ΩΩΨ§ΩΩΨ¨ΩΩΩΩΩΨ§ΩΩ ΩΩΨ΄ΩΨ―ΩΩ Ψ¨ΩΨΉΩΨΆΩΩΩ Ψ¨ΩΨΉΩΨΆΩΨ§
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Hubungan orang mukmin dengan orang mukmin yang lain bagaikan satu bangunan yang saling memperkokoh satu sama lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam tidak melarang umatnya untuk melakukan toleransi terhadap non muslim atas dasar kemanusiaan. Namun, Islam melarang adanya toleransi yang menyangkut ibadah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Kafirun ayat 5 yang berbunyi:
ΩΩΩΩΩ
Ω Ψ―ΩΩΩΩΩΩΩ
Ω ΩΩΩΩΩΩ Ψ―ΩΩΩΩ
Arab latin: lakum dΔ«nukum wa liya dΔ«n
Artinya: "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".
Mengutip buku Menakar Kadar Toleransi: Majalah Tebuireng Edisi 80, berikut beberapa kisah tentang sikap toleransi yang dicontohkan Rasulullah SAW:
1. Kisah Toleransi Rasulullah SAW terhadap Kaum Thaif
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, terdapat sebuah kejadian yang menunjukkan sikap toleran dari Rasulullah SAW. Berikut kisahnya:
Bunda Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah, pernahkan Anda mengalami hari yang lebih buruk dari perang Uhud?" Lalu Rasulullah SAW menjawab:
"Aku pernah menemui kaum yang sangat kejam yang belum pernah aku temui sebelumnya. Yaitu saat aku menemui suatu kaum kaum di kampung Aqabah (Thaif). Ketika itu, aku bermaksud menemui Ibnu Abi Yalil bin Abdi Kulal (untuk meminta bantuan dan untuk menyebarkan Islam).
Namun dia tidak memenuhi permintaanku. Aku pun pulang dalam keadaan wajah yang berdarah (karena perbuatan warga Thaif yang melempari batu).
Ketika aku berhenti di Qarnul Tsa'alib, aku melihat awan menaungiku sehingga aku merasa teduh. Lalu, Malaikat Jibril memanggilku dan bertanya, "Sesungguhnya Allah telah mendengar hinaan kaummu dan penolakan mereka terhadapmu. Kini Allah SWT telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu."
Kemudian, malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Rasulullah SAW apakah beliau berkenan jika dua gunung yang ada di kota Makkah itu ditimpakan kepada mereka sebagai pembalasan. Rasulullah ternyata menolak tawaran itu.
Tidak terbesit sedikitpun di dalam hati beliau niat untuk membalas sikap buruk mereka, "Aku berharap mudah-mudahan Allah SWT mengeluarkan dari tulang rusuk mereka (keturunan) yang menyembah Allah Yang Maha Esa dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun." (HR. Imam Bukhari)
2. Kisah Toleransi Rasulullah SAW terhadap Kaum Yahudi
Selain itu, diriwayatkan juga oleh Bukhari bahwa Rasulullah SAW memiliki rasa toleransi kepada kaum Yahudi. Berikut kisahnya:
"Pernah ada salah seorang anak Yahudi yang biasa melayani Rasulullah SAW sedang sakit. Lalu Rasulullah SAW membesuknya, kemudian duduk di sisi kepalanya. 'Masuk Islamlah, Nak!' seru beliau kepada sang anak Yahudi tersebut.
Sang anak memandangi bapaknya yang juga ada di sisi kepalanya. Lalu sang bapa berkata kepadanya, "Taatilah Abul Qasim (Muhammad)." Anak itu pun kemudian masuk Islam. Lalu Rasulullah SAW keluar seraya berkata, "Segala puji bagi Allah SWT yang telah menyelamatkannya dari neraka." (HR. Bukhari)
(lus/lus)












































Komentar Terbanyak
Ma'ruf Amin Dukung Renovasi Ponpes Pakai APBN: Banyak Anak Bangsa di Sana
Gus Irfan soal Umrah Mandiri: Pemerintah Saudi Izinkan, Masa Kita Larang?
MUI Surakarta Jelaskan Hukum Jenazah Raja Dimakamkan dengan Busana Kebesaran