Anwar Pandawa Lima, Penari Sufi dari Cilincing

Sosok

Anwar Pandawa Lima, Penari Sufi dari Cilincing

Nada Celesta - detikHikmah
Senin, 08 Apr 2024 12:10 WIB
Jakarta -

Muhammad Anwar Pandawa Lima hanya remaja biasa dari keluarga sederhana di Jakarta Utara. Namun ia menjelma menjadi sosok yang baru setelah tubuhnya dibalut tenur putih serta hirqa atau tunik, dilengkapi dengan sikke atau topi panjang berwarna kecoklatan. Ia menjadi seorang penari Sufi. Penari yang menggambarkan ketakutan sekaligus kebahagiaan kepada Ilahi dalam satu gerakan.

Jika Anwar tidak sibuk pentas di, ia biasa mengikuti latihan tari di hari Sabtu dan Minggu sore di komunitas Tari Sufi Jakarta Utara yang dinaungi oleh Majlis Ta'lim Al-badar. Anwar mengaku, rutinitas yang sudah dijalankan selama enam tahun ini telah melekat pada dirinya.

"Sekalinya udah lama nggak latihan, nah terus mau latihan lagi, itu biasanya kita ya ngerasa yang nggak enak aja gitu. Kalau berhenti itu kayak ada yang kurang. Beda aja rasanya," aku Anwar di program Sosok detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi Anwar, tari sufi lebih adalah hobi yang menghidupi. Berkat tari asal Turki ini, Anwar dapat membantu perekonomian keluarga dari hasil pentas di berbagai acara. Menari dari panggung ke panggung pun menjadi berkah tersendiri di mata kedua orang tuanya.

"Nah jadi itu ngikut tari sufi ini (sering) ada job gitu, panggilan-panggilan dari luar. Nah itu cukup membantu buat ekonomi sekolah sih. Namanya orang-orang kayak kita, orang 'bawah', gitu. Pasti lumayan bangga sih, udah ada main ke TV besar. Karena ya orang cuma, 'Dia cuma seorang anak petani, kok bisa main di TV?' Bangga sih, bangga," ucap Anwar.

ADVERTISEMENT

Perjalanan Anwar tak lepas dari peran kakaknya, Fajar Supriyadi. Ialah orang yang mendorong Anwar belajar tari sufi, enam tahun lalu di pondok pesantren Ash Sholihin Al Abror, Jakarta Utara.

Saat itu, Fajar dan Anwar hanya berkesempatan belajar dasar tari sufi selama empat pertemuan. Namun, kecintaan pada tari sufi telah tertanam dalam benak Fajar. Sehingga, ia terdorong untuk membagikan ilmu tari sufi kepada anak-anak muda di daerah tempat tinggalnya.

"Salah satunya, adanya tari sufi ini banyak manfaat untuk anak-anak muda. Yang seharusnya satu minggu dia main game atau yang lainnya, tapi kita pakai untuk latihan tarian sufi," terang Fajar.

Lebih lanjut, Fajar menuturkan, tari sufi sejatinya adalah seni yang sarat akan filosofi Islami. Gerakan-gerakannya menggambarkan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa, serta mengingatkan makhluk pada kematian.

Doa dan dzikir juga selalu dilantunkan dalam tiap aspek tarian ini. Sebelum mengenakan hirqa, tenur, serta sikka, penari sufi mesti mengambil air wudhu. Kemudian, sesaat sebelum dikenakan, para penari akan berdoa sembari menyentuh busana tarinya. Sepanjang pertunjukan, penari akan melantunkan dzikir dan menyebut nama Allah.

"Kalau untuk pada saat kita berputar, itu berputarnya ke kiri. Laksana seperti orang tawaf di Madinah, di Mekkah. Dan setiap putarannya itu, kita berdzikir nama Allah. Allah, Allah, Allah," jelas Fajar.

Bagi Fajar, tarian ini ibarat wadah untuk mendekatkan diri pada sang ilahi. Sepanjang tarian, ia merasa damai dan tenang. Selepas pertunjukan selesai pun, penari sufi biasanya akan mengambil waktu untuk merenung dan berefleksi.

Tak jauh beda dengan Fajar, Anwar juga merasakan sensasi tenang saat menari. Baginya, tarian ini adalah penguat hubungannya dengan Tuhan.

"Kalau kita, biasanya itu kan umumnya, tangannya kayak gini kan, ya. Nah, terus kalau udah kepalanya ke atas, lihat-lihat ke atas. Udah ibarat kata, itu udah nge-fly. Kalau dibilang sadar, 20%. Kalau nggak sadar, ya sisanya. Udah enak gitu, udah saking cintanya, saking rindunya kepada Yang Maha Esa," ucap Anwar.

Berbeda dengan Fajar yang juga melatih tari, hingga kini Anwar hanya fokus berlatih dan pentas. Anwar mengaku bangga dengan sang kakak yang telah mengembangkan komunitas tari sufi di Cilincing, Jakarta Utara. Kini, Fajar telah mengampu lebih dari 30 murid yang terdiri dari berbagai usia.

Meski tak ikut melatih, Anwar tahu bahwa suatu hari nanti ia mesti meneruskan peran sang kakak. Enam tahun menyaksikan Fajar mengembangkan komunitas tari sufi, menginspirasi Anwar untuk melakukan hal serupa.

"Siap nggak siap, saya sendiri harus ngikutin jejaknya Mas Fajar sih. Buat ngebesarin tari sufi ini di daerah Jakarta. Soalnya kita kan dari guru kita, dia pernah berpesan, 'Jangan mentok sampai di lu-lu pada,' kayak gitu. Jadi, berarti kan artinya kita harus ngembangin," ujar Anwar.

Menjelang hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, Anwar masih berlatih tari sufi bersama anggota lain di Tari Sufi Jakarta Utara. Begitu pula dengan sang kakak, Fajar, yang masih melatih tari di hari Sabtu dan Minggu. Tanggal-tanggal pentas sudah ditentukan, kakak beradik asal Cilincing ini siap menari dan menyebarluaskan pesan spiritual Islam ke berbagai kesempatan.

(nel/vys)

Hide Ads