Dalam rangka membahas perdamaian global, Badan Penelitian, Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan (Balitbang Diklat) Kementerian Agama (Kemenag RI) bersama Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Konferensi Moderasi Beragama Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Bandung pada 20-22 Desember 2023. Kegiatan itu diselenggarakan di Gedung Merdeka dan Hotel Savoy Homann.
Kepala Balitbang Diklat Kemenag Suyitno menjelaskan, KMBAAA mengangkat tema Religion And Humanity. KMBAAA digelar dengan mengambil spirit Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung.
"KMBAAA pada tahun ini bermaksud mengundang enam negara anggota PBB yang berasal dari Global South, yaitu Brazil, Mexico, Mesir, Saudi Arabia, dan Afrika Selatan," kata Suyitno, dikutip oleh detikHikmah pada Sabtu (16/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KMBAAA dimaksudkan menjadi forum strategis dan berdampak bagi para pemimpin negara di Asia-Afrika dan Amerika Latin untuk bersatu menyuarakan dan mengupayakan penguatan peran PBB dalam menciptakan perdamaian abadi bagi seluruh dunia.
Selain itu, konferensi tersebut juga sebagai bentuk ikhtiar Kemenag dalam penguatan moderasi beragama di level global sekaligus mengupayakan perdamaian dunia. Hal ini dilakukan di tengah konflik yang terus terjadi di sejumlah negara.
"Menag Yaqut Cholil Qoumas telah mendapat mandat sebagai Ketua Pelaksana Sekretariat Bersama Penguatan Moderasi Beragama, berdasarkan Perpres No 58 tahun 2023 tentang Penguatan Moderasi Beragama. KMBAAA menjadi forum strategis internasionalisasi Moderasi Beragama di kawasan Asia Afrika dan Amerika Latin," ujar Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik Wibowo Prasetyo.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kegiatan tersebut tidak semata soal moderasi beragama, melainkan juga terkait langkah strategis perdamaian global dan mencari penyelesaian terbaik atas konflik yang masih terjadi.
Wibowo menilai, fakta tersebut perlu direspons sebab ada kecenderungan konflik dunia kian meningkat dan mengkhawatirkan. Dari Ukraina ke Gaza, perang dan krisis terus terjadi.
Begitu pula dengan perang Israel dan Hamas di Gaza yang dikhawatirkan terus merenggut nyawa korban sipil, mengganggu penyediaan perawatan medis untuk menyelamatkan nyawa, mengacaukan layanan mendasar untuk bertahan hidup, serta meninggalkan banyak keluarga yang berduka atas hilangnya orang-orang yang dicintai.
"Dunia memberikan reaksi atas konflik-konflik ini, namun dampaknya belum sesuai harapan," jelasnya.
Terlebih, lanjut Wibowo, sejumlah pemimpin negara belum berbicara secara terbuka tentang konflik yang masih berlangsung.
"Apalagi, upaya Dewan Keamanan PBB membuat resolusi khusus tentang perang juga gagal dengan veto Amerika Serikat," ujar Stafsus Menag itu.
Nantinya, dalam acara tersebut para delegasi dari keenam negara yang diundang bersama Indonesia akan menyampaikan pidato resmi menyikapi konstelasi geopolitik dunia, khususnya ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional yang saat ini sedang berlangsung.
KMBAAA Plenary Sessions akan dihadiri oleh sejumlah narasumber ternama, seperti Prof. Nahlah Al-Shoaidy (Penasehat Utama Sheikh Al- Azhar Al-Syarif, Mesir), Dr. (HC) Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum PBNU, Indonesia), Prof. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah, Indonesia), Mahamahopadhyaya Bhadreshdas Swami (Tokoh Hindu, India), Prof. Samir Boudinar (Tokoh Moderate Muslims, Maroko) dan Ven. Napan Santibhaddo (Tokoh Moderate Buddhists, Thailand), Prof. Haiming Wen (Tokoh dan intelektual Konfusianisme, Cina, dan Matius Ho (Leimena Intitute).
Selain itu, akan digelar Conference Parallel Sessions oleh pembicara terpilih dari akademisi, peneliti dan praktisi dari dalam dan luar negeri.
Secara rinci, tujuan pelaksanaan KMBAAA ialah:
- Menggelorakan kembali api dan semangat Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung dan diplomasi Indonesia di Latin Amerika tentang perdamaian dan persatuan bagi masyarakat dunia;
- Mengembangkan peran diplomasi publik internasional Republik Indonesia melalui penguatan moderasi beragama;
- Mendorong terciptanya atmosfir perdamaian dan kerukunan umat beragama di dunia;
- Menangkal tumbuhnya budaya kekerasan dan kelompok keagamaan ekstrem;
- Mengajak para pemimpin, ilmuwan, dan praktisi dari beragam latar belakang budaya, politik dan agama untuk terlibat dalam dialog yang bermakna demi meningkatkan moderasi, toleransi, kesetaraan dan keselamatan;
- Berpartisipasi dan berkontribusi bagi terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) dari perspektif agama;
- Menampilkan praktik-praktik baik toleransi beragama dan berbagi pelajaran mengenai pembangunan kerukunan umat beragama; dan
- Membuat rekomendasi mekanisme pembuatan kebijakan dan protokol dalam melakukan mitigasi dan penyelesaian masalah intoleransi, kekerasan dan ekstremisme keagamaan;
Adapun, sub tema yang akan dibahas mencakup:
- Religious Moderation, Nationalism and Multiculturalism
- Moderation in Divine Texts and Literature
- Moderation, Tradition and Education in Multifaith Contexts
- Moderation among Non-Religious Groups and Movements
- Moderation, Religious Authority, State Leadership and Identity Politics
- Moderation, Religion and Social (In) Justice
- Gender Equity, Women Roles and Moderation
- Religious Tolerance and Digital Media
- Youth, Religious Radicalism and Extremism
- Best Practices and Experiences of Religious Moderation
(aeb/lus)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi