Tulisan ini dimulai sabda Rasulullah SAW dari Usamah bin Zaid -semoga Allah SWT meridhainya- ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
"Kelak akan didatangkan seorang laki-laki pada hari kiamat, lalu ia dilempar ke dalam api neraka, lalu membuat ususnya keluar, lalu ia berputar-putar seperti keledai yang memutari penggilingan. Lalu penduduk neraka berkumpul mengerumuninya dan berkata: 'Hai Fulan, ada apa dengan kamu? Bukankah kamu dahulu menyuruh kepada yang ma'ruf dan melarang dari yang munkar?' Maka orang ini berkata: 'Iya, dahulu aku menyuruh kalian kepada yang ma'ruf tapi aku tidak melakukannya, aku melarang kalian dari perbuatan yang buruk tapi aku malah melakukannya.'"
Hadits ini menunjukkan ancaman yang keras. Mereka yang beramar ma'ruf nahi munkar, mereka yang berdakwah kepada kebaikan dan melarang dari keburukan, tapi ternyata tidak mengamalkannya. Sampai-sampai dalam hadits ini dijelaskan bagaimana siksa untuk orang seperti ini. Bahwa orang yang seperti ini nanti dimasukkan ke dalam api neraka lalu usus-ususnya keluar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Allah SWT akan murka bagi orang yang menyuruh berbuat baik dan melarang berbuat buruk, namun dia sendiri tidak melakukan. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah ash-Shaff ayat 3 yang terjemahannya, "Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan."
Makna ayat ini adalah: Wahai orang-orang yang beriman, yang tidak melakukan apa yang sudah dikatakan atau disampaikan kepada orang lain sangatlah dibenci di sisi Allah, jika kamu mengikuti kebiasaan orang-orang munafik, mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan, bermuka dua, tidak ada kesatuan kata dan perbuatan dan tidak ada integritas.
Imam Junaid al-Bagdadi pernah bermimpi melihat kematiannya sendiri. Ia ditanya, " Bagaimana keadaanmu, hai Abu Qasim ?" Imam Junaid menjawab, "Isyarat-isyarat telah sirna dan ungkapan-ungkapan telah musnah. Tidak ada yang berguna bagi kami selain rakaat-rakaat pendek yang kami kerjakan di tengah malam."
Ketahuilah jangan sampai engkau menjadi orang yang kehabisan amal dan tidak memiliki kedudukan spiritual (ahwal). Ilmu tanpa amal itu tidak bisa menolong. Misalnya, jika ada seorang laki-laki pemberani dan ahli perang berjalan di hutan sambil membawa pedang dan beberapa senjata lainnya, lalu ada seekor harimau besar menyerangnya. Apakah senjata-senjata ini dengan sendirinya bisa menjaga laki-laki tersebut dari terkaman harimau tanpa mempergunakan senjata itu? Tentu tidak, senjata itu harus digunakan dengan menghunus atau menebas.
Demikian juga dengan seseorang yang sudah mempelajari berbagai macam ilmu, namun tidak satu pun ilmu yang diamalkan. Maka ilmu-ilmu itu tidak menjadi berguna. Seseorang yang berilmu itu mempunyai derajat yang tinggi, jika ilmu bisa dimanfaatkan dalam bentuk amalannya pada masyarakat.
Seorang penyair bersenandung: "Jika engkau menakar dua ribu liter arak. Engkau tak akan mabuk, selama tidak meminumnya."
Meskipun kita mempelajari/sekolah selama puluhan tahun dan mengumpulkan ratusan buku, kita tidak akan siap menerima rahmat-Nya kecuali dengan berbuat amal. Ini seperti dalam firman-Nya surah an-Najm ayat 39 yang terjemahannya, "Bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya."
Ayat pendek ini mempunyai makna: Atas perbuatan yang baik, manusia hanya memperoleh ganjaran dari usahanya sendiri maka dia tidak berhak atas pahala suatu perbuatan yang tidak dilakukannya. Dari ayat tersebut, Imam Malik dan Imam Syafi'i memahami bahwa tidak sah menghadiahkan pahala amalan orang hidup berupa bacaan Al-Qur'an kepada orang mati, karena bukan perbuatan mereka dan usaha mereka. Begitu pula seluruh ibadah badaniah, seperti salat, haji dan tilawah, karena Nabi SAW tidak pernah mengutarakan yang demikian kepada umat, tidak pernah menyuruhnya secara sindiran dan tidak pula dengan perantaraan naṣ dan tidak pula para sahabat menyampaikan kepada kita. Sekiranya tindakan itu baik, tentu mereka telah terlebih dahulu mengerjakannya.
Ada pun mengenai sedekah, maka pahalanya sampai kepada orang mati, sebagaimana oleh Muslim dan al-Bukhārī meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Apabila seorang anak Adam meninggal dunia putuslah semua amal perbuatan (yang menyampaikan pahala kepadanya) kecuali tiga perkara, anak yang saleh yang berdoa kepadanya, sedekah jariah (wakaf) sesudahnya dan ilmu yang dapat diambil manfaatnya."
Semua perbuatan manusia akan menuai balasannya, ini sesuai firman-Nya dalam surah at-Taubah ayat 82 yang terjemahannya, "Maka, biarkanlah mereka tertawa sedikit (di dunia) dan menangis yang banyak (di akhirat) sebagai balasan terhadap apa yang selalu mereka perbuat."
Maksud ayat tersebut adalah: Menerangkan bahwa orang-orang munafik itu sepantasnya lebih banyak menangis daripada tertawa memikirkan nasib dan dosa mereka di dunia dan di akhirat karena mereka akan menerima azab yang pedih, sesuai dengan perbuatan mereka di dunia. Di dunia mereka mendapat kehinaan dan kerugian karena perbuatan mereka sendiri, yaitu menghina dan mengejek orang-orang mukmin, membuat propaganda busuk untuk menghalang-halangi orang Islam dan mematahkan semangat perjuangan. Sedang di akhirat nanti membawa dosa yang banyak dan tidak dapat ampunan dari Allah SWT.
Oleh karena itu, wahai para ilmuwan, teknokrat, penguasa lakukanlah perbuatan baik yang bermanfaat bagi sesama. Dengan perbuatan tersebut, maka ilmu dan kedudukan dapat memberikan manfaat pada kehidupan masyarakat. Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah agar kita bisa berbuat amal kebaikan dalam kehidupan ini.
--
Aunur Rofiq
Penulis adalah Pendiri Himpunan Pengusaha Santri Indonesia
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)
(kri/kri)












































Komentar Terbanyak
Sosok Pria Muslim Hentikan Penembakan Massal Yahudi di Pantai Bondi
Ditjen PHU Pamit dari Kemenag setelah 75 Tahun Tangani Haji Indonesia
Bolehkah Rujuk Tanpa Menikah Ulang Setelah Talak 1?