Di salah satu sudut warung kopi di Jakarta Pusat pada Kamis, 2 Oktober 2025 pagi. Dua pria pengemudi ojek online, Rojak dan Rasyid asyik berbincang. Jemari tangan kiri Rojak terlihat menggulir layar smartphone, sementara di tangan kanan memegang tempe goreng yang mungkin belum 3 menit diangkat dari penggorengan.
Rasyid yang duduk di sampingnya tak kalah sibuk. Sambil meniup bubur di sendok yang masih tampak mengepul asapnya, jemari kirinya sibuk mengusap layar gawai. Sebuah tayangan video yang menayangkan sengkarut pelaksanaan program makan bergizi gratis memantik perhatiannya. "Program bergizi gratis makan korban, ratusan orang keracunan," begitu bunyi tayangan video tersebut.
Rojak menaruh telepon genggamnya. Dia beralih ikut menonton video di HP Rasyid. Kepada Rasyid, Rojak mengaku saat ini sedang mengalami dilema. Di satu sisi, program makan bergizi gratis untuk anak sekolah sangat membantu ekonomi keluarganya. Maklum, Rojak saat ini memiliki 3 anak yang duduk di bangku sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adanya program makan bergizi gratis menekan pengeluaran harian untuk uang saku ketiga anaknya hingga Rp 60 ribu. Namun di sisi lain kabar adanya sejumlah siswa keracunan akibat makan bergizi gratis membuatnya khawatir. "Harapannya bisa hemat Rp 60 ribu, kalau keracunan bisa bengkak pengeluaran," kata Rasyid.
Menurut Rasyid, dia lebih nyaman bila program makan bergizi gratis disediakan oleh kantin sekolah. Toh selama ini tak ada kasus anak anak sekolah keracunan gara gara jajan di kantin. Apalagi saat ini hampir semua sekolah, khususnya di kota besar sudah sangat ketat soal aturan tentang kantin harus menjaga kebersihan dan higienitas makanan.
Marwan si penjaga warung kopi tiba tiba ikut nimbrung. Dia setuju dengan usul Rasyid. Selain soal keamanan kualitas makanan, dengan melibatkan kantin sekolah maka program makan bergizi gratis juga memberikan rezeki untuk pedagang dan masyarakat di sekitar sekolah.
Menurut Marwan yang ternyata istrinya juga pedagang kantin sekolah di daerah asalnya di Jawa Barat itu, dampak positif sisi ekonomi dari program makan bergizi gratis belum dirasakan oleh masyarakat di sekitar sekolah. Sementara saat ini pendapatan sang istri dari berdagang di kantin terancam turun karena anak-anak mendapat makan bergizi gratis.
Harapannya program makan bergizi gratis bisa melibatkan kantin sekolah dan warga sekitar. Misalnya, dia memberikan ilustrasi, ketika kantin sekolah dilibatkan, maka pedagang akan belanja bahan dasar makanan dari warga sekitar. Bahan makanan pun masih segar. Bahkan mungkin petani dan peternak setempat juga akan kecipratan rezeki dari program unggulan Presiden Prabowo Subianto ini.
Tetiba telepon genggam Rojak bergetar, tanda ada orderan masuk. "Yah, tapi kita ini wong cilik, apa iya saran kita ini bisa sampai dan didengar oleh Presiden," kata Rojak sambil minta pamit untuk menjemput pelanggan.
Percakapan tentang makan bergizi gratis atau MBG di warung kopi pagi itu untuk sementara berakhir. Namun di tempat lain MBG masih banyak diperbincangkan.
Selepas dari warung kopi pagi itu, siang harinya penulis bertemu dengan empat orang dari latar belakang profesi berbeda. Satu adalah seorang politisi sebut saja M, satu lagi pengusaha berinisial E dan dua lainnya adalah akademisi sebut saja Prof. D dan Dr. ED dari perguruan tinggi ternama di Indonesia. Kami bertemu di kawasan Jakarta Selatan, sekira 11 kilometer dari warung kopi tempat Rojak dan Rasyid ngobrol.
Awalnya kami diskusi soal rencana mendirikan sekolah komunikasi politik. Namun dalam kenyataannya kami malah banyak mendiskusikan tentang program makan bergizi gratis yang saat ini ramai dibicarakan karena banyak korban keracunan.
Satu akademisi, sebut saja Prof D mengatakan bahwa program makan bergizi gratis ini sangat bagus tentu jika dilaksanakan dengan benar. Beberapa negara sudah menerapkan, bahkan beberapa puluh tahun yang lalu. Sebut saja Amerika Serikat, China, India, Jepang dan Brasil.
Program makan bergizi gratis di Amerika Serikat yang dikenal dengan nama National School Lunch Program (NSLP) telah berhasil meningkatkan status gizi anak-anak. Dalam jangka panjang program ini berhasil menekan angka kemiskinan.
Sementara di India sudah melaksanakan program makan bergizi gratis sejak 1995 dengan nama Mid-Day Meal Scheme. Program ini berhasil meningkatkan partisipasi kehadiran pelajar di sekolah, meningkatkan prestasi akademik siswa dan menekan angka gizi buruk anak anak.
Di Jepang, Brasil dan China program makan bergizi gratis juga menghasilkan dampak positif tak hanya bagi pelajar tapi juga masyarakat. Di Brasil, misalnya, program makan bergizi gratis berperan mendongkrak perekonomian daerah. Sebab program ini mengutamakan penggunaan bahan pangan lokal, sehingga penghasilan petani dan warga daerah sekitar sekolahan turut meningkat.
Hanya saja, sahut Dr. D, keberhasilan program makan bergizi gratis di negara-negara tersebut di atas tidak terjadi secara serta merta. Butuh perencanaan matang dengan dukungan kebijakan pemerintah untuk jangka panjang, jaminan pendanaan, penetapan standar gizi yang tepat dan ketat, keterlibatan pihak sekolah dan masyarakat sekitar dalam penyediaan makanan bergizi, dan perlunya menanamkan kebiasaan makan bersama sejak dini kepada siswa-siswi sekolah.
Si E sang pengusaha menggarisbawahi soal keterlibatan pihak sekolah dalam penyediaan makan bergizi gratis ini. Dia sangat mendukung agar program ini diserahkan kepada pihak kantin sekolah. Nantinya dengan diserahkan ke kantin sekolah, maka kebutuhan bahan dasar untuk makanan sehat tentu akan belanja di pasar-pasar dekat sekolahan. Terjadilah perputaran uang di daerah setiap hari. Minimal di saat-saat hari sekolah.
Bahkan sang pengusaha yakin setiap Rp 1 triliun yang diturunkan ke daerah untuk program makan bergizi gratis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut hingga sebesar 1 persen. "Bayangkan jika yang diturunkan untuk anggaran makan bergizi gratis lebih dari Rp 350 triliun, berapa persen pertumbuhan ekonomi bisa diangkat?," kata dia.
Pertanyaan berikutnya adalah, adakah yang bisa memberikan aneka masukkan di atas kepada Presiden Prabowo Subianto?
Sang politisi berinisial M yang ikut ngobrol bersama kami terdiam sejenak, lalu menggelengkan kepala. Entah dia tak tahu siapa yang bisa memberikan masukkan tersebut, atau dia tak berani.
Pertemuan siang itu berakhir karena di antara kami ada yang ingin bergegas pamit untuk menghindari aturan ganjil genap kendaraan roda empat. Saya pun bergeser.
Selepas Isya usai membaca Surat Yasin di masjid di dekat rumah pada Kamis malam, saya berbincang di teras bersama beberapa jemaah. Agendanya malam itu adalah membahas distribusi program Jumat Berkah untuk esok hari.
Saya lupa bagaimana awalnya, tiba tiba pak ustaz yang juga ketua dewan kemakmuran masjid mengatakan bahwa program Jumat Berkah ini mirip dengan Makan Bergizi Gratis. Bedanya MBG khusus untuk anak sekolah, sementara Jumat Berkah untuk jemaah usai melaksanakan sholat Jumat.
Menurut pak ustaz program makan bergizi gratis dan Jumat Berkah dalam Islam sama sama bisa dikategorikan sebagai sedekah, yakni salah satu amalan yang memiliki keutamaan luar biasa. Memberi makan orang yang membutuhkan adalah salah satu bentuk sedekah dan merupakan tanda sempurnanya keislaman seseorang.
Hal itu, lanjut pak ustaz sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW yang diriwayatkan dalam hadist Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu 'anhuma
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ ، وَتَقْرَأُ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, "Islam bagaimanakah yang baik?" Beliau (Rasulullah) bersabda, "Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan orang yang tidak kamu kenal."
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk saling mengasihi juga meringankan beban saudaranya. Islam melarang keras sikap egois dan bermusuhan. Salah satu bentuk kasih sayang dan kepedulian kepada sesama itu bisa diwujudkan dengan cara memberi makan, khususnya kepada yang membutuhkan.
Ada juga hadits lain yang menyebutkan bahwa memberi makan orang yang membutuhkan menjadi salah satu kunci masuk surga sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Imam Tirmidzi.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ ، اِنْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، وَقِيْلَ : قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهٍ كَذَّابٍ ، فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ .
Dari 'Abdullah bin Salâm, ia berkata: "Ketika Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam (karena ingin melihatnya). Ada yang mengatakan: Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya di tengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam , aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, 'Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan sejahtera."
Mengakhiri obrolan kami malam itu Pak Ustaz mengingatkan keutamaan memberi makan bagi yang membutuhkan, tidak harus dengan memasak sendiri dan memberikan makanan secara langsung. Untuk mendapatkan keutamaan memberi makan bisa dilakukan dengan mendukung program makan bergizi gratis, juga Jumat Berkah.
Kami pun bubar pulang ke rumah masing-masing dengan membawa harapan, program makan bergizi gratis benar-benar direncanakan dengan matang, melibatkan semua pihak dari pemerintah pusat hingga kantin sekolah, anggaran yang ditetapkan benar benar sampai ke anak sekolah tanpa dipotong sana-sini. Sebab seperti pengalaman di negara negara lain, jika program ini dilaksanakan dengan benar bisa menekan angka kemiskinan, mengurangi stunting dan gizi buruk, meningkatkan kemampuan akademik siswa juga menambah keakraban para pelajar. Sehingga cita cita mewujudkan generasi cemerlang Indonesia Emas 2045 bukan sekadar mimpi.
Erwin Dariyanto
Penulis adalah jurnalis, alumni Program Pendidikan Magister Ekonomi bidang Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan (MPKP) Universitas Indonesia
Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis peribadi dan tidak mewakili kebijakan di mana penulis bekerja. (Terimakasih - redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Kemenhaj Rombak Sistem Antrean Haji, Tak Ada Lagi Masa Tunggu 48 Tahun
Antrean Haji Tiap Daerah Akan Dipukul Rata 26-27 Tahun
Waketum MUI: Seret Benyamin Netanyahu ke Pengadilan Kriminal Internasional