Tiga Apresiasi Manajemen Haji Saudi

Kolom Hikmah

Tiga Apresiasi Manajemen Haji Saudi

Arditya Dinar Fiskiawan - detikHikmah
Senin, 24 Jun 2024 17:10 WIB
Arditya Dinar Fiskiawan
Dinar Fiskiawan (Foto: Sudrajat)
Jakarta - Ibadah haji bagi saya merupakan even terbesar di dunia. Sebab ibadah ini diikuti oleh sekitar dua juta Jemaah dari mancanegara. Even sekelas Olimpiade atau Piala Dunia pun rasanya tak sebesar ini jumlah pesertanya. Karena itu saya sangat terkesan mengikuti rangkaian ibadah ini:

Pertama dari sisi Kerajaan Saudi. Mereka benar benar telah berupaya keras meningkatkan pelayanan kepada Jemaah. Dengan digitalisasi (Nusuk), smart card. Kartu ini fungsinya antara lain menscreening Jemaah yang tidak punya visa haji agar tak bisa masuk ke Mekkah, khususnya saat wukuf di Arafah yang areanya memang terbatas.

Kedua adalah crowd management yang luar biasa dijalankan aparat di lapangan mulai askar, polisi, hingga tentara dan pasukan khusus. Terutama saat di Masjidil Haram, bagaimana mereka mengatur Jemaah untuk mengisi ruang-ruang di sekeliling masjid tanpa harus terjadi gesekan antar Jemaah yang sangat mungkin menimbulkan korban. Begitu pun sebaliknya usai pelaksanaan ibadah atau salat dan rukun haji/umrah dilaksanakan agar tidak terjadi crash antar Jemaah.

Petugas di lapangan menyiapkan barikade untuk membuka-tutup akses masuk-keluar masjid. Mereka sangat disiplin dan tegas menerapkannya, tak bisa dinego oleh Jemaah yang ingin mengambil jalan pintas. Dengan sistem buka-tutup jalur atau Traffic Management yang luar biasa ini juga demi kebaikan Jemaah, meskipun sebagian yang tak paham semula akan nggerundel, kecewa, marah.

Ketiga terkait Safety Management. Aparat keamanan bahu-membahu dengan petugas kesehatan dan para petugas haji. Di berbagai tempat banyak sekali petugas emergency (petugas kesehatan maupun polisi). Hal ini karena selain begitu banyaknya orang, juga cuaca panas yang eksterm. Ketika Wukuf di Arafah suhu hampir mencapai 50 derajat Celsius. Di sana kami melihat para petugas dengan sigap menyemprotkan air, begitu juga dengan para petugas emergency room terlihat siap siaga membantu para Jemaah yang membutuhkan bantuan.


Setiap hari saya selalu menyempatkan untuk berbincang dengan teman-teman sesama Jemaah haji, baik regular maupun khusus. Dari mereka ada sejumlah hal positif yang kami rasakan bersama, bahwa pemerintah cukup banyak membuat inovasi dan terobosan dalam melayani Jemaah haji.

Tagline haji ramah lansia antara lain dapat dirasakan dari menu makanan uang disuguhkan. Ada perbedaan antara tingkat kelembutan menu untuk lansia dan Jemaah dewasa pada umumnya. Dari sisi pemondokan, terutama di Madinah juga cukup dekat dengan Masjid Nabawi sehingga Jemaah nyaman untuk beribadah. Selain itu juga ada aplikasi yang memudahkan Jemaah untuk mengakses informasi.

Di Mekkah, pemerintah juga menyiapkan bus shalawat untuk mengantar jemput Jemaah dari pondokan yang ingin beribadah ke Masjidil Haram. Ini layanan bus gratis selama 24 jam yang cuma dapat dinikmati Jemaah asal Indonesia. Pemerintah negara lain tak menyiapkan hal sejenis bagi Jemaah mereka.


Para petugas PPIH pun saya lihat sangat banyak. Mereka ditempatkan atau bertugas di hampir semua titik yang biasa dikunjungi Jemaah. Mereka petugas gabungan dari berbagai unit, baik itu Kesehatan, keamanan, para wartawan, dan lainnya. Semua saling bahu - membahu bertugas untuk melayani Jemaah.

Saya betul-betul terharu melihat bagaimana mereka mengantar Jemaah yang tersesat kembali ke penginapannya, atau mengantar ke tempat yang akan dituju Jemaah. Tak sedikit pula petugas yang dengan khidmat mendorong kursi roda Jemaah lansia di bawah sengatan matahari yang luar biasa. Singkatnya, kehadiran para petugas itu hingga batas tertentu tentunya sangat membuat nyaman para Jemaah.

Kalau pun kemudian masih ditemukan kekurangan di sana-sini, saya piker wajar dan tidak bisa dihindari pula mengingat jumlah Jemaah kita yang begitu besar: hampir 250 ribu orang di atas jumlah Jemaah asal Pakistan maupun India.

Atas dasar itu semua, kita patut berterima kasih kepada pemerintah yang telah berupaya memberikan pelayanan secara optimal. Karena saya termasuk kelompok haji khusus melalui Biro Maktour, tentu juga ada catatan tersendiri.

Secara umum biro yang telah berpengalaman melayani Jemaah haji dan umrah selama hampir 40 tahun ini sangat well organized dan punya tradisi hospitality yang luar biasa. Jemaah sangat terbantu dan merasa nyaman dalam setiap tahap pelayanan mulai keberangkatan dari tanah air hingga tiba di Madinah, selama di Madinah, selama di Makkah, Wukuf di Arafah, di Mina, da seterusnya hingga Kembali lagi ke tanah air.

Para muthowif atau pemandu yang memang rata-rata punya jam terbang selama belasan tahun dalam mendampingi Jemaah, benar-benar memberikan panduan seperti yang diharapkan. Kami tak cuma diajari atat cara ibadah, melainkan juga diberi pengetahuan seputar makna dari setiap ibadah yang dilakukan berikut dalil-dalil pendukungnya. Hal tersebut tentu saja membuat kami merasa mantap, khusuk dan menghayati betul setiap langkah dari ibadah yang dijalani.


Dinar Fiskiawan

Jemaah Haji Indonesia 2024
Bekerja di Bank Indonesia




(erd/erd)

Hide Ads