Murah Hati

Kolom Hikmah

Murah Hati

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 09 Feb 2024 08:00 WIB
Poster
Aunur Rofiq. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Seorang penguasa seringkali bersikap angkuh dan congkak. Dari sikap kecongkakannya akan melahirkan murka dan dendam. Amarah dan kemarahan ini merupakan bencana dan malapetaka akal pikiran. Jika sifat benci dan amarah mendominasi, seyogyanya seorang penguasa beralih sikap pada sisi lain, yaitu pemaaf, pemurah dan santun. Jika sifat-sifat ini dapat dibudayakan, maka seorang penguasa sudah mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Akan tetapi bila pelampiasan amarah yang dibudayakan, maka penguasa itu tak lebih dari seekor srigala dan binatang melata. Itu adalah inti dari nasihat Imam Al-Ghazali.

Apa sebenarnya murah hati itu? Inti kemurahan hati adalah bahwa dalam mengorbankan sesuatu, orang tidak merasakan tertekan. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya surah al-Hasyr ayat 9 yang artinya, "....dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)."

Dari tafsir Al-Madinal Al-Munawarrah ayat di atas: Allah SWT. memuji para sahabat dari kalangan Anshar, penduduk Madinah: Mereka mencintai para sahabat dari kalangan Muhajirin, dan membagikan harta mereka bagi kaum Muhajirin. Tidak ada kaum Anshar yang memiliki rasa dengki atau amarah dalam diri mereka atas harta ghanimah yang diberikan kepada kaum Muhajirin. Mereka lebih mementingkan kaum Muhajirin dan orang-orang miskin daripada diri mereka, meskipun diri mereka sendiri membutuhkan dan kekurangan. Barangsiapa yang selamat dari kekikiran maka orang-orang yang memiliki derajat yang tinggi ini adalah orang-orang yang akan meraih kemenangan di dunia dan di akhirat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW. menyatakan, "Orang-orang yang pemurah dekat dengan Allah SWT, dekat dengan manusia, dekat dengan surga, dan jauh dari neraka. Orang yang pemurah sekalipun jahil lebih disukai Allah SWT. daripada orang yang gemar beribadat tapi kikir."

Jadi seorang penguasa yang pemurah, pemaaf dan santun, tentu akan dekat dengan masyarakat dan dicintai Sang Kuasa serta dekat dengan surga. Inilah idaman setiap hamba-Nya, jadi tatkala mendapatkan amanah sebagai pemimpin negeri, hadapilah dengan senyum bukan pesta pora, niat dan mohonlah pada-Nya untuk diberikan tuntunan bukan bertepuk dada untuk menekan lawan politik. Bersyukurlah karena kemenanganmu itu merupakan pemberian-Nya bukan karena upayamu. Perbanyaklah perbuatan-perbuatan melalui kebijakan yang engkau buat untuk melayani dan memakmurkan rakyat.

ADVERTISEMENT

Dikisahkan bahwa Ja'far Al-Manshur menurunkan perintah untuk mengeksekusi seseorang. Waktu itu Ibn Fadhal menyaksikan keluarnya perintah itu, lalu ia berkata, "Amirul Mukminin, dengarlah suatu berita sebelum anda mengeksekusinya. Hasan Basri menuturkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, 'Ketika hari kiamat tiba dan semua orang telah dikumpulkan di padang Mahsyar seseorang memanggil mereka; siapa diberi kekuasaan oleh Allah SWT, maka ia diminta berdiri. Ternyata, tak seorangpun dari mereka yang dapat berdiri, kecuali orang (pimpinan) yang pemaaf. Tuhan berkata (kepada malaikat), lepaskan dia. Sepertinya aku sudah memaafkan dia."

Ibn Fadhal berkomentar, "Seringkali para penguasa membenci orang yang memberikan saran dan kritik kepada mereka. Maka mereka pun menjadi sering mengeksekusi dan menggantung orang seperti itu."

Jika seseorang yang sebetulnya penguasa dan beriman tentu akan membuka mata hati dan mendengarkan saran maupun kritik. Di sini perlu hati tetap dingin dan sabar serta pemaaf. Ada kisah seorang raja di China yang tuna rungu. Pada suatu ketika dia menangis sesenggukan dan ditanya kenapa menangis apa karena tunarungu? Dijawabnya, "Tidak." Ia menangis karena tidak bisa mendengarkan warganya yang teraniaya dan mengadukannya di pintu Istana. Ini seorang raja yang kafir saja sangat peduli dan melayani warganya, bagaimana jika engkau seorang penguasa dan muslim?

Ini ada kisah kemurahan hati yang patut kita renungkan. Kisahnya seorang dari Manbij bertemu dengan seseorang dari Madinah. Orang Manbij berkata, "Seseorang dari kota anda (Madinah) yang bernama Hakam bin Abdul Muththalib datang kepada kami dan membuat kami kaya."

Orang Madinah itu bertanya, "Bagaimana mungkin? dia datang kepada anda tanpa membawa apa-apa selain selembar jubah bulu domba pada punggungnya." Orang Manbij itu menjawab," Dia tidak menjadikan kami kaya uang. Dia mengajarkan kepada kami kemurahan hati. Dengan begitu kami lalu saling memberi satu sama lain hingga kami tak lagi merasa miskin."

Memilih penguasa saat pilpres, maka hendaklah mencari calon yang mempunyai sifat pemaaf, santun dan pemurah hati. Semoga Allah SWT. selalu memberikan perlindungan kepada negeri ini dari pemimpin yang zalim dan memberikan pemimpin yang beriman pada-Mu.

--

Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(kri/kri)

Hide Ads