Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab menurut al-Qur'an dalam surah al-Mukminun ayat 115 yang berbunyi, " Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?"
ditemukan bahwa manusia adalah makhluk fungsional dan bertanggung jawab atau dengan kata lain penciptaan manusia bukanlah sebuah kesia-siaan.
Tanggung jawab manusia tersebut meliputi terhadap Allah Sang Pencipta, diri pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara, serta tanggung jawab terhadap alam.
Tahun ini negeri tercinta sudah masuk tahun politik dan persiapan untuk melalukan pemilihan wakil rakyat dan pemimpin negeri secara bersamaan. Dalam kontestasi ini akan hiruk pikuk janji-janji yang diberikan, janji saja tanpa disertai tanggung jawab untuk memenuhinya merupakan pengingkaran.
Pada musim penghujan yang dekat dengan gawe besar negeri memilih pemimpin, akan ramai relawan turun tangan membantu masyarakat yang tertimpa musibah banjir dan longsor dengan bermacam-macam motivasi. Saling adu strategi dalam menarik simpati masyarakat dengan mengumbar kekuatannya ( dana dan jaringan ). Saat itulah akan terjadi seleksi alam, di mana yang lemah akan terpinggirkan dan kalah dengan kesepian.
Masyarakat akan disuguhi tingkah laku yang jauh dari keikhlasan, yang pada saatnya sikap acuh akan timbul. Kita simak syair yang bagus karya Mehmed Akif Ersoy :
Adalah keliru jika mereka bilang sebuah masyarakat dapat hidup dalam keacuhan.
Tunjukkan padaku satu bangsa, siapa dari mereka yang selamat tanpa kesalehan.
Makna syair ini menunjukkan bahwa manusia hidup dalam masyarakat sebagai makhluk sosial. Saling menghormati, saling membantu, saling memaafkan jika ada kesalahan. Keimanan yang menjadikan landasan kehidupan akan membawa seorang hamba maupun masyarakat menuju keselamatan dunia dan akhirat. Dalam situasi seperti ini terkadang kaum bijak bestari belum berperanan untuk menata kehidupan dan memberikan contoh. Mereka masih " sembunyi " dan seharusnya sudah saatnya ikut berperan dalam penyusunan tatanan kehidupan bermasyarakat dalam bentuk undang-undang. Produk mereka akan mengikat dan mengatur, dan jika ada pelanggaran maka akan berdampak pada hukum.
Kehidupan yang kita hadapi akan semakin komplek, dahulu musuh kita adalah kebodohan dan kemiskinan. Namun saat ini musuh itu bertambah dengan munculnya kecurangan, penistaan, dekadensi moral, ketidakpedulian, mementingkan golongan sendiri dan merasa diri benar. Semua persoalan yang komplek ini akan terurai jika masyarakat mengedepankan kejernihan pikiran, iman dan tekad yang kuat untuk menciptakan kehidupan yang bahagia.
Oleh karena itu, kita mempunyai tanggung jawab untuk menyuntikan semangat baru ke dalam tubuh generasi mendatang. Semangat baru ini hendaknya berisi kedalaman ilmu pengetahuan dan teknologi, keluhuran hati dan ketulusan akhlak.
Ingat bahwa masa depan selalu tumbuh dari benih yang dikandung rahim masa kini dan disusuinya agar dapat tumbuh dewasa dan membawa kehidupan yang lebih baik. Disini makin jelas peran generasi masa kini dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Tanggung jawab dalam menyemai calon pemimpin kehidupan mendatang tidaklah boleh di sia-siakan, lakukan perencanaan strategis, latih dan awasi para calon pemimpin tersebut.
Jika seorang pemimpin yang mengemban amanah namun ia tidak mempunyai rasa tanggung jawab atas perbuatannya, maka kepemimpinannya seakan kosong ditinggalkan jauh oleh ruhnya. Maka ingatlah beberapa surah di bawah ini. Pertama, " Hingga apabila mereka (rombongan Nabi Sulaiman) sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" ( QS. an-Naml:18)
Ayat di atas membahas tentang seekor semut yang berseru kepada teman-temannya untuk berlindung dari bahaya. Ayat ini mengajarkan kepada kita tentang sikap tanggung jawab terhadap sesama manusia untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan keselamatan. Kedua, " Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur." (QS. an-Nahl: 14)
Ayat di atas menunjukkan tanggung jawab manusia untuk mencari nafkah dan bersyukur kepada Allah Swt. Ketiga, " Kami menuliskan apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan". (QS. Yaasiin : 12).
Ayat ini juga menunjukkan bagaimana nanti di akhirat Allah Swt menunjukkan catatan perbuatan manusia di dunia. Dan perbuatan mereka akan dimintai pertanggung jawaban. Ketiga ayat ini makin jelas bahwa perbuatan seorang hamba akan diminta pertanggung jawabannya.
Semoga para pemimpin, disamping mengemban amanah yang cukup berat dan dilengkapi dengan sikap bertanggung jawab atas kekuasaan yang dijalankan. Sikap Ini akan menjadi contoh generasi penerus dalam melanjutkan kepemimpinan negeri tercinta ini.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana