Ramadan menjadi momen di mana umat Islam meningkatkan pengetahuan mereka terkait agama. Sehingga tak sedikit dari mereka ingin mendengar ceramah dan pidato yang disampaikan para pemangku keagamaan.
Adapun tujuan ceramah yang diperdengarkan ini sebagaimana mengutip detikEdu, untuk memberi nasihat serta petunjuk keagamaan kepada kaum muslim. Selain itu, pidato yang dimaksud juga supaya mendorong mereka berbuat tindakan yang mengarah pada kebajikan.
Berikut pidato singkat tentang Ramadan yang bisa disampaikan, yang dinukil dari buku Majalis Syahri Ramadhan karya Syekh Muhammad bin Shalih Utsaimin, dan buku Islam Rahmat Bagi Alam Semesta susunan Tim Penceramah JIC.
Baca juga: 13 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia |
Contoh Pidato Singkat tentang Bulan Ramadan
1.Keutamaan Bulan Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.
Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.
Saudara-saudaraku, kini kita dinaungi bulan yang mulia, musim yang agung, yang di dalamnya Allah SWT melipatgandakan pahala dan memperbanyak pemberian, serta membukakan pintu-pintu kebaikan bagi semua orang yang menginginkannya.
Bulan ini adalah bulan yang penuh kebaikan dan berkah, bulan pemberian dan kasih sayang, bulan yang diturunkan kepadanya Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai bukti mengenai bimbingan serta sebagai pembeda antara yang salah dan yang benar. Juga bulan yang diliputi rahmat, ampunan, dan keselamatan dari siksa neraka.
Disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasul SAW pernah bersabda, "Bila bulan Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka, serta diikatlah setan-setan."
Dibukanya pintu-pintu surga pada bulan ini disebabkan banyaknya amal sholeh yang dikerjakan orang, sekaligus untuk menggemarkan orang-orang beramal. Sedangkan ditutupnya pintu-pintu neraka dikarenakan sedikitnya kemaksiatan yang dilakukan oleh orang-orang beriman.
Adapun diikatnya setan-setan memiliki pengertian bahwa mereka tidak dapat mengganggu orang-orang yang baik itu sebagaimana yang dapat mereka lakukan pada bulan lain.
Imam Ahmad meriwayatkan suatu hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: "Di dalam bulan Ramadan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya:
(1) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada bau minyak kesturi. (2) Para malaikat selalu memintakan ampunan untuk mereka hingga mereka berbuka. (3) Setiap hari Allah SWT menghias surga-Nya sambil berkata, 'Hamba-hamba-Ku yang sholeh ingin melepas beban dan penderitaannya dan mereka rindu untuk memasukimu.'
(4) Pada bulan ini diikatlah setan-setan yang durhaka sehingga mereka tidak leluasa mencapai apa yang dapat dicapainya pada bulan lain. (5) Mereka diampuni oleh Allah SWT pada malam yang terakhir dari bulan itu.
Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah itu malam Lailatul-Qadar?' Beliau menjawab, 'Tidak, karena orang yang bekerja itu akan dipenuhi upahnya manakala sudah menyelesaikan pekerjaannya."
Saudara-saudaraku, inilah lima perkara yang Allah SWT simpan dan anugerahkan khusus hanya untuk kalian, bukan diperuntukkan bagi umat yang lain, karena DIa hendak menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian.
Nah, berapa banyak nikmat Allah SWT yang telah diberikan untuk kalian? Dia berfirman: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.... (Ali Imran: 110)"
Pertama, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada bau minyak kesturi. Padahal, bau yang keluar dari mulut ketika perut dalam keadaan kosong merupakan bau yang tidak disenangi orang. Namun di sisi-Nya hal ini lebih harum dibandingkan parfum jenis apa pun.
Sebab bau tersebut timbul dari ketaatan beribadah kepada-Nya. Segala sesuatu yang timbul dari beribadah dan sikap menaati Allah disukai oleh-Nya dan akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih mulia. Tidakkah Anda lihat orang yang mati
Kedua, para malaikat memintakan ampun bagi mereka hingga mereka berbuka, sedangkan malaikat adalah hamba-hamba Allah SWT yang dimuliakan di sisi-Nya, yang tidak pernah melanggar perintah-Nya, dan selalu melaksanakan apa pun yang diperintahkan-Nya.
Maka sudah sewajarnyalah kalau Allah SWT mengabulkan permohonan mereka untuk orang-orang yang berpuasa itu, yang memang sudah diizinkan oleh-Nya.
Ketiga, Allah SWT menghiasi surga-Nya setiap hari sambil berkata: "Hamba-hamba-Ku yang sholeh ingin melepaskan beban dan penderitaannya dan mereka sangat ingin memasukimu." Allah SWT menghiasi surga-Nya setiap hari merupakan persiapan untuk menyambut para hamba-Nya yang baik dan untuk menambah semangat mereka agar semakin berkeinginan untuk masuk ke dalamnya.
Keempat, Setan-setan diikat dengan rantai dan belenggu sehingga mereka tidak dapat menyesatkan hamba-hamba Allah yang sholeh dari kebenaran. Hal ini termasuk pertolongan Allah SWT kepada mereka (hamba-hamba yang sholeh) dengan cara menahan musuh-musuh mereka yang senantiasa mengajak para pengikutnya menuju neraka.
Oleh karena itu, bisa didapati orang-orang yang sholeh pada bulan Ramadan ini lebih bersemangat untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Kelima, Allah SWT mengampuni seluruh dosa umat Nabi SAW pada akhir bulan ini apabila mereka melaksanakan apa-apa yang seharusnya mereka laksanakan pada bulan yang penuh berkah ini, baik berupa puasa maupun shalawat sebagai suatu keutamaan dari-Nya.
Dalam hal ini Allah SWT menyempurnakan pahala mereka setelah mereka usai melaksanakan amalan-amalan, karena sebagaimana orang yang bekerja, tentulah akan disempurnakan upahnya setelah pekerjaannya selesai.
Saudara-saudaraku, datangnya bulan suci Ramadan merupakan nikmat yang paling besar bagi orang yang mendapatinya dan menunaikan hak-haknya dengan kembali kepada Rabb-nya; lepas dari kemaksiatan menuju kepada ketaatan, terhindar dari kelalaian menuju kepada dzikir, dan yang jauh dari-Nya kini kembali mendekat kepada-Nya.
Demikianlah, keutamaan dari bulan Ramadan ini, semoga menjadi motivasi bagi kita agar bisa menjalankan puasa beserta amal sholeh lainnya yang mendatangkan kebaikan.
Allahumma ainna 'ala dzikrika wasyukrika wahusni ibadatika. Aamiin ya rabbal alamin.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
2. Hikmah Puasa Ramadan
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.
Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.
Seluruh perintah Allah SWT kepada umat manusia untuk beribadah memiliki tujuan "tazkiyah al-nafs" (membersihkan jiwa). Ini penting kita pahami agar puasa Ramadhan yang kita jalani, bermakna di dalam diri kita.
Saudara kita kaum muslimin di penjuru dunia dilanda banyak musibah, ditandai dengan kurang bersatunya umat Islam (internal), sampai konspirasi global untuk menuduh umat Islam sebagai umat yang tidak beradab (eksternal); sebutan teroris selalu dialamatkan kepada umat Islam.
Ramadan merupakan "syahr al-tarbiyah" untuk membentuk manusia yang bertakwa. Puasa bulan Ramadan mengandung beberapa hikmah. Hikmah yang pertama adalah kehidupan akhirat.
Puasa di bulan Ramadan pada dasarnya adalah membangun obsesi terbesar untuk kehidupan akhirat, tidak lagi terjebak dengan kepentingan dunia, sekalipun dunia merupakan "mazra'at al-akhirah", ladang untuk menuju akhirat.
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 269: "Barang siapa yang diberikan hikmah dari Allah, maka sesungguhnya mereka diberikan oleh Allah sesuatu kebaikan yang banyak."
Sebenarnya banyak kesempatan bagi kaum muslimin untuk memperbaiki diri, tetapi sebagian mereka terperangkap dalam obsesi-obsesi dunianya. Seseorang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk memperbaiki diri dan negerinya melalui jabatan yang dimilikinya, justru membuat ia terlena dengan kehidupan dunia dan lupa dengan kehidupan akhirat.
Seseorang yang diberi kemudahan oleh Allah SWT berupa ilmu, seharusnya dapat memberikan pelita, pencerahan kepada masyarakat. Akan tetapi tidak sedikit orang yang berilmu tenggelam dalam kesombongan intelektualitasnya, bahkan berani mempermainkan Al-Qur'an dan Hadits demi membangun popularitas.
Pada bulan Ramadan ini, seharusnya kepentingan akhirat dijadikan sebagai obsesi yang paling besar dalam kehidupan, bukan kepentingan dunia.
Kita harus meninggalkan yang haram, syubhat, semata-mata demi menuju kehidupan akhirat. Karena itu kaki dan badan kita tidak akan merasa berat menghujam bumi ketika dipanggil untuk berjihad di jalan Allah SWT.
Kaum muslimin pernah di tegur oleh Allah SWT, karena sebagian dari mereka enggan berjihad di jalan-Nya, disebabkan tarik menarik dengan kepentingan dunia. Allah SWT mengingatkan kaum muslimin bahwa dunia dan isinya adalah "qalil" (sedikit) bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.
Hikmah yang kedua adalah "Bina-u al-hasasiyyati al-ijti- ma'iyyah", membangun sensitivitas sosial, membangun kepekaan sosial. Di bulan Ramadan ini, kita dididik oleh Allah SWT untuk menghidupkan "al-'amal al-jama'i", menghidupkan amal, kerja secara kolektif dan berjamaah. Bila suatu pekerjaan hanya dilakukan oleh individu-individu, maka kita tidak mungkin dapat menyelesaikan permasalahan dunia, khususnya di negeri kita ini.
Terjadinya kerusakan, di bidang ekonomi, budaya maupun politik, ditambah dengan kemerosotan akhlak dan sedikitnya pemahaman akidah terhadap agama, membuat masyarakat kita cenderung melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan nilai- nilai negatif dalam lingkungan masyarakat ataupun negara. Persoalan besar ini hanya dapat diatasi dengan kebersamaan.
Seorang penyair mengatakan "Kapan sebuah bangunan itu akan tegak berdiri jika kamu sendirian membangun sementara orang lainnya merobohkannya". Demikian juga dengan pentingnya peran ulama untuk mengingatkan dan sekaligus bekerja sama dengan para pejabat, umara, membangun negeri ke arah yang lebih baik.
Pada zaman Rasulullah SAW, kemaksiatan hanya dilakukan oleh individu, tetapi sekarang hal itu dilakukan secara sistematis dan terlembaga. Mereka melakukan beramai-ramai dan tidak merasa malu melakukannya. Ini disebabkan karena tidak ada kebersamaan.
Bulan Ramadan mendidik kita untuk bersama-sama dalam beribadah, bersama-sama dalam kegiatan yang islami, tidak membiarkan kemaksiatan.
Dalam Atsar dikatakan "Jikalau ada seseorang melihat kemungkaran, melihat kemaksiatan, dia adalah setan yang bisu. Dan sekalipun bisu, setan pasti bermitra dengan setan yang lainnya, saling memberikan bisikan untuk memerangi Islam ajaran Rasulullah, baik itu setan manusia maupun setan jin."
Hikmah yang ketiga adalah melatih kesabaran. Pada bulan Ramadhan kita menahan diri untuk makan dan minum dari mulai terbit fajar sampai waktu Maghrib.
Seandainya seorang muslim dan rakyat Indonesia pada umumnya mampu menahan diri dari perbuatan haram, syubhat, bahkan mubah, niscaya akan terjadi perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perubahan menuju perbaikan yang maksimal tidak dapat diharapkan hanya dari seorang presiden atau pemerintah, tetapi harus dimulai dari setiap muslim, mulai dari para penguasa dan pemerintahannya. Sehingga, dapat membuat suatu keputusan yang mempersempit ruang lingkup kemaksiatan, lebih mudah berbuat kebaikan.
Itulah tiga hikmah yang bisa kita petik dari puasa Ramadhan. Marilah kita jadikan bulan Ramadhan sebagai madrasah, sebagai pusat pendidikan, agar dapat membangun obsesi terbesar kita untuk kehidupan di akhirat nanti.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Klik halaman selanjutnya untuk contoh ceramah lainnya.
Simak Video "Nikmatnya Jalani Ibadah Ramadan di Masjid Ka'bah Makassar"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Doa Nabi Yunus dan Kisahnya Kala Berada di dalam Perut Paus
5 Keistimewaan Malam Lailatul Qadar, Muslim Sudah Tahu?
Saat Umar bin Khattab Ingin Dimakamkan di Sisi Dua Sahabatnya