Contoh Ceramah Menyambut Bulan Ramadan, Penuh Makna dan Hikmah

Contoh Ceramah Menyambut Bulan Ramadan, Penuh Makna dan Hikmah

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Sabtu, 18 Mar 2023 14:00 WIB
Ramadan Kareem month with glowing lantern on the background of the old city with mosque. Abstract golden moon with islamic ornament. Eid Mubarak. Holy month for fasting Muslims. Vector
Ilustrasi ceramah Ramadan Foto: Getty Images/iStockphoto/Sergey Balakhnichev
Jakarta -

Ramadan menjadi momen di mana umat Islam meningkatkan pengetahuan mereka terkait agama. Sehingga tak sedikit dari mereka ingin mendengar ceramah dan pidato yang disampaikan para pemangku keagamaan.

Adapun tujuan ceramah yang diperdengarkan ini sebagaimana mengutip detikEdu, untuk memberi nasihat serta petunjuk keagamaan kepada kaum muslim. Selain itu, pidato yang dimaksud juga supaya mendorong mereka berbuat tindakan yang mengarah pada kebajikan.

Berikut pidato singkat tentang Ramadan yang bisa disampaikan, yang dinukil dari buku Majalis Syahri Ramadhan karya Syekh Muhammad bin Shalih Utsaimin, dan buku Islam Rahmat Bagi Alam Semesta susunan Tim Penceramah JIC.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Pidato Singkat tentang Bulan Ramadan

1.Keutamaan Bulan Ramadhan

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.

ADVERTISEMENT

Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.

Saudara-saudaraku, kini kita dinaungi bulan yang mulia, musim yang agung, yang di dalamnya Allah SWT melipatgandakan pahala dan memperbanyak pemberian, serta membukakan pintu-pintu kebaikan bagi semua orang yang menginginkannya.

Bulan ini adalah bulan yang penuh kebaikan dan berkah, bulan pemberian dan kasih sayang, bulan yang diturunkan kepadanya Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan sebagai bukti mengenai bimbingan serta sebagai pembeda antara yang salah dan yang benar. Juga bulan yang diliputi rahmat, ampunan, dan keselamatan dari siksa neraka.

Disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasul SAW pernah bersabda, "Bila bulan Ramadhan datang maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka, serta diikatlah setan-setan."

Dibukanya pintu-pintu surga pada bulan ini disebabkan banyaknya amal sholeh yang dikerjakan orang, sekaligus untuk menggemarkan orang-orang beramal. Sedangkan ditutupnya pintu-pintu neraka dikarenakan sedikitnya kemaksiatan yang dilakukan oleh orang-orang beriman.

Adapun diikatnya setan-setan memiliki pengertian bahwa mereka tidak dapat mengganggu orang-orang yang baik itu sebagaimana yang dapat mereka lakukan pada bulan lain.

Imam Ahmad meriwayatkan suatu hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda: "Di dalam bulan Ramadan umatku diberi lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya:

(1) Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada bau minyak kesturi. (2) Para malaikat selalu memintakan ampunan untuk mereka hingga mereka berbuka. (3) Setiap hari Allah SWT menghias surga-Nya sambil berkata, 'Hamba-hamba-Ku yang sholeh ingin melepas beban dan penderitaannya dan mereka rindu untuk memasukimu.'

(4) Pada bulan ini diikatlah setan-setan yang durhaka sehingga mereka tidak leluasa mencapai apa yang dapat dicapainya pada bulan lain. (5) Mereka diampuni oleh Allah SWT pada malam yang terakhir dari bulan itu.

Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah itu malam Lailatul-Qadar?' Beliau menjawab, 'Tidak, karena orang yang bekerja itu akan dipenuhi upahnya manakala sudah menyelesaikan pekerjaannya."

Saudara-saudaraku, inilah lima perkara yang Allah SWT simpan dan anugerahkan khusus hanya untuk kalian, bukan diperuntukkan bagi umat yang lain, karena DIa hendak menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian.

Nah, berapa banyak nikmat Allah SWT yang telah diberikan untuk kalian? Dia berfirman: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.... (Ali Imran: 110)"

Pertama, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada bau minyak kesturi. Padahal, bau yang keluar dari mulut ketika perut dalam keadaan kosong merupakan bau yang tidak disenangi orang. Namun di sisi-Nya hal ini lebih harum dibandingkan parfum jenis apa pun.

Sebab bau tersebut timbul dari ketaatan beribadah kepada-Nya. Segala sesuatu yang timbul dari beribadah dan sikap menaati Allah disukai oleh-Nya dan akan diganti dengan sesuatu yang lebih baik dan lebih mulia. Tidakkah Anda lihat orang yang mati

Kedua, para malaikat memintakan ampun bagi mereka hingga mereka berbuka, sedangkan malaikat adalah hamba-hamba Allah SWT yang dimuliakan di sisi-Nya, yang tidak pernah melanggar perintah-Nya, dan selalu melaksanakan apa pun yang diperintahkan-Nya.

Maka sudah sewajarnyalah kalau Allah SWT mengabulkan permohonan mereka untuk orang-orang yang berpuasa itu, yang memang sudah diizinkan oleh-Nya.

Ketiga, Allah SWT menghiasi surga-Nya setiap hari sambil berkata: "Hamba-hamba-Ku yang sholeh ingin melepaskan beban dan penderitaannya dan mereka sangat ingin memasukimu." Allah SWT menghiasi surga-Nya setiap hari merupakan persiapan untuk menyambut para hamba-Nya yang baik dan untuk menambah semangat mereka agar semakin berkeinginan untuk masuk ke dalamnya.

Keempat, Setan-setan diikat dengan rantai dan belenggu sehingga mereka tidak dapat menyesatkan hamba-hamba Allah yang sholeh dari kebenaran. Hal ini termasuk pertolongan Allah SWT kepada mereka (hamba-hamba yang sholeh) dengan cara menahan musuh-musuh mereka yang senantiasa mengajak para pengikutnya menuju neraka.

Oleh karena itu, bisa didapati orang-orang yang sholeh pada bulan Ramadan ini lebih bersemangat untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemunkaran dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.

Kelima, Allah SWT mengampuni seluruh dosa umat Nabi SAW pada akhir bulan ini apabila mereka melaksanakan apa-apa yang seharusnya mereka laksanakan pada bulan yang penuh berkah ini, baik berupa puasa maupun shalawat sebagai suatu keutamaan dari-Nya.

Dalam hal ini Allah SWT menyempurnakan pahala mereka setelah mereka usai melaksanakan amalan-amalan, karena sebagaimana orang yang bekerja, tentulah akan disempurnakan upahnya setelah pekerjaannya selesai.

Saudara-saudaraku, datangnya bulan suci Ramadan merupakan nikmat yang paling besar bagi orang yang mendapatinya dan menunaikan hak-haknya dengan kembali kepada Rabb-nya; lepas dari kemaksiatan menuju kepada ketaatan, terhindar dari kelalaian menuju kepada dzikir, dan yang jauh dari-Nya kini kembali mendekat kepada-Nya.

Demikianlah, keutamaan dari bulan Ramadan ini, semoga menjadi motivasi bagi kita agar bisa menjalankan puasa beserta amal sholeh lainnya yang mendatangkan kebaikan.

Allahumma ainna 'ala dzikrika wasyukrika wahusni ibadatika. Aamiin ya rabbal alamin.
Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

2. Hikmah Puasa Ramadan

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.

Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.

Seluruh perintah Allah SWT kepada umat manusia untuk beribadah memiliki tujuan "tazkiyah al-nafs" (membersihkan jiwa). Ini penting kita pahami agar puasa Ramadhan yang kita jalani, bermakna di dalam diri kita.

Saudara kita kaum muslimin di penjuru dunia dilanda banyak musibah, ditandai dengan kurang bersatunya umat Islam (internal), sampai konspirasi global untuk menuduh umat Islam sebagai umat yang tidak beradab (eksternal); sebutan teroris selalu dialamatkan kepada umat Islam.

Ramadan merupakan "syahr al-tarbiyah" untuk membentuk manusia yang bertakwa. Puasa bulan Ramadan mengandung beberapa hikmah. Hikmah yang pertama adalah kehidupan akhirat.

Puasa di bulan Ramadan pada dasarnya adalah membangun obsesi terbesar untuk kehidupan akhirat, tidak lagi terjebak dengan kepentingan dunia, sekalipun dunia merupakan "mazra'at al-akhirah", ladang untuk menuju akhirat.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 269: "Barang siapa yang diberikan hikmah dari Allah, maka sesungguhnya mereka diberikan oleh Allah sesuatu kebaikan yang banyak."

Sebenarnya banyak kesempatan bagi kaum muslimin untuk memperbaiki diri, tetapi sebagian mereka terperangkap dalam obsesi-obsesi dunianya. Seseorang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk memperbaiki diri dan negerinya melalui jabatan yang dimilikinya, justru membuat ia terlena dengan kehidupan dunia dan lupa dengan kehidupan akhirat.

Seseorang yang diberi kemudahan oleh Allah SWT berupa ilmu, seharusnya dapat memberikan pelita, pencerahan kepada masyarakat. Akan tetapi tidak sedikit orang yang berilmu tenggelam dalam kesombongan intelektualitasnya, bahkan berani mempermainkan Al-Qur'an dan Hadits demi membangun popularitas.

Pada bulan Ramadan ini, seharusnya kepentingan akhirat dijadikan sebagai obsesi yang paling besar dalam kehidupan, bukan kepentingan dunia.

Kita harus meninggalkan yang haram, syubhat, semata-mata demi menuju kehidupan akhirat. Karena itu kaki dan badan kita tidak akan merasa berat menghujam bumi ketika dipanggil untuk berjihad di jalan Allah SWT.

Kaum muslimin pernah di tegur oleh Allah SWT, karena sebagian dari mereka enggan berjihad di jalan-Nya, disebabkan tarik menarik dengan kepentingan dunia. Allah SWT mengingatkan kaum muslimin bahwa dunia dan isinya adalah "qalil" (sedikit) bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat.

Hikmah yang kedua adalah "Bina-u al-hasasiyyati al-ijti- ma'iyyah", membangun sensitivitas sosial, membangun kepekaan sosial. Di bulan Ramadan ini, kita dididik oleh Allah SWT untuk menghidupkan "al-'amal al-jama'i", menghidupkan amal, kerja secara kolektif dan berjamaah. Bila suatu pekerjaan hanya dilakukan oleh individu-individu, maka kita tidak mungkin dapat menyelesaikan permasalahan dunia, khususnya di negeri kita ini.

Terjadinya kerusakan, di bidang ekonomi, budaya maupun politik, ditambah dengan kemerosotan akhlak dan sedikitnya pemahaman akidah terhadap agama, membuat masyarakat kita cenderung melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan nilai- nilai negatif dalam lingkungan masyarakat ataupun negara. Persoalan besar ini hanya dapat diatasi dengan kebersamaan.

Seorang penyair mengatakan "Kapan sebuah bangunan itu akan tegak berdiri jika kamu sendirian membangun sementara orang lainnya merobohkannya". Demikian juga dengan pentingnya peran ulama untuk mengingatkan dan sekaligus bekerja sama dengan para pejabat, umara, membangun negeri ke arah yang lebih baik.

Pada zaman Rasulullah SAW, kemaksiatan hanya dilakukan oleh individu, tetapi sekarang hal itu dilakukan secara sistematis dan terlembaga. Mereka melakukan beramai-ramai dan tidak merasa malu melakukannya. Ini disebabkan karena tidak ada kebersamaan.

Bulan Ramadan mendidik kita untuk bersama-sama dalam beribadah, bersama-sama dalam kegiatan yang islami, tidak membiarkan kemaksiatan.

Dalam Atsar dikatakan "Jikalau ada seseorang melihat kemungkaran, melihat kemaksiatan, dia adalah setan yang bisu. Dan sekalipun bisu, setan pasti bermitra dengan setan yang lainnya, saling memberikan bisikan untuk memerangi Islam ajaran Rasulullah, baik itu setan manusia maupun setan jin."

Hikmah yang ketiga adalah melatih kesabaran. Pada bulan Ramadhan kita menahan diri untuk makan dan minum dari mulai terbit fajar sampai waktu Maghrib.

Seandainya seorang muslim dan rakyat Indonesia pada umumnya mampu menahan diri dari perbuatan haram, syubhat, bahkan mubah, niscaya akan terjadi perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perubahan menuju perbaikan yang maksimal tidak dapat diharapkan hanya dari seorang presiden atau pemerintah, tetapi harus dimulai dari setiap muslim, mulai dari para penguasa dan pemerintahannya. Sehingga, dapat membuat suatu keputusan yang mempersempit ruang lingkup kemaksiatan, lebih mudah berbuat kebaikan.

Itulah tiga hikmah yang bisa kita petik dari puasa Ramadhan. Marilah kita jadikan bulan Ramadhan sebagai madrasah, sebagai pusat pendidikan, agar dapat membangun obsesi terbesar kita untuk kehidupan di akhirat nanti.

Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Klik halaman selanjutnya untuk contoh ceramah lainnya.

3. Islamisasi Diri di Bulan Ramadan

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Alhamdulillah. Segala puji hanya untuk-Nya. Penguasa alam semesta. Karunia-Nya tak terhingga.

Shalawat dan salam teruntuk junjungan mulia, Muhammad SAW. Semoga kita dapat mengikuti sunahnya.

Kita memasuki bulan Ramadan, satu-satunya bulan yang dilimpahi Allah SWT dengan nikmat kepada hamba-Nya, bulan diturunkannya kitab suci al-Qur'an tanpa kebatilan di dalamnya, dari Tuhan Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji.

"Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-pen- jelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda antara yang benar dan yang batil." (QS. al-Baqarah, 2:185)

Syekh Mahmud Syaltut menyebut bulan Ramadan dengan "Syahir al-Qur'an (bulan al-Qur'an). Beliau juga menyebutnya dengan "Syahr al-Tashfiyah al-Ruhiyyah" (bulan pembersihan ruhani), karena Allah SWT mewajibkan umat Islam berpuasa untuk membersihkan jiwa.

Di bulan suci ini, kita mendapat kesempatan dan peluang untuk islamisasi diri. Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam, menurut ajaran Rasulullah SAW mempunyai lima pilar, syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji.

Syahadat adalah persaksian atau pernyataan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah SWT, "Asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah". Syahadat kita baca setiap melakukan tahiyyat dalam salat.

Pilar Islam kedua adalah sholat. Kita diwajibkan mendirikan sholat lima kali dalam sehari. Di samping itu, kita dianjurkan melaksanakan sholat-sholat sunnah, bahkan dianjurkan memperbanyak sholat malam, seperti tarawih dan witir.

Sebagai wahana islamisasi diri, kita melaksanakan sholat tarawih dengan 8 rakaat, 20 rakaat, bahkan 36 rakaat (menurut Imam Malik ibn Anas di kota Madinah).

Mengapa orang-orang Madinah melakukan sholat tarawih sampai 36 rakaat? Orang Madinah merasa iri dengan orang Makkah yang melakukan sholat tarawih sampai 20 rakaat, setiap 4 rakaat mereka berhenti untuk melakukan tawaf (keliling Kakbah), mereka sholat tarawih 20 rakaat ditambah 4 kali tawaf.

Orang Madinah iri kepada orang Mekah yang tentu mendapat pahala lebih banyak. Karena tidak ada Kakbah, mereka menggantinya dengan menambah rakaat sholat, setiap satu tawaf diganti dengan 4 rakaat, menjadi 16 rakaat, dan ditambah dengan jumlah rakaat sholat tarawih menjadi 36 rakaat.

Keadaan ini berlangsung sampai munculnya Imam Malik di sana. Maka menurut Imam Malik, sholat tarawih itu terdiri dari 36 rakaat.

Kita meningkatkan keislaman kita dengan memperbanyak sholat sunnah di bulan Ramadan, menurut kemampuan dan kemauan kita masing-masing.

Bahkan ada yang melaksanakan tarawih 20 rakaat dengan membaca satu Juz al-Qur'an setiap malam sampai selesai 30 juz (satu al-Qur'an) dalam satu bulan, seperti di Masjid PTIQ, masjid UIN Syarif Hidayatullah dan masjid At-Tin Taman Mini Indonesia Indah.

Pilar Islam ketiga adalah zakat. Mengeluarkan infak ada yang wajib dan ada yang sunnah, keduanya mendapatkan pahala. Infak wajib ada dua macam, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (harta).

Zakat fitrah adalah zakat diri sendiri, zakat jiwa. Setiap muslim wajib membayar zakat fitrah. Sedangkan zakat mal diwajibkan bagi orang mempunyai harta mencapai nisab (batas wajib zakat mal).

Dalam rangka islamisasi diri, kita melaksanakan zakat pada bulan Ramadan agar mendapatkan pahala yang berlipat ganda, baik infak wajib maupun infak sunnah yang disebut shadaqah (sedekah).

Jadi di samping kita membayar zakat, kita juga dianjurkan mengeluarkan shadaqah yang diberikan kepada mustahiq (orang yang berhak menerima) seperti orang miskin, orang banyak hutang, mualaf dan fisabilillah.

Pilar Islam keempat adalah puasa di bulan Ramadhan. Pada bulan Ramadan ini kita diwajibkan melaksanakan puasa selama satu bulan penuh.

Dalam Ramadan terdapat tiga tingkatan puasa. Pertama, "shaum al-'awwam", puasa umum atau puasa yang paling ringan. Kedua "shaum al-khushush", puasa anggota badan, mata, mulut, hidung, telinga, tangan, dan kaki, puasa dari perbuatan yang tercela. Ketiga, "shaum khushush al- khushush", puasa hati, dengan tidak sedikitpun memikirkan perbuatan yang tidak baik. Ini yang paling berat.

Menurut Syaikh al-Azhar, puasa Ramadan merupakan ibadah yang tujuannya sama dengan tujuan al-Qur'an, membina akal dan jiwa manusia serta mengatur kehidupan. Puasa ternyata menyatukan umat Islam, dalam hal waktu istirahat, waktu kerja, waktu makan dan minum, waktu sahur, waktu berbuka puasa dan waktu sholat yang dikerjakan bersama-sama, berjamaah.

Puasa juga membasahi mulut umat Islam dengan ucapan tasbih, mensucikan Allah SWT, menjaga diri dari ucapan yang kurang baik, dan menanamkan jiwa kesabaran dan ketabahan dalam hidup manusia.

Oleh karena itu, kita berusaha meningkatkan keislaman kita dengan menjalankan puasa sebaik-baiknya. Jika kita bisa melakukan puasa kelas berat, "shaum khusus al-khusus", memperbanyak rakaat dalam sholat tarawih dan witir, akan diampuni dosa-dosa kita sampai bersih, seperti bayi yang baru lahir dan tidak berdosa.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan puasa Ramadan dan mensunahkan salat di waktu malamnya. Maka barang siapa melakukan puasa dan sholat malamnya dengan benar- benar beriman dan keikhlasan semata-mata karena Allah SWT, maka akan keluar dari dosa-dosanya seperti ketika dilahirkan ibunya."

Pilar Islam kelima adalah haji ke Baitullah di Makkah al-Mukarramah. Haji ada dua macam, haji besar dan haji kecil. Haji besar hanya bisa dijalankan pada bulan Dzulhijjah, bulan haji.

Pada bulan Ramadan ini, orang dapat melakukan islamisasi diri melalui umrah. Pada bulan Ramadhan, umat Islam sedunia berbondong-bondong menjalankan umrah, terutama pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Rasulullah SAW menyatakan bahwa umrah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan nilainya sama dengan haji.

Demikian lima cara Islamisasi diri yang diambil dari lima pilar atau lima rukun Islam, semoha kita senantiasa dapat melaksanakannya di bulan Ramadan. Mohon maaf atas kata yang kurang berkenan, Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.



Simak Video "Video: Momen Prabowo Sempat Bergaya Pidato Sambil Pakai Teks"
[Gambas:Video 20detik]

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads