Gerakan Numerasi Nasional merupakan salah satu program prioritas untuk meningkatkan kemampuan numerasi masyarakat Indonesia dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Salah satu implementasi programnya yaitu dengan pengajaran "Matematika GEMBIRA".
Dalam pengajaran GEMBIRA, terdapat lima tahapan utama, yaitu Gali dan Eksplorasi, Muat konten, Buat aktivitas, Ikuti pemikiran murid, Rayakan dan Akhiri pembelajaran. Cara ini dilakukan, salah satunya agar siswa tak menjadikan sebagai momok, melainkan karakter berlogika dan kepekaan sosial yang unggul.
Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Dirjen GTKPG), Prof Dr Nunuk Suryani, memberikan contoh bagaimana "Matematika GEMBIRA" diterapkan. Melalui program "Direktur Mengajar", ia menjadi guru matematika di kelas 2 SDN 1 Banyuagung, Kota Surakarta, Jawa Tengah, pada Jumat (21/11/2025).
Ia melakukan pendekatan pembelajaran matematika dengan medium jajanan atau kue tradisional aneka bentuk, mulai dari segitiga hingga jajar genjang. Medium ini bisa mengajarkan siswa tentang bangun datar dalam matematika dari hal terdekat yang sering siswa lihat dalam kehidupan sehari-hari.
"Yang baru saya lakukan itu kan saat ini kita sedang ada namanya gerakan numerasi nasional itu bagaimana kita bisa memecah mitos bahwa matematika itu seram, menjadi matematika GEMBIRA," katanya ditemui usai mengajar di kelas.
Pendekatan dengan Bentuk Nyata yang Mudah Dikenali Siswa
Dalam pengajarannya, Nunuk menggunakan jajanan tradisional seperti wajik berbentuk jajar genjang, kue berbentuk bola/lingkaran, hingga jadah berbentuk persegi. Selain dari bentuk, siswa juga diajak untuk belajar penjumlahan dan pengurangan dengan jajanan tersebut.
Hal ini sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah mereka lewati pada semester sebelumnya. Jawaban semua siswa terhadap berbagai soal menunjukkan siswa sudah bisa mencapainya.
"(Tadi) itu sesuai dengan capaian pembelajaran untuk anak kelas 2 semester 1. Itu seperti mengenal bangun datar, kemudian penjumlahan, mengenal angka sampai 20. Tadi tidak ada satu pun yang tidak bisa. Jadi ketika mereka dikenalkan terlebih dahulu, barangnya dulu, baru dikasih definisi. Jadi anak-anak itu perlu dengan (hal) nyata baru ke konsep. Bukan sebaliknya," paparnya.
"Kalau zaman dulu kan kita bicara; jajaran genjang adalah..., definisi. Mereka (anak-anak gak mudeng), abstrak sekali. Tapi kalau lihat mana kue yang bentuknya jajaran genjang, ditunjukkan, baru kita jelaskan ciri-cirinya apa. Jadi mereka langsung memberikan pengamatan terhadap benda yang dilihat," tambahnya.
Matematika yang Menggembirakan Bisa Tingkatkan Numerasi Anak?
Nunuk menjelaskan, apa yang dilakukan di SDN 1 Banyuagung merupakan salah satu implementasi dari "Matematika GEMBIRA". Ia meyakini bahwa tidak ada anak yang tidak suka matematika, karena hal itu bergantung pada metode atau pendekatannya.
"Itu sebenarnya adalah mengimplementasikan matematika gembira, sehingga tadi ada dua anak yang tidak suka matematika, setelah mereka belajar, mereka malah bisa maju, malah mereka bisa menjawab (pertanyaan)," tegasnya.
"Artinya sebenarnya tidak anak yang tidak suka matematika, kalau kita bisa memecah mitos bahwa matematika itu bukan pelajaran yang seram, tapi bisa diajarkan dengan gembira," jelasnya kemudian.
Nunuk juga menyoroti bahwa meningkatkan kemampuan numerasi anak-anak sekolah sangat penting. Terutama, karena Indonesia telah belajar dari yang sebelum-sebelumnya.
Ia mengatakan, dalam lima belas tahun terakhir, anak-anak di Tanah Air kalah bersaing soal kemampuan numerasi.
"Lima belas tahun, kemampuan numerasi kita kan rendah dan itu tidak bisa bersaing dengan negara-negara tetangga. Oleh karena itu, dengan revolusi transformasi pembelajaran matematika, menjadi matematika gembira, itu nanti diimplementasikan ke seluruh Indonesia," ujarnya.
"Harapannya matematika bukan lagi momok, dari situ mereka menyukai pelajaran matematika. Harapannya nanti nilai numerasi kita meningkat," ujar Nunuk.
Ia optimis, dengan numerasi yang meningkat, maka kesenjangan kemampuan yang sekarang ada bisa teratasi. Namun, lanjutnya, hal itu butuh usaha dan butuh waktu.
"Ini yang sedang kita kerjakan. Harapannya nanti ketika kita mengikuti skor PISA berikutnya, kan setiap dua tahun (sekali), kita sudah bisa melompat ya dengan adanya banyak yang telah kita lakukan seperti saat ini," tuturnya.
Simak Video "Video: Pemerintah Bantah Isu PPG Guru Tertentu Dihentikan pada 2026"
(faz/nwk)