Skor PISA (Programme for International Student Assessment) Indonesia yang masih rendah menjadi perhatian serius Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Salah satu upaya untuk menjawabnya adalah melalui Gerakan Numerasi Nasional (GNN).
Seperti yang diketahui, skor PISA merupakan tolok ukur internasional terkait hasil pembelajaran siswa di suatu negara. Skor PISA di Indonesia, diakui masih jauh tertinggal untuk rata-rata negara maju anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Rendahnya skor PISA ini juga diakui oleh Mendikdasmen, Abdul Mu'ti. GNN menjadi jawaban Menteri Mu'ti untuk mencapai target skor PISA di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Target skor PISA untuk Indonesia dalam RPJMN 2025-2029 adalah 409 untuk membaca, 419 untuk matematika dan sains sebesar 426 pada 2029.
"Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional merupakan usaha bersama yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan numerasi anak-anak Indonesia. Kita semua memahami kemampuan numerasi anak-anak kita kalau diukur dari skor PISA memang masih jauh dari harapan kita. Karena itu, tujuan spesifik gerakan ini meningkatkan skor PISA," tutur Mu'ti dalam acara Peluncuran Gerakan Numerasi Nasional di SDN Meruya Selatan 04 Pagi, Jakarta Barat, Selasa (19/8/2025).
Numerasi Akar Ilmu Pengetahuan
Seiring dengan upaya meningkatkan Skor PISA, Mu'ti menyebut GNN juga bertujuan untuk membangkitkan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap matematika. Bak sebuah pohon, numerasi menurut Mu'ti adalah akar dari berbagai ilmu.
"Numerasi itu merupakan akar dari berbagai ilmu dari berbagai disiplin. Dalam kehidupan kita sehari-hari kalau akar-akar itu kuat maka batangnya akan kuat," ungkapnya.
Dengan begitu, Mu'ti menegaskan pengembangan kemampuan numerasi sangat diperlukan. Kemampuan numerasi menjadi dasar pengembangan berbagai cabang ilmu pengetahuan.
"Karena dalam hampir semua bidang ilmu memerlukan matematika, memerlukan keterampilan numerasi. Sering kali ada yang berpendapat numerasi hanya soal disiplin ilmu tertentu, khususnya ilmu-ilmu eksakta, tapi kalau saya boleh menyebut, dalam konteks agama sekalipun numerasi juga tidak dapat dilepaskan," imbuhnya.
Ditandai Peresmian Taman Numerasi
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Guru Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru (Dirjen GTKPG) Kemendikdasmen Nunuk Suryani menyebut GNN dilakukan dengan serangkaian kegiatan. Kegiatan yang dimaksud seperti, siniar tematik, pembekalan guru, hingga penerbitan buku numerasi bagi keluarga.
"Gerakan ini tidak hanya berbasis kota, tapi juga ada di desa-desa yang menjadi fokus sehingga gerakan ini diselenggarakan secara nasional," tegas Nunuk.
Kemendikdasmen juga meresmikan Taman Numerasi yang bisa digunakan anak-anak Indonesia sebagai tempat belajar sekaligus bermain. Saat ini Taman Numerasi sudah hadir di 140 sekolah dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, yang tersebar di 16 provinsi dan 13 desa.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian berharap GNN bisa menjadi gerakan yang dibiasakan. Ia meminta, gerakan ini harus didukung oleh berbagai pihak, terutama guru dan orang tua.
Menghadiri peluncuran GNN, ia yakin skor PISA Indonesia bisa meningkat dan anak-anak di Tanah Air tak lagi takut kepada angka serta matematika.
"Kami di Komisi X tentunya sangat mendukung gerakan ini dan ingin itu mensosialisasikan sehingga setiap anak Indonesia saat ini akan terbiasa berpikir kritis dan analitis dan tidak takut lagi kepada angka, itu intinya," tandasnya.
(det/nah)