Dugaan Kecurangan Olimpiade Sains Kabupaten/Kota 2025, Muncul Gerakan KawalOSN

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Selasa, 12 Agu 2025 17:00 WIB
Olimpiade Sains Nasional (OSN) Foto: Dok. Puspresnas
Jakarta -

Kecaman pada penyelenggaraan Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2025 pada seleksi tingkat kota/kabupaten (OSN-K) mengemuka dengan munculnya gerakan KawalOSN yang digagas para alumni OSN.Salah satu penggagasnya adalah pakar kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) Ainun Najib, alumnus OSN 2001 yang kini menetap di Singapura.

Ainun menegaskan, OSN-K sejatinya dirancang untuk menemukan dan mengembangkan talenta sains terbaik di Tanah Air dengan menjunjung tinggi prinsip meritokrasi.

Menurut data, OSN 2025 diikuti hampir 800 ribu siswa dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Rinciannya tingkat SD 337.544 siswa, SMP sebanyak 193.712 murid, dan SMA sebanyak 262.985 pelajar. Mereka berasal dari 38 provinsi dan sekolah Indonesia di luar negeri.

"Dasar OSN-K adalah menyaring dan mengembangkan potensi siswa terbaik Indonesia di bidang sains, sekaligus menjaga kredibilitas seleksi nasional berbasis meritokrasi," ujarnya pada detikEdu.

Ia menjelaskan, untuk mencapai tujuan itu dibutuhkan soal yang mampu mengukur kemampuan autentik peserta, bukan hanya menilai dari hasil akhir. Selain itu, proses seleksi harus adil, terstandar, dan bebas manipulasi. "Kita juga memerlukan sistem yang bisa mendeteksi dan mengurangi potensi kecurangan," tambahnya.

Meski demikian, Ainun melihat ada sejumlah kendala yang menghambat. Salah satunya adalah desain sistem OSN-K berbasis daring yang dinilai terlalu longgar, sehingga peserta bisa mengerjakan soal dari lokasi mana saja tanpa pengawasan ketat.

Perkembangan teknologi AI yang semakin canggih juga menjadi tantangan baru. "Soal sekarang bisa dijawab dengan akurasi tinggi tanpa harus memahami materinya secara mendalam. Ini membuka peluang bagi siswa, guru, dan sekolah untuk melakukan kecurangan demi lolos," kata Ainun.

Kecurangan pada OSN-K tersebut klaim Ainun bukan lagi sekadar dugaan. "Sebetulnya sudah terbukti. Jadi terbukti ada kecurangan. Namun, siapa-siapa saja yang curang itu enggak semuanya kita punya bukti," ujarnya.

Ia menyebutkan di platform StudyX.ai terlihat foto-foto soal yang dikirimkan peserta OSN-K terutama jenjang SMA untuk dijawab dengan AI. Selain itu, ada bukti video penggunaan smartphone dan tiadanya pengawasan yang ketat dalam pelaksanaan OSN-K hingga peserta bebas menggunakan perangkat komunikasinya.

"Dengan bangga ada yang posting di medsos video temen-temennya lagi ngerjain OSN, terus dia pake HP. Semuanya juga terlihat di meja ada HP di situ. Berarti semua peserta dengan mudah bisa memfoto dan upload ke platform AI. Jadi tidak ada pengawasan yang ketat terus pesertanya malah keliling-keliling bikin video gitu," ujar Ainun.

Soal OSN Kimia 2025 yang diunggah ke aplikasi StudyX.ai Foto: Dok. Ainun Najib

Padahal dalam panduan yang disusun Balai Pengembangan Talenta Indonesia Pusat Prestasi Nasional (BPTI Puspresnas) Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengatur tata cara pelaksanaan hingga sanksi penyelenggaraan OSN 2025 mulai dari seleksi tingkat sekolah.

Permasalahannya menurut Ainun hampir tiap sekolah diperkenankan menyelenggarakan sendiri OSN-K. "Seharusnya panduan ditaati dengan mengadakan pengawasan silang, tapi nyatanya para peserta dengan bebas menggunakan alat komunikasi," ujarnya.



Simak Video "Video 4 Program Kemendikdasmen Jelang Bahasa Inggris Jadi Mapel Wajib"

(pal/nwk)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork