Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan tidak ada kurikulum baru. Kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Merdeka masih berlaku.
"Kurikulum tak ada yang baru atau penamaan baru. Kurikulum yang berlaku masih K13 dan Kurikulum Merdeka masih berlaku. Untuk di daerah 3T (Tertinggal Terluar Terdepan) masih diperbolehkan K13 sampai 2026-2027. Saat ini 80%-90% satuan pendidikan di Indonesia sudah menerapkan Kurikulum Merdeka. Jadi tidak ada sama sekali nama baru kurikulum saat ini," tegas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran dari Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Dr Laksmi Dewi, MPd.
Hal itu disampaikan Laksmi dalam acara Kemendikdasmen: Dialog Kebijakan bersama Media Massa di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (18/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada kurikulum baru di tahun ini," demikian penekanan Laksmi.
Sedangkan deep learning atau pembelajaran mendalam yang sering disebut dan dikampanyekan Mendikdasmen Abdul Mu'ti, ditegaskan Laksmi bukan kurikulum.
"Deep learning bukan kurikulum. Itu metode memperbarui proses pembelajaran," tekannya lagi.
Laksmi menambahkan, pembelajaran mendalam bisa jadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Alasannya, keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik di Indonesia masih rendah.
"Banyak yang schooling without learning (ke sekolah tanpa benar-benar belajar). Deep learning ini pembelajaran mendalam yang contohnya kita ambil dari Australia, Kanada, dan Swedia. Proses pembelajaran yang mengembangkan karakter, memuliakan, berkesadaran dan menggembirakan," jelasnya.
Karena ingin mendalam, imbuh Laksmi, maka materi pelajarannya tak boleh banyak-banyak.
Sosialisasi Bertahap
Hingga saat ini, untuk pelaksanaan deep learning, BSKAP bekerja sama dengan Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan dan Pendidikan Guru (GTKPG) sudah melakukan workshop kepada 200-an narasumber nasional. Mereka ini nanti yang akan melakukan pelatihan guru sampai ke daerah-daerah.
"Sosialisasi di daerah tidak akan selesai dalam waktu singkat. Kami pilih dari Aceh ada, dari Papua ada, tiap wilayah ada. Setelah itu tiap-tiap perwakilan wilayah melakukan cloning," jelas Laksmi.
Diakuinya, pihaknya belum bisa menjangkau ke semua wilayah Indonesia secara utuh karena keterbatasan. "Namun kami nanti ada webinar-webinar," tambahnya.
Hasil dari deep learning ini diharapkan dapat mewujudkan profil lulusan 8 dimensi, yakni memiliki:
1. Keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME)
2. Kewargaan
3. Kreativitas
4. Kemandirian
5. Komunikasi
6. Kesehatan
7. Kolaborasi
8. Penalaran Kritis
"Saat ini secara hipotesa sih bisa berhasil. Harapannya bisa meningkatkan kompetensi siswa dalam membaca, berhitung dan seterusnya. Teorinya mungkin bisa tapi praktiknya kita lihat ada faktor guru, lingkungan, orang tua dan sebagainya," harap Laksmi.
(nwk/nah)