Salah satu produk artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang kini banyak digunakan pelajar adalah ChatGPT. Baik siswa hingga mahasiswa menggunakannya untuk membantu mengerjakan tugas.
Namun, jika pelajar secara terus-menerus bergantung kepada ChatGPT maka akan ada beberapa konsekuensi yang harus ditanggung. Hal ini disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof Stella Christie.
"Al seperti ChatGPT itu merangkum data-data yang sering kali tidak selalu tepat. Penggunaannya pun harus bijak dan memperhatikan etika. Inilah yang harus diperhatikan di pendidikan vokasi maupun pendidikan tinggi," jelas Prof Stella dilansir dari laman Vokasi Kemdikbud, Senin (2/12/2024).
Dalam acara diskusi Demo Day Perempuan Inovasi 2024 (26/11/2024) tersebut, Prof Stella membeberkan tiga konsekuensi penggunaan ChatGPT. Apa saja itu?
Konsekuensi Penggunaan ChatGPT bagi Pelajar
1. Berkurangnya Kemampuan Membedakan Kualitas
Bagaimana pun juga ChatGPT adalah teknologi yang bisa menghimpun informasi dari berbagai sumber. Adapun sumber yang dipakai belum tentu jelas kebenaran dan validasinya.
Sehingga, Prof Stella mewanti-wanti pelajar untuk tidak percaya terhadap ChatGPT 100 persen. Ia mengimbau untuk melakukan cross check terlebih dahulu sebelum mempercayainya.
Selain itu, jika pelajar terus-menerus menggunakan hasil ChatGPT maka mereka tak akan bisa membedakan mana kualitas tugas yang baik dan buruk. Oleh karena itu, ChatGPT memiliki bias tersendiri dalam konten-konten yang diproduksinya.
2. Sulit Membedakan Naluri dan Rasionalitas
Konsekuensi berikutnya adalah kesulitan membedakan mana naluri dan mana rasionalitas. Hal ini dikarenakan ChatGPT tak mempunyai batas yang jelas.
Jika seseorang sulit membedakan naluri dan rasionalitas, maka ia akan sulit juga dalam membuat keputusan. Prof Stella menekankan pelajar untuk mengingat baik konsekuensi ini agar bisa penggunaan ChatGPT tak berdampak buruk.
3. Ketidakmampuan Memproduksi Tugas Sendiri
Hal lain yang menurut Prof Stella disebut sebagai bahaya dari ChatGPT adalah dapat menghentikan kreativitas pelajar. Jika selalu bergantung pada ChatGPT, pelajar jadi tak punya kemampuan memproduksi tugas sendiri.
Contohnya saat diberi tugas penulisan ide, maka ketergantungan ChatGPT dapat mematikan kemampuan pelajar. Oleh karena itu, seseorang yang ketergantungan bisa saja tidak dapat menulis dengan baik.
Prof Stella menyampaikan bahwa tiga konsekuensi tersebut bisa disampaikan kepada siswa dan mahasiswa untuk memberikan edukasi penggunaan ChatGPT. Nantinya, para pelajar akan mempertimbangkan ulang penggunaan ChatGPT untuk membantu tugas akademis mereka.
Dengan begitu, Prof Stella berpesan agar pelajar memerhatikan etika penggunaan AI. Kemendiktisaintek sendiri telah menerbitkan buku panduan penggunaan AI yang bisa diunduh lewat link ini https://dikti.kemdikbud.go.id/epustaka/122191/.
Simak Video "Video: Skill Kuasai AI Kini Jadi Pertimbangan Perusahaan Rekrut Karyawan"
(cyu/nwk)