Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) melakukan napak tilas hingga kunjungan ke kediaman Presiden Indonesia ke-2 Soeharto di Jalan Cendana No.8, Menteng, Jakarta Pusat.
"Hari ini kami mengajak para guru sejarah dari seluruh Indonesia untuk berkunjung ke kediaman Jenderal Soeharto. Tujuannya agar para guru sejarah memiliki pemahaman tentang bagaimana sejarah pemimpin kita di masa lalu, dengan segala kelebihan dan kekurangannya," tutur Ketua AGSI, Sumardiansyah Perdana Kusuma di kediaman Soeharto, Jakarta Pusat, Sabtu (21/10/2023).
Selain melakukan kunjungan ke rumah Soeharto, para guru yang hadir mengikuti rangkaian acara lainnya yakni napak tilas dan renungan untuk Soeharto, seminar di Universitas Trilogi, dan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian bagaimana agar guru sejarah bisa menghayati dan meneladani nilai-nilai luhur apa yang sudah ditinggalkan Pak Soeharto. Dan kelanjutannya adalah kita berharap pengetahuan yang diperoleh, pengalaman, penghayatan itu bisa ditularkan melalui pembelajaran sejarah di kelas," kata Sumardi.
Selain itu, Sumardiansyah mengatakan tujuan penting adanya perjalanan sejarah tersebut adalah untuk mendorong lahirnya aliansi sejarah yang peduli terhadap sejarah.
"Tujuannya adalah kami bisa satu paham dalam rangka memajukan sejarah. Kemarin kami sempat mengusulkan sebuah ide melahirkan aliansi sejarah yang merupakan persekutuan di mana di dalamnya terbagi menjadi beberapa kelompok unsur yang peduli terhadap sejarah," jelasnya.
AGSI Dorong Lahirnya UU Kesejarahan
Sumardiansyah mengatakan sebanyak 300 guru sejarah dari berbagai wilayah di Indonesia telah melakukan musyawarah hasil kerja nasional terkait pendidikan sejarah.
"Kami sudah ada di Jakarta dari tanggal 19 Oktober, kami melakukan musyawarah hasil kerja nasional. Kami dari Asosiasi Guru Sejarah Indonesia, kemudian ketika hari Jumat tanggal 30 Oktober kami melakukan Simposium Nasional Guru Sejarah," katanya.
Lewat momentum tersebut, Sumardi berharap akan lahirnya undang-undang tentang kesejarahan mengingat sejarah merupakan hal yang penting dalam rangka membangun karakter bangsa. Menurutnya, sejarah merupakan soft power.
"Bagaimana sejarah agar frasenya bisa masuk ke dalam UU sistem pendidikan nasional. Sampai hari ini kenapa pelajaran sejarah selalu mendapatkan posisi yang dinamis. Ada kalanya dia ditempatkan menjadi pelajaran penting namun ada kalanya dia ditempatkan menjadi mata pelajaran pilihan," tutur Sumardi.
Pentingnya penguatan profil sejarah dan perlu dibuat undang-undang khusus tentangnya menurut Sumardi berjalan beriringan dengan penguatan profil para guru sejarah.
"Yang pertama bahwasannya seorang guru sejarah harus memiliki karakter nasionalis dan memahami sejarah bangsanya dalam rangka meneguhkan Pancasila dan setia kepada Kesatuan RI," katanya.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa penguatan karakter bangsa itu harus dimulai dari dalam diri guru sejarah itu sendiri sebelum diteruskan kepada siswa di sekolah.
"Yang kedua, bagaimana kita jadi seorang guru sejarah yang well being. Dia memiliki pikiran yang positif dan juga bertumbuh atau growth mindset, dengan cara melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna, karena apabila pelajaran sejarah tidak diajarkan dengan menyenangkan dan bermakna, maka sejarah tidak akan berguna dalam rangka mengubah atau membangun karakter bangsa," tambahnya.
(cyu/pal)