- Biografi Pahlawan Nasional Indonesia 1. Biografi Singkat RA Kartini (1879-1904) 2. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara (1889-1959) 3. Biografi Singkat Cut Nyak Dien (1848-1908) 4. Biografi Singkat Pangeran Diponegoro (1785-1855) 5. Biografi Singkat Pattimura (1783 -1817) 6. Biografi Singkat Pangeran Antasari (1809-1862) 7. Biografi Singkat Soekarno (1901-1970) 8. Biografi Singkat Moh. Hatta (1902-1980) 9. Biografi Singkat Muh. Yamin (1903-1962) 10. Biografi Singkat Soepomo (1903-1958)
Masa lalu kelam yang menimpa Indonesia melahirkan banyak tokoh pemberani. Atas perjuangan dan pengorbanan demi melawan penjajah sehingga mengantarkan Indonesia kepada kemerdekaan, para tokoh kemudian dikukuhkan menjadi pahlawan nasional.
Besarnya jasa pahlawan dalam berjuang, berkorban, sampai mempertahankan bangsa Indonesia ini tentunya patut mendapat penghargaan dan pengakuan.
Hal ini selaras dengan ucapan seorang pahlawan proklamasi sekaligus Founding Fathers Indonesia, yakni Ir. Soekarno. Ia pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah, sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan mereka, setidaknya perlu bagi kita sebagai generasi muda untuk mengenal nama-nama serta biografi pahlawan nasional. Kalau detikers mau tahu, kamu bisa cek biografi singkat para pahlawan di uraian bawah ini.
Biografi Pahlawan Nasional Indonesia
Menurut data Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, Kesetiakawanan, dan Restorasi Sosial Kementerian Sosial (K2KRS), Indonesia tercatat telah mengukuhkan 200 pahlawan nasional hingga saat ini.
Berikut beberapa nama dan biografi singkat pahlawan nasional Indonesia yang dikutip dari publikasi Ensiklopedi Pahlawan Nasional oleh Julinar Said dan Triana Wulandari:
1. Biografi Singkat RA Kartini (1879-1904)
Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 Jepara. Jawa Tengah. Ayahnya dahulu merupakan seorang Bupati Jepara.
Kartini bersekolah sampai jenjang sekolah dasar karena saat itu masih berlaku tradisi pingitan bagi gadis perempuan. Demikian keinginannya untuk tetap sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi hanya ia pendam saja.
Walaupun sudah tidak sekolah, Kartini gemar membaca majalah dan buku sehingga pikirannya terbuka terlebih ketika tahu kondisi wanita di Eropa yang bebas mendapat pendidikan lebih. Ia kemudian membandingkannya dengan kondisi wanita Indonesia. Dari situlah niatnya untuk mendirikan sekolah bagi gadis-gadis di Jepara muncul.
Kartini juga kerap menulis surat untuk teman-temannya yang berada di Belanda. Tak lama, akhirnya ia mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda untuk melanjutkan studi. Namun kala itu, ayahnya memutuskan bahwa Kartini harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat yaitu seorang Bupati Rembang.
Raden Adipati Joyodiningrat memahami cita-cita istrinya yang ingin mendirikan sekolah anak perempuan di Rembang. Kemudian ia mengizinkan Kartini untuk membangun sekolah. Setelah sekolah di Rembang berdiri, hadir "Sekolah Kartini" lain di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, hingga Cirebon.
Pada 17 September 1904, Kartini meninggal dunia ketika melahirkan putra pertamanya di usia 25 tahun. Kumpulan surat-surat Kartini diterbitkan menjadi buku yang berjudul "Door Duisternis tot Liehr" (Habis Gelap Terbitlah Terang). Ia juga dikukuhkan sebagai pahlawan nasional melalui SK Presiden Republik Indonesia No. 108/TK/Tahun 1964.
2. Biografi Singkat Ki Hajar Dewantara (1889-1959)
Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889.
Ia mengenyam pendidikan di ELS (sekolah dasar Belanda). Ki Hajar Dewantara lalu meneruskan studinya ke Stovia (sekolah dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena dirinya jatuh sakit. Kemudian ia aktif menulis untuk sejumlah surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, dan Utusan Hindia.
Karena tulisannya, Ki Hajar Dewantara pernah diasingkan ke Belanda. Setelah pulang dari pengasingan, ia mendirikan sekolah Taman Siswa pada 3 Juli 1929. Lewat sekolah itu, ia berusaha menanamkan rasa kebangsaan kepada para muridnya.
Namun, sekolah yang didirikannya tidak berjalan mulus. Belanda mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1932 dan ia memperjuangkan agar ordonansi dicabut sehingga Taman Siswa dapat tetap berdiri.
Setelah zaman kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Beliau meninggal dunia pada 26 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan pula di sana. Melalui SK Presiden RI No. 305/TK/Tahun 1959, ia pun ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia.
3. Biografi Singkat Cut Nyak Dien (1848-1908)
Cut Nyak Dien lahir di Lampadang, Aceh Besar pada tahun 1848. Ayahnya adalah Teuku Nanta Setia Uleebalang VI Mukim. Masuk usia cukup dewasa, ia pun menikah dengan seorang pejuang Aceh, yakni Teuku Ibrahim Lamnga.
Pada 1873, perang Aceh meletus dan Belanda berhasil menduduki daerah VI Mukim di tahun 1875. Dalam pertempuran melawan penjajah, suami Cut Nyak Dien meninggal dunia pada tahun 1878. Dari situ, ia meneruskan perjuangan dan bersumpah untuk membalas kematian suaminya.
Cut Nyak Dien menikah untuk kedua kalinya pada 1880 dengan keponakan ayahnya, yaitu Teuku Umar. Suaminya dengan gigih merebut daerah VI Mukim dari tangan Belanda di tahun 1884. Dan pada 1899, Teuku Umar gugur. Sejak itu, Cut Nyak Dien terus bergerilya untuk menghadapi Belanda.
Setelah bertahun-tahun bertempur, Cut Nyak Dien tertangkap Belanda. Lalu ia dibuang ke Sumedang dan meninggal pada tahun 1908. Berdasarkan SK Presiden RI No. 106/Tahun 1964, Cut Nyak Dien ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
4. Biografi Singkat Pangeran Diponegoro (1785-1855)
Nama kecil Pangeran Diponegoro yaitu Raden Mas Ontowiryo. Ia lahir pada 11 November 1785 di Yogyakarta. Dan ia adalah putra dari Sultan Hamengkubuwono III.
Tekadnya menentang Belanda muncul karena Belanda mencampuri urusan kerajaan. Sejak itu, ia terlibat dalam sejumlah pertempuran melawan penjajah.
Perjuangannya mendapat dukungan dari kalangan bangsawan, ulama maupun petani. Ulama besar Kyai Mojo dan Sentot Alibasah Prawirodirdjo pun menggabungkan diri pada barisan Pangeran Diponegoro.
Belanda beberapa kali menjalankan siasat licik untuk menangkap Diponegoro. Saat mereka berpura-pura mengajak berunding di Magelang tahun 1830, mereka pun menangkap Pangeran Diponegoro dan mengasingkannya ke Manado. Kemudian, ia dipindahkan ke Ujung Pandang dan meninggal di sana pada 8 Januari 1855. Menurut SK Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973, ia dikukuhkan menjadi pahlawan nasional.
5. Biografi Singkat Pattimura (1783 -1817)
Kapitan Pattimura atau yang bernama asli Thomas Matulessy lahir di Ambon pada 1783. Pada tahun 1816, Belanda berkuasa di Maluku dan dimulailah penindasan terhadap rakyat Maluku. Kekayaan mereka dirampas lalu dipaksa bekerja rodi. Mulai dari situ perlawanan Maluku terjadi di bawah pimpinan Pattimura.
Pertempuran pertama terjadi pada 14 Mei 1817 dan banyak tentara Belanda terbunuh. Gubernur Belanda di Ambon kala itu pun memerintahkan pasukannya untuk kembali merebut benteng Duurstede. Dan benteng itu akhirnya kembali lagi ke tangan penjajah.
Barisan Pattimura juga berhasil merebut benteng Hoorn di Palu. Setelahnya, Belanda kembali menyerang dan menangkap Pattimura di Siri Sori. Ia pun kemudian dibawa ke Ambon.
Belanda menawarkan kerja sama kepada Pattimura, tapi ia menolaknya sehingga Pattimura dijatuhi hukuman mati pada 1817. Atas perjuangannya, ia pun ditetapkan sebagai pahlawan sebagaimana SK Presiden Republik Indonesia No. 087/TK/Tahun 1973.
6. Biografi Singkat Pangeran Antasari (1809-1862)
Pangeran Antasari lahir pada tahun 1809. Ia adalah keluarga Kesultanan Banjar yang dibesarkan di luar lingkungan istana.
Rakyat yang gelisah dengan Belanda meminta Pangeran Antasari untuk menghadang pasukan penjajah. Ia kemudian bergabung bersama kepala-kepala daerah di sekitar wilayah kerajaan untuk mengusir Belanda. Dan terjadilah Perang Banjar di bawah pimpinannya pada 18 April 1859 di daerah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Perang Banjar berlangsung selama 14 tahun. Selama masa pertempuran, Belanda beberapa kali mengajak untuk bekerja sama, tetapi Pangeran Antasari tidak pernah mau.
Pada 1862, Antasari merencanakan serangan besar terhadap Belanda. Namun, wabah cacar melanda wilayahnya secara mendadak. Ia pun juga terserang cacar dan meninggal pada 11 Oktober 1862 di Bayan Begak, Kalimantan Selatan dan dimakamkan di Banjarmasin. Pada tahun 1986, Pangeran Antasari ditetapkan menjadi pahlawan menurut SK Presiden RI No. 06/Tk/Tahun 1968.
7. Biografi Singkat Soekarno (1901-1970)
Soekarno lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya. Sejak mengenyam pendidikan di HBS Surabaya, Bung Karno telah aktif dalam sejumlah pergerakan nasional.
Pada 1927, ia mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) di Bandung. Karena kegiatan politiknya itu, Bung Karno bersama Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Supriadinata ditangkap penjajah di tahun 1930. Mereka diberi hukuman penjara selama 4 tahun, tapi dibebaskan kembali pada 1931.
Lagi-lagi Bung Karno ditangkap dan dibuang ke Ende (Flores) pada 1933. Tak lama, ia dipindahkan ke Bengkulu dan dibebaskan oleh Jepang pada tahun 1942. Selama Jepang menduduki Nusantara, ia memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan menjadi ketua Cuo Sangi In (Dewan Penasehat Pusat).
Bersama Bung Hatta, Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dan pada 1949, ia dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan dilantik menjadi Presiden RI pada 1950.
Bung Karno wafat pada 21 juni 1970 dan dimakamkan di kota Blitar, Jawa Timur. Berdasarkan SK Presiden RI No. 081 /TK/Tahun 1986, ia pun dikukuhkan menjadi pahlawan proklamator.
8. Biografi Singkat Moh. Hatta (1902-1980)
Moh Hatta lahir pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Pada 1926, ia menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda. Dan pada 1932, ia kembali ke Indonesia dan memimpin Partai Pendidikan Nasional (PNI).
Karena kegiatannya dalam berpolitik, Bung Hatta ditangkap lalu diasingkan ke Boven Digoel pada 1935. Ia lalu dipindahkan ke Banda Neira sebelum ke Sukabumi.
Pada masa penjajahan Jepang, Bung Hatta memimpin Kantor Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Bersama Bung Karno, ia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 agustus 1945 dan ia diangkat menjadi wakil presiden RI yang pertama.
Bung Hatta memimpin delegasi Indonesia ke KMB Den Haag pada 1949. Kemudian ia mengundurkan diri sebagai wapres pada 1956. Pada 14 Maret 1980, ia pun wafat dan dimakamkan di pemakaman Tanah Kusir Jakarta. Menurut SK Presiden RI No. 081/TK/Tahun 1986, Bung Hatta ditetapkan sebagai pahlawan proklamator.
9. Biografi Singkat Muh. Yamin (1903-1962)
Muh. Yamin lahir pada 28 Agustus 1903 di Sumatera Barat. Ia mulai aktif mengikuti organisasi ketika menjadi anggota Jong Sumatranen Bond (JSB). Dan kala itu, ia menjabat sebagai anggota pengurus.
Gagasan tentang persatuan Indonesia telah ia kemukakan pada 1923. Saat dirinya menyampaikan pidato berbahasa Belanda pada acara JSB yakni Lustrum I Jong di Jakarta. Dalam bahasa Indonesia, pidatonya itu berjudul "Bahasa Melayu pada Masa Lampau, Masa Sekarang, dan Masa Depan".
Kemudian, gagasan persatuan dicetuskan kembali dalam Kongres Pemuda I di tahun 1926. Lalu Muh. Yamin memperkukuhnya pada hari Sumpah Pemuda pada 1928.
Selain itu, ia berperan aktif dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan juga memegang posisi sebagai Panitia Kecil. Pemikirannya mengenai dasar falsafah negara yang kemudian dikenal Pancasila turut dibahas selama sidang panitia tersebut.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Muh. Yamin diangkat menjadi anggota KNIP, Ketua BAPPENAS, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wakil Pertama Bidang Khusus, serta Menteri Penerangan. Ia pun wafat pada tahun 1962 di Jakarta dan dimakamkan di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat.
Berdasarkan SK Presiden RI No. 088/TK/Tahun 1973, Muh. Yamin ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan nasional.
10. Biografi Singkat Soepomo (1903-1958)
Supomo lahir di Sukoharjo, Surakarta pada 22 Januari 1903. Ia mengenyam pendidikan pertamanya di ELS (setara jenjang SD), kemudian lanjut ke MULO (setara jenjang SMP). Ia menyelesaikan sekolah hukumnya pada 1923, lalu melanjutkan studi ke Universitas Leiden di Belanda.
Sepulang dari Belanda, ia bertugas di Pengadilan Negeri Yogyakarta. Ia pun pernah menjadi anggota Jong Java dan menulis brosur yang bertajuk "Perempuan Indonesia dalam Hukum" di tahun 1928 saat berlangsungnya Kongres Perempuan Indonesia yang pertama.
Soepomo menjabat sebagai Ketua Balai Pengetahuan Masyarakat Indonesia. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Landraad Purworejo, pegawai tinggi di Departemen Van Justisi, serta menjadi guru besar di Sekolah Hukum Tinggi di Jakarta.
Setelah masa kemerdekaan, ia diangkat sebagai Menteri Kehakiman RI. Ia juga menjabat sebagai rektor Universitas Indonesia di tahun 1951. Tak hanya itu, ia pernah pula menjadi Duta Besar RI untuk Inggris di London.
Soepomo akhirnya meninggal dunia pada tahun 1958 di Jakarta dan dimakamkan di Solo. Sebagaimana SK Presiden RI No. 123/TK/Tahun 1965, ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional.
Demikian deretan nama dan biografi singkat pahlawan nasional Indonesia.
(fds/fds)