Apabila Bulan Purnama terlihat, Maryati (28) dan penduduk Pantai Bintang, Pulau Pari, Kepulauan Seribu, akan bersiap dengan kemungkinan banjir rob. Banjir rob, air laut yang meluap ke daratan, akan naik ke permukaan dengan ketinggian 30-130 cm.
"Biasanya sebulan atau dua bulan sekali," ujar Maryati kepada detikEdu beberapa waktu lalu.
Dari 13 kepala keluarga yang rumahnya terendam banjir, terdapat 10 anak yang esoknya masih harus berangkat ke sekolah. Mereka bersekolah di SD Negeri 01 Atap Pulau Pari, sekolah yang memayungi jenjang TK sampai SMP di pulau tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maryati termasuk salah satunya. Meski seragam dan buku yang basah, Maryati tetap menyiapkan anak semata wayangnya, Fahmi (6), untuk berangkat sekolah. Ia bercerita, anaknya akan dipakaikan seragam lain yang tidak terendam banjir.
"Yang sekiranya baju seragamnya bersih aja begitu. Seragam yang hari ini apa hari ini kan beda-beda ya, ya seadanya baju yang ada," jelasnya.
Setelah dipakaikan seragam, ia akan mengantarkan Fahmi berangkat ke sekolah. Namun air rob yang bercampur dengan air pembuangan menimbulkan masalah lain, yakni gatal-gatal.
"Kalau buat anak-anak, [banjir rob] engga bagus juga buat kesehatan. Kebanyakan pada gatel-gatel," tutur Maryati.
Di samping itu, ketinggian air juga mencapai setengah dari tinggi anaknya. Membuatnya harus menggendong Fahmi. "Jadi ya digendong aja," ujarnya.
Maryati tidak sendiri. Para ibu juga akan menggendong buah hatinya ke sekolah. Terdapat kendaraan andong pula yang menunggu siswa berangkat sekolah. Andong di sini bukan merupakan kereta kuda sewaan, melainkan kendaraan motor dengan kursi penumpang di belakangnya.
"Masih bisa belajar. Jadi naik andong atau kita gendong ke sekolah," cerita Deli (34), ibu dari Teguh (12) dan Justin (6) yang merupakan teman sekolah Fahmi.
Guru yang Maklum
Sampai di sekolah dengan seragam yang basah, guru di SD Negeri Satu Atap 01 Pulau Pari menyambut siswa-siswa mereka. Seragam yang tidak sesuai dengan aturan pada hari itu juga dimaklumi.
Husnia selaku guru kelas 1-3 mengatakan, seragam maupun keterlambatan adalah hal yang dimaklumi saat banjir rob.
"Kita bilang terlambat nggak masalah. Tetep dibuka pintunya. Telat dikit nggak apa-apa karena perjalanan juga kan, bajunya basah," ujar Husnia.
Buku pelajaran juga bukan jadi penghalang untuk belajar. Siswa yang bukunya terendam banjir akan akan diminta untuk belajar dengan temannya yang tidak terdampak.
"Walaupun kena banjir kita engga boleh ngeluh gini-gini. Buku masih ada (punya) temen yang kering kan atau di sekolah masih ada," katanya.
SD Negeri 01 Atap Pulau Pari diketahui berada di daratan yang lebih tinggi dibanding wilayah yang terendam banjir rob. Membuatnya tetap berdiri kokoh dan siap menyambut siswa sekolah.
Dampak Banjir Rob Terhadap Pendidikan
Psikologi Pendidikan Anak, Rudi Cahyono, menerangkan bencana akan berdampak pada perkembangan dan pendidikan anak. Menurutnya, anak yang tadinya bisa fokus untuk bermain dan belajar harus memikul beban akibat banjir.
"Bagi anak, yang harusnya energinya dicurahkan untuk memenuhi tugas perkembangannya untuk bermain dan belajar, harus ikut serta memikul beban yang ditimbulkan sebagai dampak banjir," ujarnya.
Lebih lanjut, banjir yang dialami juga akan berdampak pada semangat belajar anak.
"Pastinya berdampak pada semangat belajar. Meskipun anak-anak pasti juga akan berusaha melakukan pertahanan diri secara psikologis, tapi mereka tidak bisa menutup mata bahwa di daerah lain tidak mengalami penderitaan sebagaimana mereka alami," jelas dosen Psikologi Universitas Airlangga (Unair) itu.
Rudi menegaskan, pemerintah perlu mengambil langkah cepat untuk memenuhi kebutuhan belajar anak di Pulau Pari. Terutama pemenuhan fasilitas fisik penangkal banjir.
"Pembenahan ini tidak boleh hanya bersifat sementara, karena kebutuhan anak untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya juga tidak bisa sering berhenti atau malah tidak berlanjut. Dengan pemenuhan sarana fisik yang aman dari banjir, anak juga akan lebih aman dalam memenuhi kebutuhannya dalam bermain dan belajar," tegasnya.
Mengenai situasi di Pulau Pari, Kepala Bidang Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taga Radja Gah mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Satuan Pendidikan di SDN Satu Atap 01 Pulau Pari.
"Kita secara berkala ada rapat koordinasi. Biasanya kalau ada kejadian yang force majeure akan disampaikan," jelasnya.
(nir/nwk)