Guru Besar PGSD di Hardiknas 2023: Dunia Belajar Anak Dipenuhi Tuntutan Orang Tua

ADVERTISEMENT

Guru Besar PGSD di Hardiknas 2023: Dunia Belajar Anak Dipenuhi Tuntutan Orang Tua

Nikita Rosa - detikEdu
Selasa, 02 Mei 2023 17:30 WIB
Sejumlah anak didampingi gurunya tengah bermain di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Bintang Ceria, Pejagalan, Tambora, Jakarta, Jumat (12/2/2016). Sekolah yang berada di kolong jembatan layang tersebut tidak memungut biaya karena sebagian besar muridnya yang berjumlah 89 siswa berasal dari keluarga yang tidak mampu. Para guru yang mengajar juga secara Sukarela demi mencerdaskan generasi penerus bangsa. Rachman Haryanto/detikcom.
Tanggapan Guru Besar PGSD Terhadap Pendidikan. (Foto: Rachman Haryanto)
Jakarta -

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2023 turut merayakan beberapa transformasi pendidikan. Di samping kurikulum teranyar Kurikulum Merdeka,, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) tengah melakukan transformasi di satuan pendidikan jenjang anak usia dini dan dasar.

Bernama Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan, salah satu misi program tersebut yaitu memperbaiki miskonsepsi tentang baca, tulis, hitung (calistung) dengan meniadakan tes calistung di tingkat PAUD ke SD.

Kebijakan itu turut mendapatkan respon positif. Salah satunya guru besar Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Surabaya, Prof Dr Suryanti, MPd. Dia mengatakan, tes calistung sebagai persyaratan masuk SD menjadi penghalang bagi anak yang seharusnya mendapat hak untuk belajar 9 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memang tidak perlu seleksi, yang penting anak itu punya kesiapan belajar, cukup umur, jadi suda dirasa punya kematangan mental, kemandirian, itu sudah cukup," ungkapnya dalam situs Unesa dikutip Selasa (2/5/2023).

Keharusan menguasai calistung dinilai menjadi beban tersendiri bagi anak. Menurutnya, pada masa usia dini hingga SD awal, anak semestinya diajari untuk mandiri dan dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya, mengenal diri sendiri serta bermain yang menyenangkan.

ADVERTISEMENT

Dia menambahkan, dunia belajar anak juga terlalu dipenuhi dengan tuntutan orang tua.

Dunia Belajar Anak Dipenuhi Tuntutan Orang Tua

Menurut Suryani, dunia belajar anak terlalu dipenuhi dengan tuntutan orang tua. Seharusnya, menyekolahkan anak bukan berdasarkan kebutuhan orang tuanya, tetapi kebutuhan anak itu sendiri.

Sorotan tersebut salah satunya disebabkan karena kurangnya pemahaman orang tua terhadap pendidikan atau kebutuhan pendidikan anak. Menurut Prof Suryanti, masih banyak orang tua yang memaknai belajar itu harus memegang buku, pensil dan coret-coret. Padahal belajar di usia dini itu sangat luas.

Pendidikan Ideal Dimulai dari Keluarga

Lanjutnya, pendidikan yang ideal bagi anak dimulai dari lingkup keluarga. Di situlah, anak usia 1-4 tahun mulai belajar sosialisasi dan interaksi serta mengenal diri sendiri dan keluarganya. Setelah itu, kemampuan tersebut dikembangkan di jenjang formal, yaitu PAUD.

Pendidikan PAUD akan lebih berfokus pada kemampuan kognitif, motorik dan sosial dengan banyak bermain sampai kelas 2 SD/MI. Sedangkan untuk pembelajaran yang lebih menanamkan konten akan dimulai dari kelas 3 dan seterusnya.

Pada jenjang SD, khususnya kelas 1-2, idealnya anak harus mendapatkan pendidikan dasar yang menyenangkan. Pada usia sekolah tersebut, anak tidak harus berkutat pada pembelajaran yang berat, dan membebani otak mereka.

"Anak-anak di rumah dituntut orang tua harus begini dan begitu, di sekolah pun begitu ditekan dengan belajar yang berat. Ini terlalu nafsu kalau saya katakan, tidak mengikuti perkembangan anak-anak," tegasnya.

Akibat Anak Terlalu Dituntut Belajar

Dampak buruk dari dorongan yang berlebih dapat mengakibatkan bosan belajar pada anak. Selain itu anak pun akan rentan stres dengan segala tuntutan diberikan.

Dampak lainnya, anak menjadi kurang bersosialisasi dan berinteraksi dengan yang lain. Terlebih dengan program les, cenderung membuat anak egois dan individual.

Prof Suryanti menilai kebijakan Merdeka Belajar utamanya transformasi pendidikan di PAUD dan SD menjadi angin segar dalam memutus tradisi dan memberikan pemahaman orang tua akan kebutuhan pendidikan anaknya.

Kebijakan tersebut, lanjutnya, perlu andil sekolah dalam memberikan pemahaman terkait pendidikan bagi anak yang ideal. "Kebijakan ini bagus, tetapi yang menentukan juga adalah bagaimana sekolah, guru dan orang tua memahami dan mengejawantahkannya baik itu di sekolah maupun di rumah," tukasnya.




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads