5 Kesalahpahaman dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, Catat Ya!

ADVERTISEMENT

5 Kesalahpahaman dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, Catat Ya!

Anisa Rizki - detikEdu
Selasa, 02 Agu 2022 19:30 WIB
Seorang siswa kelas satu sekolah dasar mengangkat tangan pada perkenalan hari pertama masuk sekolah di SDN Pengasinan VIII, Bekasi, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Pada hari pertama masuk sekolah, siswa menjalani masa perkenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang diisi dengan perkenalan antara siswa, guru, dan lingkungan sekolah di tahun ajaran baru 2022/2023. FOTO ANTARA/Paramayuda/hp.
Foto: Antara Foto/Paramayuda/Ilustrasi Sekolah
Jakarta -

Kurikulum Merdeka telah diluncurkan oleh pemerintah sejak Februari 202 lalu. Dalam implementasinya, kurikulum ini berfokus pada materi yang esensial dan pengembangan karakter Profil Pelajar Pancasila.

Meski beberapa sekolah sudah menerapkan Kurikulum Merdeka, namun masih banyak miskonsepsi atau kesalahpahaman terkait pelaksanaannya.

Dalam hal ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluruskan beberapa miskonsepsi yang kerap muncul.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Instagram resmi Direktorat SMP Kemendikbudristek pada Selasa (2/8/2022), berikut 5 miskonsepsi pada Kurikulum Merdeka.

5 Miskonsepsi dalam Implementasi Kurikulum Merdeka:

ADVERTISEMENT

1. Ganti Kurikulum Adalah Tujuan

Miskonsepsi ini paling sering terjadi. Banyak yang menganggap dengan mengganti kurikulum berarti jadi tujuan. Padahal yang ditekankan adalah bagaimana melihat Kurikulum Merdeka sebagai alat untuk mencapai tujuan pemulihan pembelajaran.

2. Terdapat Penerapan Kurikulum Merdeka yang Benar atau Salah Secara Absolut

Banyak yang memiliki persepsi tentang penerapan Kurikulum Merdeka yang benar ataupun salah secara absolut. Padahal, setiap satuan pendidikan mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga Kurikulum Merdeka pada satu sekolah tidak akan sama dengan sekolah lainnya.

Dengan itu, benar atau salahnya penerapan Kurikulum Merdeka bukanlah absolut, melainkan kontekstual.

3. Harus Menunggu Pelatihan dari Pusat

Miskonsepsi yang ketiga yaitu harus menunggu pelatihan dari pusat. Padahal, dalam implementasi Kurikulum Merdeka, satuan pendidikan dan jugaguru dapat mengambil inisiatif untuk mengembangkan kapasitasnya secara mandiri.

4. Proses Instan

Banyak yang berpikiran bahwa dalam proses belajar mengimplementasikan Kurikulum Merdeka bisa dilakukan secara instan. Padahal tidak ada proses belajar yang instan, terlebih lagi untuk hal yang sekopleks penerapan kurikulum baru dalam mengubah cara mengajar di dalam kelas.

Baca juga: Kemendikbud: Sekolah dengan K-13 Bisa Terapkan Prinsip Kurikulum Merdeka

5. Hanya Bisa Diimplementasikan di Sekolah dengan Fasilitas Lengkap

Implementasi Kurikulum Merdeka tidak hanya berlaku pada sekolah dengan fasilitas lengkap. Padahal, Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang fleksibel dan dapat dioperasionalkan sesuai dengan kebutuhan di sekolah mana saja, termasuk sekolah dengan fasilitas minim.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads