Kegiatan menulis tangan pada era teknologi sudah jarang ditemukan. Padahal menulis merupakan kegiatan yang positif dalam tumbuh kembang anak.
Melansir CNN Indonesia, dalam sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa menulis tangan bisa menjadi keterampilan penting dan memiliki beberapa manfaat.
Misalnya saja dapat membantu anak-anak meningkatkan daya ingat, meningkatkan kreativitas mereka, hingga imajinasi bagi anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, sayangnya sejak Sekolah Dasar (SD), keterampilan menulis tangan dipandang kurang menarik bagi anak-anak.
Oleh karena itu, Dosen di Peabody College, Vanderbilt University, Justine Bruyere menawarkan cara agar anak SD menjadi gemar menulis. Berikut rangkumannya dikutip dari laman resmi LPMP Jawa Timur.
Menerapkan Lingkaran Literature
Metode lingkaran literatur atau literature circle adalah membuat sekelompok kecil anak bersama-sama untuk mendiskusikan sebuah bacaan berdasarkan pengalaman dan pemahaman setiap anak.
Prinsip dari metode ini secara umum yakni mengajak anak-anak bertemu secara berkala untuk berbagi draft (konsep/pemahaman) tentang menulis, mendiskusikan topik yang akan ditulis, serta memulai menulis.
Pada masa pandemi ini, Justine mencoba menerapkan metode lingkaran literatur secara virtual dengan menggelar pertemuan mingguan yang melibatkan 2 kelompok kecil anak.
Masing-masing kelompok itu beranggotakan anak usia 6 hingga 8 tahun dan 9 hingga 12 tahun. Anak-anak yang tergabung berasal dari berbagai latar belakang budaya dan memiliki motivasi yang beragam pula dalam menulis.
Dengan metode tersebut, Justine bukan hanya ingin mengembangkan kemampuan menulis pada peserta, tetapi juga berharap bisa menciptakan kegemaran menulis pada anak sembari secara virtual membuat mereka berinteraksi dengan teman-teman baru dari berbagai latar belakang budaya.
Manfaat Metode Lingkaran Literatur
Dalam metode ini, Justine menyebutkan, setidaknya ada 5 tujuan manfaat yang ingin diwujudkan.
1. Anak-anak berani memilih topik untuk tulisan yang mereka kehendaki.
2. Membuat anak-anak merasa nyaman untuk berkontribusi dan berkolaborasi dalam proyek menulis bersama.
3. Membiasakan anak-anak untuk semakin mahir dalam metode 6+1 Writing Traits atau karakter-karakter menulis.
4. Membiasakan anak untuk merefleksikan dan merespon pilihan tulisan
5. Mendorong anak-anak untuk berbagi tulisan di grup dan membuat mereka berani melakukan solo writing atau menulis mandiri.
Pada awalnya lingkaran penulisan ini memang membutuhkan banyak strategi dalam membangun antusias dan kenyamanan peserta (terutama dengan kelompok yang lebih muda).
Namun, seiring berjalannya minggu (hari demi hari), peran guru berkurang dan siswa lebih bersedia (semakin antusias) terlibat dalam percakapan, imajinasi, keputusan, dan menulis.
Bagaimana detikers? Tertarik untuk mulai menerapkan di sekolah atau di lingkungan belajar agar anak semakin gemar menulis?
(faz/pal)