Mengenal Program Sekolah Penggerak, Langkah Pendidikan Naik Level

ADVERTISEMENT

Mengenal Program Sekolah Penggerak, Langkah Pendidikan Naik Level

Puti Yasmin - detikEdu
Jumat, 26 Mar 2021 17:49 WIB
Direktur SMP Kemdikbud Mulyatsyah
Foto: Dok Kemdikbud/Mengenal Program Sekolah Penggerak, Langkah Pendidikan Naik Level
Jakarta -

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) baru saja merilis program Sekolah Penggerak dalam kebijakan Merdeka Belajar pada 5 Februari lalu. Program ini bertujuan untuk meningkatkan level pendidikan di Indonesia.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, program ini dirancang guna mewujudkan pendidikan Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila.

"Program ini dirancang sebagai upaya untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebinekaan global," kata Nadiem secara daring di Jakarta, Senin (1/2/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, seperti apa program Sekolah Penggerak ini berjalan? detikcom berkesempatan mewawancarai Koordinator Sekolah Penggerak PAUD DASMEN sekaligus Direktur Sekolah Menengah Pertama Mulyatsyah.

Berikut petikan wawancara dengan Koordinator Sekolah Penggerak PAUD DASMEN Mulyatsyah:

Klik di halaman selanjutnya>>

ADVERTISEMENT

  • Boleh dijelaskan apa tujuan dari program Sekolah Penggerak?

Jadi ini kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang disebut Mas Menteri, merdeka belajar episode ke 7. Di dalam Sekolah Penggerak ini sebenarnya transformasi dari intervensi atau pembinaan dari sekolah-sekolah sebelumnya.

Kemudian, yang kedua, tujuan utama dari Sekolah Penggerak ini adalah untuk mewujudkan misi pendidikan Indonesia ke depan, yaitu bagaimana membuat pendidikan kita maju mandiri, kemudian anak-anak berkepribadian berprofil pelajar Pancasila.

Profil pelajar Pancasila itu adalah bagaimana anak-anak kita memiliki nalar yang kritis, berkreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan tentu berakhlak mulia serta memiliki semangat untuk bergotoyong rotyong.

Itu esensi yang pertama. Sekolah Penggerak itu nanti di seluruh di Indonesia di jenjang PAUD sampai pada SD, SMP, SMA itu akan menjadi sekolah penggerak. Nah, nanti di dalam Sekolah Penggerak itu yang kita harapkan hasil akhirnya adalah satu di hasil belajar, mereka ada di atas level yang diharapkan, kalau misalnya begini, dia kelas 2 SMP, maka hasil belajarnya harus di atas kelas 2, itu cita-citanya

Kedua, lingkungan belajar di Sekolah Penggerak itu harus aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan, itu prinsipnya. Lalu, yang ketiga, proses belajar harus berpusat kepada siswa, jadi bukan lagi kepada guru karena siswa itu kan punya keragaman, nggak bisa lagi disamain antara siswa satu dengan yang lain.

Kemudian, yang kita harapkan lagi terjadi refleksi diri di dalam sekolah itu, misalnya perencanaannya itu sudah berbasis dari apa yang terjadi di sekolah itu dari tahun ke tahun. Itu yang direncanakan oleh sekolah.

Ketiga, guru-guru juga secara masif melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan, yang ketiga ini akan terjadi pengimbasan. Ini gambaran dari Sekolah Penggerak.

Strateginya bagaimana? Nah, Sekolah Penggerak ini adalah sekolah kolaborasi antara Kemdikbud dengan pemerintah daerah, jadi tidak hanya jalan sendiri-sendiri, Oleh sebab itu harus ada komitmen dari pemerintah daerah. Nah, yang kedua, ini intervensinya kita lakukan secara holistik, mulai dari pembinaan SDM kita intervensi dari pusat secara intensif, lalu pembinaannya kita intervensi, lalu perencanaan, kemudian nanti ada digitalisasi, dan nanti akan kita dampingi sekolah itu selama 3 tahun.

Kemudian, yang ketiga itu seluruh sekolah dari semua level. (Pendidikan) sekolah kita kan saat ini ada 4 level tahapan, misalnya kalau level sekolah di tahap 1 itu tiga tingkat di bawah hasil yang diharapkan. Kemudian, lingkungan belum menyenangkan, masih terjadi perundungan, bullying.

Kemudian kedua sekolah ini kan gambaran sekolah kita ya, level ke-2 ini gambaran sekolah kita, ini pembelajarannya masih 1-2 tingkat di bawah level, kemudian perundungan masih terjadi tetapi tidak terjadi pembiasaan, jadi sekali-sekali tapi sudah tidak masif lagi, kemudian lingkungan belajar belum memerhatikan ini kebutuhan siswa, jadi ngajar anak semua aja sama.

Level ke-3 ini yang kita harapkan di mana anak-anak belajar sudah sesuai dengan levelnya, misalnya kelas 3 maka kompetensinya juga di kelas 3. Kemudian, perundungan sudah tidak terjadi lagi, kemudian pembelajarannya sudah berdasarkan sesuai kebutuhan dan kemampuan siswa yang beragam itu. Nah, perencanaan di sekolah itu sudah berbasis data dan keempat, guru mampu melakukan refleksi setiap saat, setiap habis ngajar dia merefleksi apa kekurangannya dan dia koreksi dan perbaiki untuk berikutnya.

Lalu sampai tahap yang keempat, ini sudah level yang paling tinggi, sekolah terbaik, di atas level, kemampuan anak-anaknya di atas level, misalnya kelas 2 tapi kemampuan kelas 3. Suasana sekolah sudah aman, nyaman, dan pembelajarannya sudah berpusat kepada murid, perencanaan sudah berbasis program refleksi diri, dan guru sudah mampu merefleksi diri, dan sekolah sudah bisa mengimbaskan kepada sekolah-sekolah yang lain.

Jadi pendekatan Sekolah Penggerak itu ada di semua level tahapan ini. Jadi nggak hanya intervensi di sekolah yang satu, yang bagus, yang sedang dan yang masih di bawah tidak semua level dapat.

Itu lah yang kita tawarkan kepada pemerintah daerah. Nah, kenapa komitmen itu perlu? Kan tadi kita bicara komitmen ya, komitmen yang pertama harus ada komitmen pemerintah daerah tidak melakukan rotasi dari kepala sekolah yang akan ditunjuk menjadi kepala sekolah Sekolah Penggerak selama 3 tahun.

Karena kalau dipindah, ini kacau lagi program, jadi komitmen ini bentuknya MOU bersama dengan kemdikbud dan kepala daerah bupati atau gubernur. Lalu kedua, ada dukungan walaupun dukungan paling besar dari APBN pusat, tapi kan setiap dua bulan, satu bulan sekali, guru-guru berkumpul berdiskusi, nanti kita datangkan pelatih ahli dari Jakarta, kita biayai nanti guru-guru kan datang dari sekolah itu kan butuh biaya transport itu datang dari daerah, kecil-kecil lah itu. Ini yang kita harapkan makanya sekolah penggerak ini yang kita sebut kolaborasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

  • Saat ini bagaimana pelaksanaan Sekolah Penggerak? Sudah berapa banyak sekolah yang mengikuti?

Karena sekolah kita banyak, kabupaten kita banyak maka dimulailah di tahun ini secara bertahap dulu. Hampir 300 pemerintah daerah yang menawarkan ini, kita sudah seleksi, sudah lakukan proses, sudah lakukan pertemuan dengan pemerintah daerah.

Akhirnya pada tahap I ini 2021 terpilih 111 kabupaten kota ditambah dengan 34 provinsi. Nanti di tahun kedua, 2022-2023 ini bisa menjadi 250 kabupaten kota, sasaran sekolah kalau pertama 2.500 sekolah semua jenjang, kalau di 2022 target sekolahnya jadi 10.000 sekolah semua jenjang. Di tahun 2023 naik lagi, sudah semua kabupaten kota 514 kabupaten kota seluruh Indonesia, termasuk provinsi dan sekolah bertambah menjadi 20.000.

Itu akan naik terus setiap tahun, sehingga nanti pada tahun 2024 sudah 40.000 sekolah kita, dan di tahun 2025 seluruh sekolah sudah kita intervensi dalam program Sekolah Penggerak ini.

Nanti, yang sedang berproses sekarang di tahap ini, kabupaten sekolah sudah terpilih 111 kabupaten, dan pemerintah daerah sudah ada MOU dengan kita, termasuk gubernur MOU dengan kita, saat ini fasenya proses seleksi calon kepala sekolahnya.

Nanti kepala sekolah yang terpilih, sekarang kan sudah menjabat kan, minimal syaratnya itu masa kerjanya masih panjang, nggak boleh kepala sekolah yang mau pensiun ikut program ini. Soalnya ini program 3 tahun, kalau kepala sekolah 1 tahun, mubazir kan atau mau diganti sama kepala dinasnya, boleh silakan.

Jadi diharapkan nanti kepala sekolah yang terpilih itu otomatis sekolahnya disebut oleh kepala sekolah. Jadi dia akan jadi kepala sekolah penggerak di sekolah tempat dia menjadi kepala sekolah

  • Cara melaksanakan agar program Sekolah Penggerak ini terlaksana dengan baik seperti apa?

Di dalam Sekolah Penggerak itu, yang kita lakukan pertama adalah menuju ke profil belajar Pancasila ya, yang pertama Kemdikbud akan melakukan penguatan SDM-nya, mulai dari kepala sekolahnya, pengawasnya, pemiliknya, guru-gurunya, nanti akan dipandu oleh pelatih ahli yang kita tetapkan, jadi nanti mereka akan melatih kepala sekolah secara terus menerus, guru secara terus menerus.

Nah, kemudian, kita dampingi juga pembelajaran dengan paradigma baru, pembelajaran berbasis kepada siswa tadi, jadi kita intervensi dengan itu, kita kuatkan juga. Kemudian, yang ketiga kita latih bagaimana merencanakan itu berbasis data.

Kemudian, yang keempat ada digitalisasi sekolah, untuk membantu guru-guru kita, anak-anak kita, bagaimana memahami teknologi untuk menjadikan memahami media sebagai salah satu cara mempercepat pembelajaran. Jadi ada digitalisasi sekolah.

Kelima, intervensi kita lakukan adalah mendampingi terus selama 3 tahun. Siapa yang mendampingi? Kan kita punya UPT-UPT di setiap provinsi ya, nanti akan didampingi oleh UPT di setiap daerah dia punya konsultan, dia UPT dan konsultan akan turun ke sekolah secara masif ke 111 kabupaten sekolah tadi atau 2.500 sekolah di tahun pertama ini.

Kan UPT kita kan banyak di seluruh Indonesia, ada 34. Jadi ini lah pendampingan ini yang membedakan, jadi dengan ini kita yakin bagian upaya kita meratakan mutu, mempercepat mutu, kemudian sekolah-sekolah ini menjadi rujukan sekolah lain, baik negeri maupun swasta. Jadi nggak cuma negeri tapi swasta juga karena kita harus memberlakukan sama.

  • Saat ini data pendidikan di Indonesia seperti apa Pak?

Pendidikan kita ada di semua level, ada 4 level. Jadi maksudnya, kondisi yang ada kita potret satuan pendidikan itu ternyata ada 4 level, ada level 1, 2, 3, dan 4. Dan yang ingin kita tuju, semua sekolah di Indonesia ini menuju level 3 dan 4.

  • Apa saja syarat sekolah ikut program Sekolah Penggerak?

Pertama, karena ini pertama kolaborasi dengan pemerintah daerah dan pusat, harus ada MOU. Jadi harus ada kesediaan pemerintah daerah tanda tangan MOU dengan Kemdikbud. Kita tidak ingin sia-sia.

Jadi selama MOU kita sepakati yang ada di MOU. Syarat lain, sekolah mendukung program Sekolah Penggerak ini, seperti mengalokasikan sebagian kecil dari dana pendidikan untuk guru-gurunya. Jadi kita bagi, ini tugas kami di pusat dan ini tugas kami di daerah. Komit nggak? Kalau komit kita tanda-tangan.

Prasarana tidak perlu, karena selama program Sekolah Penggerak ini akan kita maping, kalau terpilih kepala sekolah dengan sarana masih terbatas. Nanti ini akan intervensi, kita bantu, butuh apa, nanti daerah mau bantu apa? Misalnya pusat mau bantu 30 unit komputer, misalnya, daerah siap mau bantu 5, ayo monggo kita keroyok. Gitu kira-kira ya bersama-sama.

  • Cara agar sekolah bisa ikut Sekolah Penggerak bagaimana?

Ini kan sudah berlangsung lama prosesnya, pertama ini kita informasikan dulu ke kabupaten kota, kita jelaskan. Nanti, teman-teman UPT di daerah secara berjenjang juga akan menjelaskan lagi satuan-satuan di daerah. Nah bagi mereka yang ingin mendaftar, bisa lakukan secara online ada situsnya di unit utama Direktorat Jenderal GTK ya.

Di situ ada isian, menulis essay dan nanti portofolionya dipelajari, kemudian ada proses wawancara dan proses bidding yang lain, ini dalam tahap itu. Jadi saat ini sedang jalan dan belum kita tentukan, kalau terpilih ada 2.500 sekolah.

  • Ada rujukan sekolah dalam pelaksanaan program ini nggak Pak?

Cita-cita kita semua ke level 4 pendidikannya, tapi kan ini berjenjang, siapa tau dia ada di level 1 sekarang dan tahun depan ada di level 2, jadi begitu seterusnya. Makanya, semakin bagus kepala sekolahnya, semakin cepat dia melompat dari level 1 bergeser ke level 3, jadi gak perlu berjenjang level 1 ke level 2 gitu, jadi gunanya guru, pengawas kita latih itu ini.

  • Apa saja keuntungan ikut program Sekolah Penggerak?

Pertama, sekolah akan membuat multiplier effect bagi sekolah penggerak lainnya, itu bagi sekolah ya. Kemudian akan terjadi percepatan, peningkatan mutu karena kan sekolah kita intervensi bersama-sama karena kita bangun kepercayaan secara holistik.

Ketiga, dia akan menjadi rujukan praktek lain. Kita juga sedang siapkan, proses (insentif) tapi kita tidak mau mengedepankan insentif dulu. Sebenarnya sudah ada (besarannya) cuma kita mau yang terpilih dulu kepala sekolah dan sekolah yang memang berpikiran, kepala sekolah memiliki semangat idealisme, memiliki kapasitas dan kompetensi.

Jadi program pendanaan itu pasti, ini kan program pusat. Makanya, kita gambarkan, kalau prasarana kurang pasti kita bantu karena jumlahnya beragam nggak sama. Mungkin ada kebijakan yang akan kita godok. Sebab, kalau itu yang kita depankan, nanti orientasinya daerah hanya merebut fasilitas.

  • Bedanya program Sekolah Penggerak dengan sekolah unggulan atau model apa Pak?

Jadi ini yang membedakan dengan program lainnya karena program ini terintegrasi di tingkat Kemdikbud, jadi Kemdikbud nanti di semua unit utama menuju ke sekolah yang sama. Jadi tidak ada sekolah yang berbeda, mungkin unit A sekolah B, unit B sekolahnya di tempat C. Jadi sekarang kita menuju ke sekolah yang sama, yakni terintegrasi.

Dulu sekolah penggerak ini transformasi dari sekolah sebelumnya, kan dulu ada sekolah rujukan, unggulan, model sehingga terbentuk kasta. Kita nggak mau itu, dulu kan intervensinya parsial masing-masing unit utama. Kalau ini kan tidak, kami di PAUD DASMEN bertanggung jawab pada penataan sekolahnya. Nanti GTK bertanggung jawab pada pembinaan SDMnya. Kalau bidang Sekretariat Jenderal dan Pusdatinnya bertanggung jawab pada digitalisasi pembelajarannya.

Kemudian Sekjen bertanggung jawab pada bagaimana sekolah bertanggung jawab pada basis data tadi. Jadi semua intervensi di Kemdikbud bertuju pada fokus yang sama, sekolah yang sama. Ini yang membedakan dengan sekolah sebelumnya.

Nggak, kita sudah atur dari 111 itu sudah kita pertimbangkan matang-matang, dari pemilihan, makanya ada 300 sekolah di tahap awal yang berminat dan kita lakukan kajian, analisis dan nanti ada sekolah yang mewakili wilayah Timur, wilayah 3T, jadi nggak hanya sekolah di kota saja, semua akan kebagian nanti.



Simak Video "23 Ribu Desa Tak Punya PAUD, Ini Strategi Kemendikdasmen"
[Gambas:Video 20detik]

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads