Antisipasi Tsunami 2004 Terulang, Peneliti RI-China Ekspedisi di Selatan NTT

ADVERTISEMENT

Antisipasi Tsunami 2004 Terulang, Peneliti RI-China Ekspedisi di Selatan NTT

Trisna Wulandari - detikEdu
Rabu, 13 Agu 2025 12:30 WIB
Ekspedisi geosains laut RI-China dimulai Minggu (10/8/2025).
Ekspedisi geosains laut RI-China bertolak dari Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu (10/8/2025) .Foto: Dok BRIN
Jakarta -

Peneliti RI-China menjalani ekspedisi geosains laut mulai Minggu (10/8/2025). Para peneliti akan mempelajari tumbukan lempeng Australia-Jawa dan dampaknya terhadap potensi bencana geologi, seperti gempa bumi dan tsunami.

Wilayah ekspedisi ini berlokasi di selatan Nusa Tenggara Timur, yang berada di dekat palung terdalam Samudra Hindia, dengan kedalaman sekitar 7.200 meter. Berdasarkan catatan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), lokasi ini memiliki aktivitas tektonik yang sangat tinggi.

Di lokasi riset, peneliti akan mengumpulkan data seismik dan resistivitas dengan sejumlah teknologi. Termasuk di antaranya yaitu 30 unit seismometer dasar laut mode aktif atau ocean bottom seismometer (OBS) dan 30 unit metoda elektromagnetik dasar laut atau ocean bottom electromagnetic method (OBEM) yang akan ditempatkan di dasar laut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti juga akan menggunakan 24 seismometer terapung untuk merekam gempa alam.

Dikutip dari laman Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), peneliti juga akan mengambil sampel sedimen laut. Data geofisika dan sampel sedimen akan dianalisis di Indonesia dan China. Sedangkan data dan sampel sedimen disimpan di Indonesia, sesuai peraturan BRIN.

ADVERTISEMENT

Ekspedisi bertajuk Collision Process Between the Java and Australia and Its Impacts on Geohazard ini merupakan kolaborasi antara BRIN, Second Institute of Oceanography (SIO) dari China, dan UGM.

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan riset kelautan skala internasional ini penting untuk mengantisipasi bencana serupa tsunami Aceh 2004.

"Ekspedisi geosains ini penting untuk memitigasi dan mengurangi risiko dari potensi bencana alam, khususnya yang datang dari laut, seperti yang terjadi saat serangan tsunami besar yang pernah melanda Aceh," kata Handoko dalam laman BRIN, dikutip Rabu (13/8/2025).

Pakai Kapal China

Sebanyak 22 peneliti dari China dan 10 peneliti dari Indonesia, termasuk mahasiswa dan teknisi, bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Mereka berlayar menggunakan kapal riset seismik asal China, Tan Kah Kee, yang juga dikenal dengan nama Jia Geng.

Kapal dari Marine Operations, Xiamen University ini memiliki peralatan geofisika seperti air gun besar dan sumber elektromagnetik. Jia Gang berangkat dari Xiamen, China sejak 28 Juli 2025 dan tiba di Jakarta pada 5-6 Agustus 2025.

Sementara itu, proses akuisisi data di lokasi penelitian direncanakan berlangsung pada 13-25 Agustus 2025. Penelitian ini diharapkan membawa hasil berupa data akurat untuk model mitigasi bencana geologi serta berkontribusi pada kebijakan eksplorasi sumber daya laut berkelanjutan.

Dirintis UGM, Open Call Kampus

Kerja sama riset kelautan ini dirintis Prof Wahyu Wilopo dari Departemen Teknik Geologi FT UGM dan Prof Weiwei Ding dari SIO sejak 2024.

Difasilitasi BRIN, kemudian diadakan open call proposal. Hasilnya, terjaring 10 peneliti Indonesia dari UGM, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (Undip), dan BRIN.

Sementara itu, 11 peneliti China mewakili SIO, Guangzhou Marine Geological Survey MNR, China University of Geosciences Beijing, Xiamen Aixiang Technology Co. Ltd, dan Xiamen University Siming Campus.

Dua peneliti UGM, Dr Muhammad Haikal Razi dari FT UGM dan Roma Widiyansari M Sc can dari Fakultas Matematika dan IPA UGM akan bergabung dalam survei laut berjudul SINO Indonesian Joint Geological Geophysical Expedition Offsore Java 2025.

Direktur Kemitraan dan Relasi Global UGM, Prof Dr Puji Astuti S Si M Sc Apt mengatakan ekspedisi ini penting untuk menjalin kerja sama penelitian RI-China, khususnya untuk memahami dinamika zona subduksi dan laut dalam, serta kaitannya dengan kebencanaan.

Penguatan SDM Riset Perairan RI

Merintis kerja sama ekspedisi, Prof Wilopo mengatakan kegiatan survei laut bantu meningkatkan kemampuan SDM RI bidang kelautan lewat pelatihan di China maupun Indonesia.

Keterlibatan aktif peneliti RI diharapkan juga mendorong pengembangan atau pembuatan laboratorium baru, khususnya lab bidang geofisika kelautan.

Ia juga berharap langkah tersebut memperkuat penelitian tentang peran pengamatan geofisika dalam identifikasi potensi gempa bumi, tsunami, dan bencana geologi lainnya.

Wilopo menambahkan, ekspedisi diharapkan meningkatkan kemampuan manajemen komprehensif untuk merespons bencana alam seperti gempa bumi, mendorong kerja sama dalam peringatan dini bencana, mengetahui potensi sumber daya laut dalam untuk membangun kesejahteraan manusia dan bumi berkelanjutan, mendukung pengembangan eksplorasi di laut Indonesia, serta memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan China dalam bidang teknologi dan pengurangan risiko bencana berkelanjutan.

BRIN Siapkan Kapal Riset dan Pengembangan Kapasitas

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko mengatakan Indonesia masih kekurangan kapasitas dan kompetensi untuk menjelajahi wilayah perairan sendiri.

Pelatihan dan kolaborasi ini diharapkan mendukung terjadinya transfer ilmu pengetahuan yang signifikan, memperkuat kapasitas SDM Indonesia di bidang kelautan, menguatkan jejaring riset internasional, dan memperkuat posisi Indonesia dalam eksplorasi sumber daya laut berkelanjutan.

"BRIN akan membuat strategi baru untuk mempercepat peningkatan dan pengembangan kapasitas SDM di bidang ini," ucapnya.

Handoko menambahkan, BRIN saat ini juga sedang mempersiapkan armada kapal riset. Penelitian akan dilakukan di wilayah teritorial Indonesia.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads