Banyak Aksi Dukung Palestina di Kampus AS, Peran Kepolisian Disorot

ADVERTISEMENT

Banyak Aksi Dukung Palestina di Kampus AS, Peran Kepolisian Disorot

Luthfi Zian Nasifah - detikEdu
Jumat, 07 Jun 2024 09:30 WIB
Demo pro-Palestina di kampus-kampus elite AS masih berlanjut. Salah satunya dilakukan mahasiswa di Universitas California Irvine (UC Irvine).
Foto: REUTERS/Mike Blake/Mahasiswa Geruduk Universitas Californa Protes Perang di Gaza, pada awal Mei 2024 lalu
Jakarta -

Belum lama ini, dukungan untuk Palestina menggema di kampus-kampus top Amerika Serikat (AS). Tercatat pada April hingga Mei, terdapat sejumlah aksi pro-Palestina di Columbia University, MIT, New York University, University of Michigan dan Yale University.

Selama beberapa waktu, kampus-kampus di AS sempat caos dan membuat polisi berjaga di kampus. Di sisi lain, pihak kampus juga menganggap demo yang dilakukan mahasiswa tidak mencerminkan institusi pendidikan tinggi di Amerika.

Hal ini pun kemudian menuai sorotan, sebab peran kepolisian dalam kaitannya di lingkungan institusi lembaga pendidikan (polisi kampus), dianggap berlebihan karena menggunakan kekerasan dan penangkapan. Padahal polisi kampus umumnya berperan sesuai dengan misi institusi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Umumnya, dalam 50 tahun terakhir, polisi kampus semakin mirip dengan polisi kota,"ungkap John Sloan, profesor emeritus peradilan pidana di University of Alabama di Birmingham, dikutip dari situs Times Higher Education.

"Mereka berlatih di akademi yang sama dan membeli senjata tingkat militer. Maka dari itu pada dasarnya, mereka sama," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Pihak Perguruan Tinggi Dianggap Gagal

Dalam kaitannya aksi demo pro-Palestina, polisi kampus justru menangkap sebanyak 2.500 orang, sebagian besar merupakan pelajar, dalam demonstrasi tersebut.

Di sisi lain, pihak kampus menganggap apa yang dilakukan mahasiswa, tidak sejalan dengan tujuan akademik. Padahal demonstrasi pro-Palestina oleh puluhan perguruan tinggi merupakan wujud unjuk rasa kedamaian dan menghindari gangguan terbuka kegiatan akademik.

Menurut banyak ahli, penangkapan di kampus AS ini sebagian besar merupakan reaksi berlebihan yang dipicu oleh beberapa faktor.

Salah satunya adalah tekanan politik dan donor yang besar terhadap pimpinan universitas untuk menghalangi ekspresi penolakan mahasiswa terhadap serangan militer Israel yang telah menewaskan 30.000 warga sipil di Gaza.

Para ahli menyimpulkan bahwa salah satu faktor utama penyebab kekerasan kampus-kampus di Amerika Serikat adalah berkurangnya perbedaan antara taktik dan pendekatan polisi untuk mengendalikan masyarakat umum dengan lingkungan akademis.

Asisten profesor sosiologi di University of Texas di Austin, Michael Sierra-ArΓ©valo, yang mempelajari pelatihan polisi melihat dinamika yang sama.

Dr Sierra-ArΓ©valo percaya bahwa para polisi mampu mengukur kekerasan yang dilakukan sehingga tetap dapat menjaga siswa yang melakukan demonstrasi.

Penangkapan dan Pembunuhan Mahasiswa oleh Polisi Kampus

Sekitar dua pertiga dari perguruan tinggi dan universitas besar di AS memiliki departemen kepolisian kampus sendiri, dengan petugas berseragam bersenjata. Sepertiga lainnya, memiliki personel keamanan swasta yang dipekerjakan oleh lembaga itu sendiri atau oleh badan keamanan swasta.

"Tampaknya, sebagian besar departemen kepolisian kampus muncul dari protes mahasiswa pada tahun 1960-an terkait masalah perang dan hak-hak sipil, di mana terjadi konflik polisi-mahasiswa yang merugikan pihak yang terlibat di kedua sisi," jelas Profesor Sloan.

Seperti halnya insiden konfrontasi Mei 1970, Garda Nasional Ohio menembak dan membunuh empat mahasiswa dan melukai 9 mahasiswa lain di Kent State University.

Anggota kepolisian semakin mengambil langkah tegas meskipun pimpinan universitas bersedia berkonsultasi dengan mahasiswa terkait masalah kontroversial dan menegosiasikan solusi.

Pada protes yang terjadi April-Mei lalu itu, Columbia University meminta polisi untuk menangkap mahasiswa di tenda perkemahan kampus yang sebagian besar tidak menggunakan kekerasan.

Di sisi lain, para pejabat tinggi kepolisian New York City berpendapat melalui media sosial bahwa generasi muda diradikalisasi dan dalam beberapa kasus didorong untuk meningkatkan protes mereka menjadi kekerasan.

Profesor Sloan berpendapat bahwa perilaku polisi di kampus-kampus Amerika Serikat ini, ditoleransi dan didukung oleh para pemimpin universitas yang merasa tertekan oleh anggota Kongres dari Partai Republik.

Para anggota parlemen mengancam akan memotong dana jika universitas tidak menghukum keras perbedaan pendapat mahasiswa.

"Sebagian besar masalah ini dapat dilacak ke sekelompok kecil legislator Partai Republik di Dewan Perwakilan Rakyat yang telah memutuskan untuk berperang melawan pendidikan tinggi di Amerika Serikat," tutur Profesor Sloan.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads