Di tengah ramainya isu uang kuliah tunggal (UKT) PTN mahal, hal menarik datang dari UM Maumere. Meskipun termasuk swasta, UKT kampus ini cukup terjangkau bahkan bisa dibayar dengan hasil bumi.
Rektor UM Maumere, Erwin Prasetyo mengungkap alasan dibolehkannya mahasiswa membayar pakai hasil bumi lantaran kondisi rata-rata ekonomi mahasiswa adalah menengah ke bawah.
Mulanya, UM Maumere telah meringankan mahasiswa yang sulit membayar lewat skema cicilan. Namun ternyata cara tersebut masih belum efisien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun saat itu sudah dicicil tapi tetap masih punya tunggakan. Tapi sebenarnya mahasiswi ini punya hasil bumi, pisang, dan kelapa yang bisa dijual," kata Erwin saat dihubungi detikEdu, Rabu (29/5/2024).
Alasan diberlakukannya kebijakan membayar UKT pakai hasil bumi berawal dari kasus seorang alumni lulusan prodi kimia. Erwin mengatakan mahasiswa tersebut tidak bisa mengikuti UAS akibat menunggak.
"Dari tahun 2018 itu ada mahasiswi kami kesulitan ikut UAS karena masih ada tunggakan biaya kuliah. Kita kan biaya kuliah bisa dicicil waktu itu hingga 3 kali, saat KRS-an atau awal masuk, saat UTS, sama saat UAS," katanya.
Kebetulan hasil panen orang tua dari mahasiswa tersebut tak kunjung dibeli pengepul. Mereka juga kesulitan untuk menjualnya ke kota karena jarak tempuh sekitar 40 km.
"Mereka kebiasaan di desa enggak dibawa ke kota tetapi mereka nunggu pengepul dari kota ke desa, kendalanya di situ," terang Erwin.
Hasil Bumi Dibeli Kampus-Dijadikan Souvenir
Berkat kegigihan mahasiswa tersebut, UM Maumere pun memberlakukan solusi tersebut bagi mahasiswa lain yang juga kesulitan. Kini ada sekitar 2-3 mahasiswa yang membayar UKT dengan hasil bumi per tahunnya.
"Saya apresiasi karena dia enggak malu. Kami punya inisiasi ini juga jadi program kami, jadi kalau ada kasus-kasus gini kami mudahkan," kata Erwin.
Keringanan mulai diberlakukan sejak 2018. Pihak kampus akan memasarkan setoran hasil bumi kepada dosen, staf, hingga mendistribusikan ke pengepul.
"Solusinya ya sudah hasilnya dibawa ke kampus. Sampai ke kampus kita bisa bantu jualin ke dosen pegawai dengan harga yang mengikuti harga pasar," tambahnya.
Sejauh ini UM Maumere telah menerima berbagai bahan komoditas seperti pisang, ikan, kelapa, mangga, alpukat, bahkan bahan baku rumah yakni batu merah.
Kerajinan hasil tangan pun kerap diterima UM Maumere misalnya hasil tenun dan kain selendang. Setoran berupa kerajinan tersebut kemudian dibeli oleh kampus sebagai cinderamata untuk tamu.
Keringanan Lain: Beasiswa-Cicilan UKT hingga 6 Tahun
Erwin mengatakan UM Maumere menawarkan bentuk keringanan lain berupa beasiswa hingga metode cicilan hingga 6 tahun. Uniknya, cicilan yang mirip student loan ini tidak berbunga.
"Kita membuat skema tidak harus lunas di depan tapi bisa diangsur. Awal-awal kita buat kebijakan 3 kali, tapi di perjalanan masih susah jadi kita desain lagi yang baru," kata Erwin.
"Mulai tahun kemarin skemanya bulanan, tetapi kelihatannya juga masih berat. Jadi kami terapkan skema panjang mirip student loan tanpa bunga tanpa jaminan," sambungnya.
Berbagai beasiswa yang ada di UM Maumere antara lain KIP Kuliah, beasiswa untuk yatim piatu, beasiswa tahfidz. Selain itu, UM Maumere juga memberikan potongan UKT.
"Lalu ada beasiswa tahfidz muslim minimal hafalan 2 juz itu kita bebaskan SPP juga. Dan yang tidak dapat KIP Kuliah atau yatim itu ada beasiswa potongan Rp 702 ribu hingga Rp 1,2 juta per semester juga berlaku bagi siswa yang berprestasi akademik/non akademik," Kata Erwin.
Dari beberapa upaya tersebut, Erwin berharap akan lebih banyak mahasiswa di Flores, NTT yang semangat kuliah meski terkendala biaya. Ia juga berharap pemerintah bisa memberi bantuan lebih banyak kepada kampus swasta yang aksesnya masih sulit dijangkau.
"Menurut saya penyelenggaraan pendidikan swasta dan negeri itu harus sama, baik dari jenjang SD hingga perguruan tinggi. Jika pendidikan adalah cara mencerdaskan bangsa harusnya ada pemikiran tidak memilah milih antara negeri swasta," ucapnya.
(cyu/nwy)