National University of Singapore (NUS) bukan hanya menjadi kampus terbaik di Asia versi QS WUR 2024. Namun, juga terdepan dalam menginisiasi program keberlanjutan, baik dalam internal kampus maupun luar kampus.
NUS Singapura memiliki Sustainability Reporting Review, yakni studi dua tahunan mengenai pelaporan dan pengungkapan keberlanjutan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa Singapura. Pada edisi tahun 2023, studi fokus pada pengungkapan terkait perubahan iklim. Perusahaan dinilai mengenai rencana transisi iklim mereka sebagai bagian dari laporan dalam 'Sustainability Reporting Review'. Melalui laporan ini, NUS melalui NUS Business School telah menjadi kampus terdepan dalam memberi kajian terhadap transisi perusahaan menuju industri yang lebih ramah lingkungan.
Bagaimana Cara NUS Menjadi Kampus Berkelanjutan?
Sebagai kampus terbaik di Asia dan terdepan soal isu lingkungan, tentu bukan hal yang instan didapatkan oleh NUS Singapura. Profesor Lawrence Loh, Direktur, Pusat Tata Kelola dan Keberlanjutan (CGS) di NUS Business School, mengatakan, untuk bisa sampai di titik saat ini, NUS memiliki jalan panjang dalam pendidikan dan penelitian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mau membongkar ini, ada paket penelitiannya. Ada juga jalur pendidikan. Dan menurut saya keduanya cukup saling terkait," ucapnya kepada detikEdu, saat berkunjung ke kampus NUS Business School, pada November 2023 lalu.
Riset 10 Tahun Lebih dan Program Khusus Keberlanjutan
Profesor Lawrence Loh mengatakan, untuk memulai keseriusan terhadap keberlanjutan, ia telah memulai sejak 10 tahunan yang lalu.
Ia penelitian dengan dana sendiri dan saat itu topik terkait keberlanjutan belum sepopuler sekarang. Baru setelah beberapa tahun, penelitiannya menjadi populer di kalangan akademis.
"Saya baru memulainya dari 10 tahun (lalu). Tujuh tahun pertama dilakukan secara diam-diam. Saya menggunakan dana departemen saya sendiri, dana penelitian saya sendiri, hanya untuk melakukan itu. Dan kemudian tiba-tiba menjadi sangat populer," terangnya.
Menurutnya, kini penelitiannya sudah matang. Bahkan penelitian ini kemudian bisa mengarah ke program pendidikan di kampus.
Sebab, penelitian bisa jadi landasan dan kepemimpinan pemikiran untuk sebuah program. Misalnya, ia mengatakan, program khusus master terkait keberlanjutan.
"Saya pikir ini kemudian mengarah pada pendidikan. Karena saya mempunyai landasan dalam penelitian dan kepemimpinan pemikiran untuk pindah ke dunia pendidikan sangat mudah," ungkap Prof Lawrence Loh.
Adapun terkait program tersebut, ia mencontohkan di NUS terdapat sebuah program master yang memiliki kursus khusus mengenai keberlanjutan.
Beberapa di antaranya memiliki tiga program MBA utama dan tiga program lainnya. Kemudian ada program master lainnya, yang menjalankan kursus 13 minggu penuh tentang keberlanjutan.
"Jadi itu satu dan masih banyak program lainnya. Tapi ini semua adalah contoh program. Jadi dorongan saya, kalau ada perusahaan atau profesional yang ingin belajar keberlanjutan, cara yang baik adalah dengan memulai program pendidikan," papar profesor lulusan Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat.
"Percayalah pada program pendidikan di sini, Anda (akan) diajar oleh fakultas yang berbasis pada penelitian selama 10 tahun (lebih)," imbuhnya.
Jadi menurutnya, proses NUS untuk menjadi kampus berkelanjutan bukan sesuatu yang berkembang dalam semalam.
"Di sini kami memiliki fakultas yang benar-benar membangun pengetahuan, dengan basis penelitian selama 10 tahun (lebih)," tutupnya.
(faz/nwk)