BGSi atau Biomedical and Genome Science Initiative adalah program inisiatif nasional pertama yang menggunakan pemanfaatan data genomik (informasi genetik) untuk mendeteksi dini suatu penyakit secara tepat dan akurat. Metode ini disebut sebagai alat pendeteksi penyakit di masa depan loh!
Dikutip dari Instagram Kementerian Kesehatan Republik Indonesia @kemenkes_ri, BGSi mulai diperkenalkan pertama kali pada Agustus 2022. Program ini dibuat oleh Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin guna mengembangkan pengobatan yang tepat bagi masyarakat.
Selama pengembangannya program ini ikut menggandeng berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di tanah air, Lalu bagaimana cara kerjanya? Yuk simak penjelasan berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara Kerja BGSi
BGSi bekerja dengan mengandalkan whole genome sequencing (WGS), yakni teknologi pengumpulan informasi genetik (genom) dari manusia maupun patogen seperti virus dan bakteri.
WGS nantinya dikembangkan melalui penelitian untuk pengobatan enam kategori penyakit utama seperti kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, metabolik, genetik dan penuaan.
Dengan program ini, diketahui penyakit akan cepat diketahui sehingga bisa menurunkan risiko penularan kepada orang lain. Contohnya pada pemeriksaan resistensi kuman tuberkulosis terhadap antibiotik.
Dibutuhkan setidaknya waktu 1 hari untuk mendeteksi kuman tersebut. Padahal sebelumnya, proses itu ditempuh dalam waktu 4 minggu. Dengan demikian bisa disampaikan proses pengobatan bisa dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.
Ciptaan Anak Negeri
Diketahui, seluruh proses program BGSi diciptakan dan dilakukan di Indonesia. Semuanya disimpan dan dikelola oleh anak bangsa sehingga dipastikan aman dan terlindungi.
Dalam program, BGSi akan bertindak sebagai suporter dalam percepatan peningkatan pelayanan kesehatan. Sedangkan para peneliti, klinis dan entrepreneur di bidang kesehatan berperan sebagai periset untuk mengembangkan produk kesehatan dalam negeri.
Meski begitu, seluruh prosesnya harus melalui izin etik dan review dari lembaga terkait. Dalam hal ini Kementerian Kesehatan melakukan kerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Republik Indonesia untuk proses penyimpanan data.
Data BGSi disimpan di 3 platform yang berbeda dengan data kesehatan lainnya. Sehingga tidak dapat dengan mudah diakses dan dikorelasikan, ketiganya yaitu:
- Database Registrasi Penyakit
- Database Biobank
- Database Genomik
Jadi Kemenkes memastikan kerahasiaan data pribadi akan terjamin.
Gandeng Sejumlah Kampus di Indonesia
Sejak tahun 2022, kapasitas pemeriksaan genomic agar bisa mendeteksi dini penyakit terus ditambah. Dengan demikian, kini sudah ada sekitar 40 lab Whole Genome Sequencing (WGS) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Tak hanya rumah sakit, Kemenkes juga menggandeng berbagai universitas negeri dari berbagai provinsi di Indonesia sebagai mitra lab BGSi.
Beberapa di antaranya adalah FK Universitas Indonesia IMERI, FK Universitas Padjadjaran, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan hingga Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.
Daftar Jejaring Lab BGSi
- FKUI-IMERI
- SITH ITB
- FK Unpad
- LPPT UGM
- Universitas Diponegoro
- Universitas Sumatera Utara
- Universitas Andalas
- Universitas Mulawarman
- Universitas Tanjungpura
- Universitas Sam Ratulangi
- Universitas Hasanuddin
- FK Universitas Udayana
- Pusjak SKK & SDK, BKPK
- PPOMN, BPOM
- GSI Lab
- Labkes Jawa Barat
- BRIN
- Balitbang Aceh
- Balai Litbang Papua
- BBTKLPP DIY
- Labkes Jawa Tengah
- BBPVRP Salatiga
- BTKLPP Batam
- BBLK Makassar
- BTKLPP Ambon
- RSUD Johannes NTT
- RSUD Papua Barat
- RSCM
- RS Dharmais
- RS Persahabatan
- RSPISS
- RS Jantung Harapan Kita
- RSPON
- RS Sardjito
- RS Kariadi
- RSHS
- RS Soetomo
- RS Hoesin
- BBTKL Banjarbaru
- BGSI
Nah itulah selengkapnya tentang BGSi yang akan menjadi langkah baru dalam deteksi penyakit di masa depan. Semoga informasi ini bermanfaat ya detikers!
(pal/pal)