Peneliti Temukan Kompleksitas Canggih Penciuman Kucing

ADVERTISEMENT

Peneliti Temukan Kompleksitas Canggih Penciuman Kucing

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 08 Jul 2023 20:00 WIB
Ilustrasi kucing hitam
Ilustrasi kucing hitam Foto: Wikimedia Commons/Frostdragon
Jakarta -

Kucing dikenal memiliki indera penciuman yang tajam. Kini, para ilmuwan telah memecahkan teka-teki di balik kemampuan luar biasa kucing dalam mengendus makanan, teman, hingga musuh mereka.

Sebuah simulasi komputer menunjukkan, struktur hidung kucing yang bertugas mencium bau bekerja seperti kromatografi gas melingkar paralel, yaitu peralatan laboratorium yang sangat sensitif untuk menganalisis susunan kimiawi suatu zat.

Sampai sekarang, mekanisme rumit yang digunakan hidung mamalia untuk mendeteksi bau, sulit dipahami. Sementara, ada penelitian sebelumnya yang telah mengisyaratkan kesamaan antara hidung mamalia dan perangkat kromatografi gas dalam mendeteksi bau melalui udara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan penelitian, rupanya evolusi struktur hidung kucing disebabkan oleh kepala kecil mereka. Sehingga, kucing memiliki sistem jalan napas labirin yang pas dan membuat mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan yang beragam.

"(Hidung kucing) memiliki desain yang bagus," kata Kai Zhao salah satu peneliti yang memecahkan teka-teki kemampuan penciuman kucing, dikutip dari ZME Science.

ADVERTISEMENT

Kucing Punya Dua Zona Pernapasan

Zhao dan timnya telah mengembangkan sejumlah model hidung tikus dan manusia untuk mempelajari alur sirkulasi udaranya. Namun, kini mereka bahkan mampu menghasilkan model hidung kucing yang sangat detail.

Apa yang dihasilkan oleh Zhao dan kawan-kawan didapat dari scan micro-CT tengkorak kucing, sehingga mereka mampu mengidentifikasi jenis jaringan di hidung kucing.

"Hidung kucing kemungkinan memiliki kompleksitas yang mirip dengan anjing dan lebih rumit dari tikus," ujar Zhao.

Melalui simulasi pernapasan menggunakan komputer, Zhao dan tim mengobservasi dua zona aliran udara yang berbeda pada hidung kucing. Zona pertama terdiri atas udara pernapasan yang mengalami penyaringan bertahap dan menyebar ke langit-langit sebelum mencapai paru-paru.

Sementara, zona kedua pernapasan kucing berjalan melewati bagian tenghn dan mencapai daerah penciuman di belakang rongga hidung.

Simulasi komputer ini juga mengungkapkan temuan menarik lainnya, yaitu udara yang mengarah ke area penciuman akan disirkulasi ulang melalui saluran paralel pada saat mencapai area tersebut.

Penemuan terduga ini mengejutkan Zhao dan timnya. "Misalnya kamu mencium bau sesuatu, lalu udara yang masuk diproses kembali dalam durasi yang lebih signifikan," jelasnya.

Zhao dan tim adalah peneliti pertama yang mengukur perbedaan efisiensi kromatografi gas antara mamalia dan spesies lain. Mereka memperkirakan, hidung kucing lebih dari 100 kali lebih efisien dalam mendeteksi bau, ketimbang hidung lurus ala amfibi.

Penelitian mengenai hidung kucing ini telah terbit dalam jurnal PLOS Computational Biology pada 29 Juni 2023 lalu.




(nah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads