Organisasi ilmiah global untuk ilmu dan teknologi pangan, International Union of Food Science and Technologist (IUFoST) memberikan penghargaan Young Scientist Award kepada Dosen Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Rachma Wikandari, S.T.P., M.Biotech., Ph.D.
Penghargaan tersebut diberikan pada 21th World Congress of Food Science and Technology 2022, 3 November 2022 lalu di Singapura.
Penghargaan Young Scientist Award ini diberikan kepada peneliti muda dan berada di awal karier, yang berkontribusi pada pengembangan bidang pangan dan berpotensi menjadi pemimpin masa depan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penilaian tidak hanya dilihat dari penelitian dan publikasi, namun juga kontribusi nyata di bidang pangan dan keaktifannya di organisasi internasional.
Tingkatkan Ketahanan Pangan
Rachma berhasil melakukan inovasi dari penelitiannya yakni pengembangan daging buatan dari jamur benang (mikoprotein) yang ditumbuhkan dari limbah air sisa rebusan kedelai.
"Tren saat ini di bidang pangan adalah menemukan protein alternatif. Diperkirakan pada tahun 2050 jumlah manusia akan meningkat menjadi 9 miliar sedangkan lahan pertanian tidak bertambah, sehingga kita harus menemukan cara untuk mendapatkan makanan baru," ucapnya dikutip dari laman resmi UGM, Kamis (17/11/2022).
Doktor bidang Bioteknologi dari Boras University, Swedia itu menerangkan bahwa kondisi saat ini harga mikroprotein di pasaran tergolong mahal. Hal ini yang kemudian membuatnya menghadirkan mikroprotein berkualitas baik dengan harga murah.
Cara yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah air sisa rebusan kedelai.
"Saya memanfaatkan limbah pangan untuk makanan, sehingga dapat menangani permasalahan lingkungan dan juga meningkatkan ketahanan pangan," terangnya.
Peneliti Kedua Indonesia untuk Young Scientist Award
Sebagai penerima penghargaan tersebut, Rachma mempresentasikan penelitiannya dengan judul "Development of Meat Substitutes from Filamentous Fungi Cultivated on Left Over Boiling Water of Tempeh Factory" di hadapan 1.200 delegasi dari 60 negara.
Sejak diadakan pertama kali di tahun 2006, Indonesia telah memiliki dua peneliti muda yang meraih penghargaan ini, termasuk yang terakhir adalah Rachma Wikandari.
Penghargaan yang diterima Rachma juga bersamaan dengan perwakilan dari tujuh negara lainnya, yaitu Singapura, Taiwan, Swiss, Selandia Baru, India, Cina, dan Swedia.
"Negara berkembang dengan segala keterbatasannya juga bisa meraih penghargaan internasional jika menggunakan strategi yang tepat misalnya lebih menekankan pada aplikasi dan kontribusi untuk mengatasi masalah di sekitarnya dengan dampak yang besar dan mengaitkan dengan isu global," kata Rachma.
Prestasi Sang Peneliti Muda
Tidak hanya aktif melakukan kegiatan Tridarma, Rachma juga memiliki berbagai posisi dan prestasi penting. Misalnya menjabat sebagai Ketua Dewan Redaksi jurnal agriTECH.
Ia juga pernah menjadi delegasi Indonesia dalam sidang Codex Committee on Food Labelling di tahun 2021.
Salah satu artikel yang ditulisnya yang berjudul "Application of cell culture technology and genetic engineering for production of future foods and crop improvement to strengthen food security" menjadi artikel yang paling banyak dibaca di salah satu jurnal internasional bereputasi.
Bahkan baru baru ini menerima penghargaan dari UGM untuk publikasi terbaik di bidang agro untuk artikelnya yang lain.
(faz/pal)