Melissa, mahasiswa Jerman bercerita, ia tak lagi bisa memasak untuk dirinya sendiri. Mahasiswa jurusan Psikologi itu bertutur, mahasiswa lebih memilih untuk makan di kantin kampus dibanding memasak sendiri karena dinilai terlalu 'mewah.'
"Kamu bisa membeli makan siang di sini dengan harga 2 atau 3 euro (Rp 30 ribu-Rp 45 ribu)," tuturnya, dikutip dari media lokal Jerman Deutsche Welle (DW), Sabtu (22/10/2022).
Sebelum krisis berlangsung, Melissa biasa menghabiskan 25 euro atau Rp 383 ribu per minggu. Namun harga yang melambung, mengaburkan hal tersebut.
"Sekarang aku perlu 35 hingga 40 euro (Rp 536 ribu-Rp 613 ribu) per minggunya untuk masak di rumah," ungkap mahasiswa di Bonn tersebut.
Sebetulnya, mahasiswa di Jerman biasanya mendapat 750 euro atau Rp 11,5 juta per bulan dari Lembaga Bantuan Siswa Pemerintah atau Federal Student Grants (BAfΓΆG). Orang tua mahasiswa juga mendapat bantuan sebesar 219 euro atau Rp 3,3 juta.
Namun, sebanyak 400 euro atau Rp 6,1 juta itu akan lari ke harga sewa apartemen. Ditambah lagi, saat tahun ajaran baru mulai, 300 euro atau Rp 4,5 juta juga akan hilang dalam sekejap untuk biaya kuliah.
"Makanan adalah hal pertama yang aku tabung," ujar Melissa.
Ambil 2 Kerja Paruh Waktu sampai Undurkan Diri
Berkat kenaikan biaya hidup, tidak jarang mahasiswa mengambil sampai dua kerja paruh waktu atau part time untuk membiayai studinya. Hal ini diungkap oleh Rahel SchΓΌssler dari Free Association of Students, asosiasi sepertiga total mahasiswa yang sedang belajar di Jerman
"Kamu hanya bisa bekerja jika ingin lanjut belajar. Namun karena bekerja, kamu akan kesulitan belajar," ucap SchΓΌssler.
Tidak ada data resmi mengenai berapa banyak mahasiswa yang mengundurkan diri selama dua tahun terakhir ini. Tapi SchΓΌssler mendengar banyak mendengar mahasiswa yang ekonominya terhimpit hingga memutuskan mengundurkan diri.
"Banyak mahasiswa yang memutuskan untuk drop out karena krisis. Bahkan, mereka tak hanya mencari kerja paruh waktu, tapi juga bekerja 40 jam seminggu," ungkapnya.
Kenaikan Bantuan Belum Cukup
Pemerintah Jerman dikabarkan sudah menaikkan 5,75 persen untuk bantuan siswa sejak tahun ajaran 2022/2023. Tapi hal ini tidak banyak membantu. Inflasi yang menaikkan 10 persen daya tetap memakan kenaikkan tersebut.
Per Oktober 2022, bantuan maksimum bagi mahasiswa sudah naik di angka 934 euro (sekitar 14,3 juta). SchΓΌssler yang juga pekerja sosial di German Parity Welfare Association itu berpendapat, bantuan itu belum cukup.
"Bantuan mahasiswa ini masih berada di bawah garis kemiskinan Jerman," pungkasnya.
Bukan tanpa alasan, pasalnya di Jerman, seseorang terancam jatuh miskin bila hidup dengan 1.251 euro atau Rp 19,2 juta per bulan.
Kampus Kembali "Lockdown"
Sejak 2021, jumlah mahasiswa menurun drastis menurut Kantor Statistik Jerman. Hal ini bermula pada masa pandemi COVID-19 muncul. Kini, hal itu juga dipengaruhi kenaikan harga dan inflasi.
"Mereka dengan ekonomi terbatas akan berpikir hingga dua sampai tiga kali sebelum mengirimkan anak mereka ke perguruan tinggi," ungkap Aust.
Setelah kuliah daring terlaksana akibat COVID-19, mahasiswa diminta belajar di rumah karena kenaikan harga energi. Bahkan, sejumlah universitas mempertimbangkan untuk mempersingkat waktu operasionalnya atau memperpanjang libur natal.
Contohnya The Technical University of Berlin merencanakan penutupan akhir tahun sejak 19 Desember sampai 4 Januari. Penghangat ruangan dan lampu akan dimatikan. Mahasiswa Jerman terpaksa kembali ke masa-masa awal pandemi, belajar dari rumah.
Inflasi dan Krisis Energi
Menurut Laporan Garis Kemiskinan tahun 2022, hampir 1 dari 3 mahasiswa di Jerman berada dalam kondisi di bawah garis kemiskinan. Situasi bisa bertambah buruk dengan inflasi dan krisis energi.
"Orang tua akan kesulitan membiayai anak-anak mereka," ungkap Andreas Aust, pekerja sosial di German Parity Welfare Association.
Menurut Andreas, bantuan siswa yang diberikan pemerintah terlalu sedikit dan hanya segelintir siswa yang menerima bantuan tersebut.
Pihaknya meyakini, hanya 1 dari 9 siswa yang menerima bantuan ini. Tercatat, ada 3 juta siswa yang menerima bantuan ini.
(nir/rah)