Masalah Konversi SKS MBKM sampai Magang Harus Bayar, Ini Respons Nadiem

ADVERTISEMENT

Masalah Konversi SKS MBKM sampai Magang Harus Bayar, Ini Respons Nadiem

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 21 Okt 2021 16:30 WIB
Mendikbudristek Nadiem Makarim rapat bareng Komisi X DPR. Dalam pemaparannya, Nadiem menjelaskan soal seleksi PPPK guru atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja.
Nadiem Makarim. Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Sejumlah rektor menyoal perihal konversi SKS dan program magang di Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Salah satu masalah yang mengemuka yaitu kondisi mahasiswa yang harus membayar untuk dapat magang di instansi kesehatan.

Rektor IIK Strada Indonesia Dr. dr. Sentot Imam Suprapto, M.M menuturkan harapannya agar mahasiswa ke depan dalam MBKM dapat magang tanpa dikenai biaya.

"Bisa jadi pertimbangan untuk memberi kesempatan di kesehatan untuk magang tanpa biaya. Rata-rata di semua institusi kesehata, magang dijadikan pendapatan," kata Sentot dalam Dialog Merdeka Belajar di kanal YouTube Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Kamis (21/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merespons kondisi tersebut, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan, implementasi magang tanpa biaya bisa jadi masih sulit karena adanya keharusan rumah sakit untuk menerima mahasiswa magang.

"Jadi kalau dipaksa begitu jadi harus ada biayanya. Saya harus medengarkan dari (pihak) RS untuk kaji dan diskusi lagi dengan orang lain," kata Nadiem.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Rektor Unversitas Kristen (UK) Petra Prof. Dr. Ir. Djiwantoro Hardjito, M.Eng. mengatakan, prodi teknik di kampusnya masih mengalami dilema dalam penerapan MBKM. Ia menjelaskan, prodi teknik di UK Petra saat ini sedang mengikuti akreditasi internasional yang mengharuskan 20% atau 30 sks merupakan basic science.

"Lalu (penerapan MBKM) tiga semester ini di luar prodi. Akhirnya, sisanya sedikit sekali CPL (capaian pembelajaran lulusan) sebagai insinyur. Ini yang sedang dihadapi teman-teman di prodi teknik," kata Djiwantoro.

Djiwantoro menambahkan, prodi teknik sedapatnya diberlakukan kebijakan yang sama dengan prodi kedokteran yang tidak dikenakan MBKM 3 semester.

Di samping itu, Djiwantoro juga menyoroti konversi mata kuliah mahasiswa peserta MBKM yang hasil pembelajarannya tidak tercermin di transkrip akademik.

"Contoh, mahasiswa didorong belajar di luar kampus termasuk luar negeri, tetapi di PDDikti (Pangkalan Data Perguruan Tinggi) harus ikuti mata kuliah sesuai yang didaftarkan, jadi dikonversi lagi dengan (mata kuliah) di kampus asal. Jadi yang dipelajari di luar tidak tercermin di transkrip. PDDikti rigid soal ini," sambungnya.

Terkait PDDikti, Nadiem mengaku sudah mengakomodasi konversi tersebut, kendati masih ada yang perlu disempurnakan untuk mengakomodasi kegiatan di luar kampus di MBKM.

"Mohon dicek lagi apakah sudah ter-update, kegiatan di luar kampus, ini kita monitor lagi," kata Nadiem.

Senada dengan Nadiem, Dirjen Dikti Kemedikbudristek Prof. Ir. Nizam, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. mengatakan, pihak perguruan tinggi dapat berkomunikasi dengan Kemendikbudristek terkait PDDikti untuk konversi program sebidang, luar bidang, dan program ke luar negeri untuk masuk sebagai Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).

Nizam menambahkan, jurusan teknik yang tengah diakreditasi internasional juga bisa diintegrasikan dengan MBKM. Menurutnya, akreditasi internasional seperti IABI juga mengedepankan experience learning sebagai kompetensi. Dengan demikian, kata Nizam, kompetensi tidak hanya diartikan sebagai mata kuliah di dalam kelas di kampus.

Nadiem mengatakan, hasil evaluasi penerapan MBKM pada prodi teknik di universitas lain mendapati MBKM detik.com/tag/mbkm dapat diterapkan di prodi teknik.

"Engineering, ini hal yag sudah kita evaluasi sama dekan-dekan universitas lain, masih oke nih di universitas lain. Bisa konsul sama kita, kita bantu, (prodi teknik) masih memadai tiga semester di luar negeri. Ada solusiya, buka berarti enggak bisa. (Prodi) kesehatan doang mentok, enggak bisa nego, jadi kita ngalah aja. Tapi disiplin lain sangat possible, sangat bisa," kata Nadiem.

Nadiem mengatakan, tahun pertama penyelenggaraan MBKM memang diwarnai dengan transisi di Kemendikbudristek dan perguruan tinggi. Kendati demikian, ia tetap menargetkan peserta Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) naik menjadi 150 ribu mahasiswa di tahun depan dengan anggaran naik tiga kali lipat.

"Saya enggak pernah seribet ini, dosen pada kebingungan bagaimana membimbing mahasiswa, mahasiswa juga. Ini sistem pendidikan di mana 2 semester digaransi di luar kampus. Indonesia salah satu yang awal, di mana research project bisa jadi mini universitas. Jadi kalau kita sama-sama menghadapi transisi sulit ini, Indonesia akan didiskusikan sebagai inovator perguruan tinggi," jelasnya.

"Pesan saya, tidak mungkin ronde pertama sempurna. Ronde pertama paling sulit bagi semua pihak, perubahan tidak ada yang gampang, ronde ketiga mulai lancar dan mulai berlari. besok mulai semester kedua, mulai kita perbaiki," kata Nadiem.




(twu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads