I Nyoman Sukerna Raih Suara Terbanyak di Pemilihan Rektor ISI Solo

ADVERTISEMENT

I Nyoman Sukerna Raih Suara Terbanyak di Pemilihan Rektor ISI Solo

Bayu Ardi Isnanto - detikEdu
Kamis, 02 Sep 2021 17:00 WIB
I Nyoman Sukerna
I Nyoman Sukerna Foto: dok. ISI
Solo - Institut Seni Indonesia (ISI) Solo segera memiliki pimpinan baru setelah menggelar pemilihan rektor hari ini. I Nyoman Sukerna meraih suara terbanyak mengalahkan rektor sebelumnya, Guntur.

Sukerna saat ini menjabat Wakil Rektor I Bidang Akademik ISI Solo. Sebelumnya dia pernah menjabat Ketua Jurusan Karawitan dan Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Solo.

Sukerna mendapatkan 19 suara atau 51,4 persen, sedangkam Guntur mendapatkan 16 suara atau 43,2 persen. Satu calon lainnya, Sunarmi hanya memperoleh 2 suara atau 5,4 persen.

Tahapan ketiga pemilihan calon rektor ini dihadiri seluruh anggota senat, yakni sebanyak 24 dan 3 perwakilan menteri. Dalam pemilihan yang digelar secara daring ini, menteri memiliki hak suara sebesar 35 persen atau 13 suara, sedangkan senat memiliki hak suara sebesar 65 persen.

"Selamat kepada semua calon rektor, dan terima kasih kepada Pak Guntur atas kepemimpinan dan dedikasinya dalam menjalankan amanah sebagai rektor selama ini. Tugas pastinya sudah menunggu dan ini akan menjadi tanggung jawab kita bersama, kita songsong ke depan untuk lebih maju dan unggul seperti apa yang sudah ditetapkan dalam renstra," kata Ketua Senat Sri Rochana Widyastutieningrum dalam keterangan tertulisnya, Kamis (2/9/2021).

Sukerna menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 di Akademi Seni Karawitan Indonesia Surakarta. Ia kemudian mengambil gelar doktor di Universitas Udayana, Bali.

Apa rencana calon rektor baru?

Dihubungi detikcom, I Nyoman Sukerna mengatakan dirinya mengaku siap mengemban amanah sebagai Rektor ISI Solo. Setidaknya ada tiga hal yang menjadi fokusnya.

Pertama ialah menjadikan ISI Solo sebagai pusat pengembangan kesenian dan kebudayaan, khususnya budaya Surakarta. Di era modern ini, menurutnya pelestarian tradisi bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.

"Ada tiga konsep untuk melestarikan kesenian, yaitu seni, ilmu pengetahuan dan teknologi," kata dia.

Kedua yakni menjalankan konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang diusung Mendikbud Nadiem Makarim. Konsep ini diharapkan mampu meluluskan mahasiswa yang siap kerja.

"Ini menjadi tugas kami di ISI yang mahasiswanya berjiwa seniman, tentu berbeda dengan kampus lainnya. Sulit untuk mendorong mereka untuk lulus sebelum tujuh tahun, padahal karya mereka sangat baik sebetulnya," ujarnya.

Ketiga yakni mendorong dosen-dosen untuk mencapai level guru besar. Hal ini menurutnya perlu dorongan dari pimpinan agar para dosen tergerak untuk membuat karya-karya ilmiah.

"Saat ini guru besar ISI Solo hanya ada enam orang, karena memang prosedurnya tidak mudah. Tentu pimpinan berperan bagaimana mendorong dosen-dosen ini, mungkin dari segi kebijakan anggaran, supaya mereka mau menulis jurnal-jurnal internasional," ujarnya.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads