Empat mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) berhasil menemukan inovasi terapi penyembuhan anosmia COVID-19. Anosmia adalah hilangnya kemampuan indra penciuman yang merupakah gejala khas COVID-19.
Quinnike Aisy Maskuri, Intan Salsabila Putri, Sania Isma Yanti, dan Indira Prakoso memanfaatkan efek minyak atsiri. Keempatnya mengoptimalkan efek terapeutik dari minyak atsiri bunga sedap malam dan memperkuatnya dengan penambahan eucalyptol.
"Mekanisme kerjanya yaitu ketika minyak atsiri dihirup, sel reseptor olfaktori terstimulasi dan meneruskan rangsangan ke pusat emosi pada otak, atau sistem limbik," kata Quinnike seperti dikutip dari laman resmi UB pada Jumat (6/8/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Quinnike menjelaskan aroma minyak atsiri dapat langsung menstimulasi sistem limbik. Selanjutnya, sistem limbik terhubung pada bagian otak yang berkaitan dengan memori, pernapasan, dan sirkulasi darah termasuk kelenjar endokrin yang mengatur hormon dalam tubuh.
Riset pemanfaatan metode nanoenkapsulasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan minyak atsiri, dari segi biaya dan ketahanan produk terbukti efektif. Peningkatan disebabkan nanoenkapsulasi yang mampu melindungi zat aktif minyak atsiri.
Metode nanoenkapsulasi juga mampu mengatur pelepasan aroma minyak atsiri (slow release). Quinnike mengatakan, hasil nanoenkapsulasi minyak atsiri bunga malam dan minyak eucalyptol dapat dikemas dalam bentuk inhaler yang praktis dan sederhana.
Riset minyak atsiri untuk terapi anosmia, yang merupakan gejala khas COVID-19 sebetulnya sudah banyak dilakukan. Terapi olfaktori menggunakan minyak atsiri untuk anosmia dianggap sangat efektif. Sayangnya aplikasi terganjal sifat minyak atsiri yang tidak stabil dan mudah menguap (volatil).
Dengan dasar itulah Quinnike dan teman-temannya melakukan inovasi untuk mengembalikan kemampuan indra penciuman. Inhaler minyak atsiri yang beraroma menyengat dihirup dua kali sehari selama tiga bulan.
Dengan riset ini Quinnike dan teman-temannya dari jurusan Bioteknologi UB berharap bisa membantu pemulihan COVID-19. Saat ini Quinnike dan timnya terdaftar sebagai mahasiswa UB Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) angkatan 2019.
(faz/row)