Nama Carina Citra Dewi Joe melambung usai menjadi satu-satunya ilmuwan asal Indonesia dalam tim periset vaksin COVID-19. Tim yang melakukan riset di Oxford University itu berhasil menemukan vaksin AstraZeneca yang digunakan di seluruh dunia.
Carina mengaku harus menghabiskan 17-18 jam di dalam laboratorium untuk mengembangkan vaksin tersebut. Berkat kerja kerasnya, vaksin itu bisa digunakan di berbagai negara termasuk Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sosoknya sudah tertarik pada bidang Bioteknologi sejak di bangku SMA. Ia kemudian melajutkan pendidikan Sarjana Bioteknologi di University of Hong Kong dan meraih gelar S2-S3 di Royal Melbourne Institute of Technology, Australia.
Ketekunan Carina tak terlepas dari cara belajarnya. Menurutnya, ada satu komponen yang paling penting dalam menekuni suatu bidang.
Ketertarikan pada Keilmuan
Carina menekankan pentingnya ketertarikan pada ilmu yang sedang ditekuni. Menurutnya, ini adalah tugas para guru.
"Mereka harus mengerti kenapa rumusnya dibuat seperti itu. Itu mungkin harus ada kemampuan gurunya untuk menjelaskan dengan lebih mudah. Kenapa dibuat seperti itu dan kenapa jawabannya seperti itu. Jadi membuka rasa ingin tahu anak," tuturnya kepada detikEdu, Senin (15/12/2025).
Carina sendiri merasa ketekunannya dalam belajar datang dari rasa ingin tahu. Siswa yang sudah tertarik akan mempelajari ulang di rumah.
"Jadi harus ada ketertarikan. Jadi kalau diajarin di sekolah, kalau ingin tahu kita belajar lagi di
rumah," ujarnya.
Belajar 4-5 Jam Setiap Hari
Meski sudah bergelar Guru Besar, Carina masih menyelipkan belajar dalam kesibukan sehari-harinya. Biasanya ia akan belajar pada malam hari
"Mungkin kalau saya ada waktu membaca biasanya di waktu malam. Bisa 4-5 jam. Setelah jam kerja," ujarnya.
Jangan Takut dengan STEM
Carina juga mengingatkan agar siswa tidak perlu takut dengan bidang sains, matematika, dan teknologi atau STEM. Cobalah mempelajari sendiri materi STEM yang diajarkan di sekolah.
"Tapi mungkin advice-nya adalah coba dulu. Jangan hanya belajar dari pelajaran sekolah saja. Mungkin kalau edukasinya agak sulit di sekolah, mereka tidak mengerti. Mungkin bisa ditambahkan lagi pada saat belajar di rumah. Jadi cari tahu sendiri," ujarnya.
Ia juga menekankan ulang pentingnya peranan guru dalam mengenalkan STEM.
"Mungkin untuk peranan guru untuk menjelaskannya supaya lebih mudah. Supaya anak-anak ini lebih tahu," ujarnya.
"Dan mungkin orang tua juga harus memotivasi anaknya. Memberikan bahan-bahan yang menunjang anaknya untuk belajar tentang STEM," imbuhnya.
(nir/faz)











































