KSTI 2025: Dihadiri Ribuan Ilmuwan, 2 Peraih Nobel-Ratusan Inovasi Dipamerkan

ADVERTISEMENT

Round Up

KSTI 2025: Dihadiri Ribuan Ilmuwan, 2 Peraih Nobel-Ratusan Inovasi Dipamerkan

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 10 Agu 2025 07:00 WIB
Presiden menghadiri Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang menjadi pertemuan para ilmuwan Indonesia dan mancanegara untuk mendukung inovasi teknologi di tanah air. (Tangkapan Layar Instagram/PresidenRepublikIndonesia)
Foto: Presiden menghadiri Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 yang menjadi pertemuan para ilmuwan Indonesia dan mancanegara untuk mendukung inovasi teknologi di tanah air. (Tangkapan Layar Instagram/PresidenRepublikIndonesia)
Jakarta -

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) telah sukses menggelar Konvensi Sains dan Teknologi Industri Indonesia (KSTI) 2025. Konvensi sains terbesar di Indonesia ini menyisakan sederet fakta menarik.

Mulai dari kehadiran ilmuwan terkemuka dan ribuan ilmuwan terbaik dari seluruh wilayah Indonesia. Tak hanya ajang seremonial, KSTI pertemukan para periset dengan industri untuk menciptakan inovasi unggul untuk Indonesia.

Konvensi ini digelar pada 7-9 Agustus 2025. Momennya bertepatan dengan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) pada 10 Agustus 2025.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

"Melalui KSTI ini kita akan melakukan penyusunan peta jalan sains dan teknologi untuk mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi," kata Mendiktiristek, Prof Brian Yuliarto dalam sambutan KSTI 2025 di Auditorium Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kamis (7/8/2025).

Apa saja hal-hal menarik selama KSTI 2025? Berikut detikEdu telah merangkumnya:

Konvensi Pertama & Terbesar di Indonesia

Mendiktisaintek menyebut KSTI adalah konvensi sains terbesar yang pertama kali digelar Indonesia sepanjang sejarah. Konvensi ini dihadiri 2.200 peserta dan 1.066 periset terbaik di Indonesia.

KSTI juga mempertemukan 401 rektor. Mereka berasal dari perguruan tinggi negeri (PTN) maupun perguruan tinggi swasta (PTS).

Selain itu, KSTI mengundang 351 dosen STEM di Jawa Barat dan Jakarta, 26 diaspora Indonesia, 171 mahasiswa doktoral, 150 guru besar dan senat ITB, serta perwakilan dari 18 kementerian/lembaga, 15 BUMN Danantara, dan 54 industri yang memiliki hubungan riset dengan perguruan tinggi.

"Hari ini kita mengundang 401 rektor dari perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian kita juga mengundang seribu lebih peneliti terbaik di Indonesia," kata Brian saat membuka acara.

Presiden Prabowo Datang Resmikan KSTI

Bukan sekadar forum ilmiah para peneliti, KSTI dikatakan Brian menjadi upaya untuk menguatkan sains dan ekonomi Indonesia ke depannya. Hal itu sebagaimana amanat yang diberikan Presiden Prabowo.

"Pak Presiden memberikan perhatian sangat besar pada penguasaan sains dan teknologi. Beliau sering menanyakan langsung kepada kami mengenai produk-produk teknologi strategis," ujar Brian.

Presiden Prabowo meresmikan KSTI secara langsung dan menyapa ribuan ilmuwan yang hadir. Dalam orasinya, Prabowo menitipkan beberapa pesan bagi mereka.

Ada dua pesan kunci dari Prabowo. Pertama, tentang dorongan untuk memanfaatkan sumber daya alam semaksimal mungkin.

"Betapa Indonesia sebenarnya memiliki sumber-sumber kekayaan alam yang untuk mewujudkan atau mengkonversi kekayaan alam yang besar potensi yang besar itu menjadi kesejahteraan bagi bangsa Indonesia," kata Brian yang menyampaikan pesan Prabowo.

Selain itu, Prabowo juga menekankan tantangan pengelolaan teknologi kendaraan. Juga, industri sawit yang diamanatkannya harus dikelola secara lebih optimal lagi.

"Pak Presiden menyampaikan juga bagaimana tantangan kita mengelola industri kendaraan bermotor, bagaimana kita mampu membangun industri elektronika dan semikonduktor dan juga disampaikan juga bagaimana mengoptimalkan pengelolaan sawit," tutur Brian.

Pamerkan Inovasi Ilmuwan RI

Fokus lain dalam KSTI adalah pameran teknologi dan inovasi unggul hasil periset dari berbagai institusi hingga lembaga. Misalnya karya dari ITB berupa pabrik katalis pertama di Indonesia yang mereka rancang untuk memaksimalkan potensi bahan bakar ramah lingkungan.

Sementara itu, kampus lain yakni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) memamerkan beberapa inovasinya seperti rompi anti peluru (ARMITS), pemgirim sandi morse otomatis (AUTOMORSE), dan peluru ramah lingkungan (FRN),

Tak lupa, Universitas Padjadjaran (Unpad) juga menjajakan hasil penelitian dan produk riset berupa Virtual Reality Dental Hypnosis (VRDH). Alat tersebut dapat membantu pasien lebih tenang ketika akan diberikan tindakan oleh dokter gigi.

Selain karya-karya di atas, masih banyak ratusan inovasi lainnya.

Susun Peta Riset Indonesia

Mendiktisaintek selama bicara di KSTI menekankan bahwa acara tersebut dibuat untuk juga memetakan peta riset Indonesia. KSTI bertujuan untuk memperkuat ekosistem riset, inovasi, dan industrialisasi nasional berbasis sains dan teknologi.

"Melalui KSTI ini kita akan melakukan penyusunan peta jalan sains dan teknologi untuk mempercepat pertumbuhan dan pemerataan ekonomi," kata Menteri Brian.

Peta jalan riset dan inovasi itu meliputi delapan sektor strategis yang menjadi fokus utama, antara lain energi, pertahanan, digitalisasi (kecerdasan buatan dan semikonduktor), hilirisasi dan industrialisasi, kesehatan, pangan, maritim, serta material dan manufaktur maju.

Hadirkan 2 Peraih Nobel

Dua peraih Nobel Prize, Sir Konstantin Sergeyevich Novoselov dan Brian Schmidt, hadir KSTI 2025. Novoselov, fisikawan berdarah Rusia-Inggris, menerima Nobel Fisika pada 2010, sementara Schmidt, fisikawan sekaligus astronom asal Amerika meraih penghargaan serupa pada 2011.

Dalam sesi pleno KSTI, keduanya menyampaikan pentingnya riset dalam mendorong kemajuan suatu negara. Novoselov menekankan bahwa sains bukan sekadar kumpulan fakta, melainkan proses yang terus berkembang.

Ia menyatakan bahwa negara maju tidak hanya karena teknologinya lebih dahulu, tetapi karena keseriusan dalam membangun talenta. Ia melihat Indonesia memiliki potensi besar dengan jumlah penduduk yang tinggi, dan menyarankan agar negara ini fokus pada pengembangan sumber daya manusia melalui riset yang kreatif dan lintas bidang.

Dalam paparannya, Novoselov juga membahas era baru material, di mana material bisa dirancang hingga tingkat atom. Ia mendorong para ilmuwan untuk terus melakukan riset meskipun dimulai dari keisengan, karena penemuan besar sering lahir dari eksperimen sederhana yang dilandasi rasa ingin tahu.

Sementara itu, Brian Schmidt menguraikan empat faktor utama keberhasilan riset di suatu negara: membangun ekosistem riset yang terbuka, menerapkan kebijakan Hak Kekayaan Intelektual yang tidak terlalu ketat, berkomitmen pada investasi jangka panjang, serta memberi kebebasan bagi para peneliti untuk berinovasi.




(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads