Pertama di Indonesia, ITB Pamer Pabrik Katalis Merah Putih di KSTI 2025

ADVERTISEMENT

Pertama di Indonesia, ITB Pamer Pabrik Katalis Merah Putih di KSTI 2025

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 08 Agu 2025 11:00 WIB
ITB Pamer Pabrik Katalis Merah Putih di KSTI 2025 Kamis (7/8/2025).
ITB Pamer Pabrik Katalis Merah Putih di KSTI 2025 Kamis (7/8/2025). Foto: Cicin Yulianti/detikcom
Jakarta -

Institut Teknologi Bandung (ITB) pamerkan hasil inovasi periset di Konvensi Sains dan Teknologi (KSTI) 2025, salah satunya pabrik katalis pertama di Indonesia.

Menurut Rektor ITB Prof Tatacipta Dirgantara, pihaknya sangat mendukung riset di bidang katalis hingga kelapa sawit. ITB pun telah menggandeng beberapa pihak untuk mengembangkan inovasi tersebut.

"Tadi kami menandatangani nota kesepahaman antara ITB, Badan Pengelola Dana Perkebunan dengan Pertamina dan PT Pindad untuk menghilirkan produk-produk ITB terutama yang terkait dengan bensin sawit, katalis agar dapat mendukung ketahanan energi nasional," ujarnya di Gedung Sabuga ITB pada Kamis (7/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pameran KSTI, ITB menampilkan informasi mengenai pembangunan pabrik katalis dan hasil produknya. Rancangan tersebut kini dinamakan Pabrik Katalis Merah Putih.

"Tahun 2020 akhirnya didirikan PT Katalis Energi Indonesia di Indonesia. Kemudian di tahun 2022 akhir hingga tahun 2023 itu sudah mulai produksi PT KSI," tutur Megy sebagai penanggung jawab pameran Pabrik Katalis Merah Putih saat ditemui di booth pameran milik ITB.

ADVERTISEMENT

Perempuan yang juga mahasiswa S2 sekaligus asisten laboratorium ITB tersebut mengatakan Pabrik Katalis Merah Putih didirikan dengan berkolaborasi dengan PT Pertamina Lubricants dan PT Pupuk Kujang Cikampek.

"Jadi kita sama-sama kerja sama, berkolaborasi, dengan satu visi, satu tujuan, untuk mengembangkan Pabrik Katalis Merah Putih ini," katanya.

Fungsi Pabrik Katalis Merah Putih

Megy menjelaskan pabrik dibangun untuk memenuhi kebutuhan katalis dalam negeri. Terutama untuk industri kimia, pengilangan minyak, dan industri energi.

Produksi katalis ini utamanya untuk bahan bakar hijau (green fuel). Pabrik tersebut bertujuan mengurangi ketergantungan impor katalis, memenuhi kebutuhan dalam negeri, serta mendukung energi baru terbarukan (EBT).

Katalis sendiri merupakan zat yang mampu mempercepat reaksi kimia. Katalis juga sekaligus mengarahkan jalannya reaksi kimia dalam proses mengubah bahan baku menjadi produk yang diinginkan.

"Katalis itu sebenarnya fungsinya mempercepat reaksi, tapi tidak ikut mereaksi. Tapi dia juga mengarahkan, kita ingin produk yang seperti apa sih, itulah fungsinya katalis," kata Megi.

Megi memberikan analogi, misalnya biasanya kita memasak mie dalam waktu 5 menit. Ternyata ada suatu alat teknologi (katalis) yang bisa memasak mie selama waktu 2 menit.

Adapun kapasitas produksi pabrik ini bisa mencapai 800 ton per tahun. Dengan adanya pabrik katalis buatan ilmuwan negeri ini, diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor katalis dan meningkatkan kemandirian energi nasional.

Katalis Merah Putih Ramah Lingkungan

Selain fungsinya yang bisa mempercepat produksi bahan bakar, Pabrik Katalis Merah Putih ramah lingkungan. Megy menerangkan hal itu bisa terjadi karena pabrik katalis memanfaatkan pengelolaan sawit.

"Jadi kita bener-bener jadi dari energi terbarukan, jadi karena dari tanaman sawit, artinya dari biomasa, harapannya tuh kita lebih ramah lingkungan," kata Megy.

"Karena sumber energi fosil ternyata kan banyak karbon, banyak isu-isu lingkungan, harapannya dengan adanya kegunaan sawit, di satu sisi isu lingkungannya lebih ramah lingkungan, kita mempulihdayakan petani-petani lokal kami dari perkebunan sawit," sambungnya.

Pabrik Katalis Merah Putih juga merupakan jawaban dari semakin berkurangnya minyak fosil pada 2030 ke atas. Sehingga peneliti dapat mulai mengembangkan katalis semodel ini.

Rektor ITB mengatakan, selain Pabrik Katalis Merah Putih, produk inovasi ITB lainnya telah banyak yang dilirik industri. Ia berharap ajang KSTI ini semakin membuka jalan kerja sama dengan perusahaan besar.

"Selain itu selama pameran ini juga banyak dipamerkan produk-produk riset dari ITB dan dari universitas lain yang sebagian sudah siap untuk dihilirkan menjadi industri," kata Tatacipta.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) dalam kesempatan yang sama turut mendorong ITB untuk memaksimalkan pemanfaatan inovasi yang dilahirkan. Ia berharap produk riset di Indonesia bisa mencapai skala besar.

"Nantinya akan ditujukan atau dihubungkan dengan industri-industri, harapannya adalah produk-produk riset itu berlanjut dengan skala yang lebih besar, sehingga betul-betul muncul industri-industri baru berbasis sains dan teknologi," ujar Brian.




(cyu/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads