2 Peraih Nobel Hadir di KSTI 2025, Beri Pesan Ini untuk Ilmuwan RI

ADVERTISEMENT

2 Peraih Nobel Hadir di KSTI 2025, Beri Pesan Ini untuk Ilmuwan RI

Cicin Yulianti - detikEdu
Sabtu, 09 Agu 2025 07:00 WIB
Prof Brian Schmidt
Prof Brian Schmidt. Foto: Cicin Yulianti/detikEdu
Jakarta -

Dua peraih penghargaan saintis bergengsi Nobel Prize hadir dalam Konvensi Sains dan Teknologi Industri Indonesia (KSTI) 2025. Mereka adalah Sir Konstantin Sergeyevich Novoselov dan Brian Schmidt.

Sir Konstantin Sergeyevich Novoselov merupakan fisikawan berdarah Rusia-Inggris. Ia meraih Nobel Prize Fisika pada 2010.

Sementara Brian Schmidt adalah fisikawan dan astronom asal Amerika. Ia meraih Nobel Prize Fisika juga pada 2011.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Plenary Session KSTI, Schmidt dan Novoselov menyampaikan paparan tentang manfaat riset untuk kemajuan suatu negara. Novoselov menyebut pengetahuan sains tak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses berkelanjutan.

"Negara maju bukan karena teknologinya lebih dulu, tapi karena mereka serius membangun talentanya. Talenta itu tersebar merata di dunia. Yang membedakan hanya kesempatan," katanya di Auditorium Sabuga ITB pada Kamis (7/8/2025).

ADVERTISEMENT

Novoselov: Indonesia Bisa Fokus Riset SDM

Novoselov melihat potensi Indonesia memiliki penduduk dengan jumlah tinggi. Oleh karena itu, menurutnya Indonesia punya potensi besar jika fokus melakukan riset dan mengembangkan SDM yang ada.

"Kita sudah sampai di titik di mana kita bisa mendesain material sesuai kebutuhan, bukan sekadar memakai apa yang ada. Tapi semua itu butuh orang-orang yang bisa berpikir lintas bidang, kreatif, dan punya ruang untuk berkembang," jelasnya.

Ia juga menyinggung soal era baru material. Di mana material buatan kini sudah bisa dirancang bahkan sampai tingkat atom. Kepada ribuan ilmuwan yang menyaksikan paparannya ia berpesan agar tidak berhenti melakukan riset, meskipun awalnya iseng.

"Bekerjalah keras, tetap penasaran, dan cintai apa yang kamu kerjakan. Temuan besar sering lahir dari eksperimen iseng yang dilakukan dengan rasa ingin tahu," katanya.

Schmidt Beri 4 Kunci Sukses dalam Riset

Adapun Schmidt memaparkan empat kunci sebuah negara bisa sukses dalam riset. Pertama adalah membina ekosistem riset tanpa hambatan.

Menurutnya, jarak antara lembaga riset, industri dan universitas mesti pendek. Sehingga ketiga pihak tersebut bisa saling berkolaborasi.

Kedua, Schmidt menyarankan pemerintah agar tidak memperketat kebijakan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Ia mencontohkan Stanford yang sumber pendapatannya tidak berasal dari royati tetapi karena bisa membangun ekosistem bisnis yang baik dengan industri.

Ketiga yakni komitmen agar investasi dilakukan dalam jangka panjang. Contoh negara yang berprinsip ini adalah Singapura.

"Singapura, contoh negara yang berhasil meningkatkan GDP tanpa sumber daya alam, tapi konsisten berinvestasi pada riset dan teknologi selama 40 tahun," katanya.

Terakhir yaitu kebebasan peneliti. Kebebasan berinovasi ini merupakan investasi penting agar lahir terobosan-terobosan terbaru.




(cyu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads