.webp)
Gim Roblox saat ini ramai dibicarakan setelah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti melarang anak-anak memainkan gim tersebut. Larangan ini ia lontarkan lantaran gim tersebut dinilai mengandung kekerasan.
Terbaru, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan gim ini tidak lepas dari peluang pemblokiran oleh Pemerintah. Menurutnya, hal ini bisa dilakukan jika sudah melewati batas.
"Kalau memang kita merasa sudah melewati batas ya apa yang ditampilkan di situ mempengaruhi perilaku dari adik-adik kita ya tidak menutup kemungkinan kita mau melindungi generasi kita. Nggak ragu-ragu juga kita kalau itu memang mengandung unsur-unsur kekerasan ya kita tutup," kata Prasetyo Hadi kepada awak media di Istana Kepresidenan Jakarta pada Selasa (5/8/2025), dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum mengungkap kemungkinan pemblokiran Roblox, ia juga mengatakan ini bukan perkara Roblox-nya. Ia menyebut setiap rakyat Indonesia memiliki tanggung jawab moral dalam menghindari unsur negatif bagi generasi muda. Unsur ini termasuk yang bisa mendorong kebencian atau pertikaian.
"Jadi bukan perkara Robloxnya. Apa pun itu kita coba berusaha melindungi diri kita semua, bangsa kita, terutama generasi-generasi muda," ujarnya
"Kita harus betul-betul mencoba mengurangi hal-hal yg bisa menumbuhkan sesuatu yang kurang baik bagi yang menonton, terutama bagi generasi muda-muda kita," kata dia.
Prasetyo mengatakan,pihaknya juga sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Komunikasi Digital (Komdigi). Prasetyo Hadi mengatakan Komdigi setiap hari melakukan evaluasi terhadap seluruh stasiun TV dan media sosial untuk melihat gim yang mengandung unsur-unsur negatif.
"Perilaku-perilaku yang jauh dari perilaku bangsa,"ujarnya.
Dilarang Mendikdasmen
Sebelumnya, Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyampaikan larangan bermain gim Roblox saat ia meninjau pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SDN Cideng 02 Pagi, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025).
Mendikdasmen menjelaskan tingkat intelektualitas siswa SD masih belum dapat membedakan mana adegan yang nyata dan rekayasa. Dikarenakan anak SD bisa menjadi peniru ulung, maka mereka berpotensi melakukan tindakan kekerasan di dunia nyata seperti yang mereka saksikan dalam game.
"Misalnya mohon maaf ya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di game. Kalau dia main dengan temennya, kemudian temennya dibanting, kan jadi masalah," kata Mu'ti di SDN Cideng 02.
(nir/nah)
