Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Arifatul Choiri Fauzi beri pandangan terkait banyaknya anak-anak yang bermain gim Roblox. Menurutnya orang tua (ortu) punya peran penting dalam hal pengawasan.
"Ini kan harus ada pengawasan dari orang tua juga ya, jadi pola asuh dalam keluarga (harus diperhatikan)," tutur Arifatul kepada wartawan usai acara Pembukaan PKKMB UI di Gedung Balairung Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Selasa (5/8/2025).
Lebih lanjut, Arifatul menilai jenis pola asuh anak sangat penting dalam sebuah keluarga. Di masa kini, keluarga dalam hal ini orang tua harus mampu mengawasi anak-anak mereka dalam menggunakan gawai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arifatul mengaku setiap kunjungan ke daerah pihaknya selalu melakukan sosialisasi penggunaan gadget pada anak kepada keluarga. Dari sosialisasi yang berkelanjutan, ia berharap terbangunnya pola asuh yang tidak berfokus pada gadget.
"Setiap saya turun ke daerah, pasti kita akan mengingatkan untuk keluarga agar bisa membangun pola asuh dalam keluarga yang tidak berfokus pada gadget," urainya.
Gim yang Dilarang Mendikdasmen
Roblox merupakan gim berupa platform permainan daring yang memungkinkan pengguna membangun hingga memonetisasi gim mereka sendiri. Dalam laman resminya, Roblox mengklaim gimnya aman dimainkan bagi anak usia 4 tahun ke atas.
Mengutip arsip detikEdu, Roblox memang diketahui memiliki fitur yang memungkinkan orang tua mengawasi akun pengguna di bawah 13 tahun. Namun meskipun fitur itu sudah tersedia, ditemukan orang dewasa dan anak-anak masih bisa berinteraksi dengan bebas.
Di ruang virtual itu, mereka bisa dengan mudah berinteraksi di ruang tanpa verifikasi usia atau pemisahan yang efektif. Ketika bermain Roblox, pengguna digambarkan dengan avatar kotak atau kartun. Avatar ini mampu berlari, melompat, dan berguling-guling, bahkan melakukan aksi-aksi lain.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) menaruh perhatian pada murid yang menyebutkan dirinya suka bermain Roblox saat acara Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SDN Cideng 02 Pagi Jakarta Pusat.
Ketika mendengar hal itu, Mu'ti melarang murid bermain game itu karena menurutnya tidak baik.
"Tadi yang blok, blok tadi itu jangan main yang itu karena itu tidak baik ya," kata Mu'ti.
Menteri Mu'ti menilai, tingkat intelektualitas anak SD belum mampu membedakan mana adegan nyata dan rekayasa. Anak SD mampu meniru apa yang mereka lihat, sehingga praktik kekerasan yang ada di berbagai gim mampu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak.
"Misalnya mohon maaf ya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa orang dibanting di game. Kalau dia main dengan temennya, kemudian temennya dibanting, kan jadi masalah," jelasnya lebih lanjut.
Sama seperti Menteri PPPA, Mandikdasmen juga menyebut orang tua punya peran kontrol yang sangat penting terhadap kehidupan anak di dalam gim. Mu'ti berpesan agar orang tua perlu mendampingi anak ketika menggunakan gawai.
"Dampingi (anak saat bermain gawai), harus kita pandu supaya yang diakses adalah yang bermanfaat dan mereka dapat menggunakannya untuk kepentingan-kepentingan yang bersifat edukatif dan bermanfaat," pesan Mu'ti.
(det/nah)