Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti melarang anak-anak bermain Roblox. Larangan ini lantaran adanya adegan kekerasan pada gim tersebut.
Hal tersebut disampaikan Mu'ti saat memantau program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di SDN Cideng 02 Pagi, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (4/8/2025).
"Main HP boleh, tapi tidak boleh lama-lama ya. Tidak boleh menonton yang (menampilkan) kekerasan, yang di situ ada berantemnya, di situ ada kata-kata yang jelek jangan nonton," kata Mu'ti di depan murid pada acara Kick-Off CKG.
"Tadi yang blok, blok tadi itu jangan main yang itu karena itu tidak baik ya," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman resminya, Roblox mengklaim gimnya aman dimainkan anak usia 4+. Pihak Roblox menggarisbawahi, gim ini terus dikembangkan untuk mendukung pemain, termasuk anak-anak.
"Kami sangat menghargai masukan dari komunitas seiring kami terus mengembangkan Roblox menjadi platform yang akan membangkitkan imajinasi anak-anak dan mereka yang berjiwa muda," tulis Roblox Corporation.
Pencipta Roblox
David Baszucki mengembangkan Roblox bersama Erik Cassel pada 2003. Baszucki merupakan mahasiswa Teknik Elektro Stanford University, AS.
Semasa kuliah, Baszucki melanjutkan hobinya memprogram software. Empat tahun usai lulus kuliah, ia dan saudaranya, Greg, mendirikan laboratorium simulasi fisika untuk mahasiswa bernama Interactive Physics.
Para mahasiswa rupanya tidak hanya menggunakan software ini untuk mengerjakan, tetapi membuat simulasi sendiri. Dari situ, ia menyadari aplikasinya bisa jadi semacam metaverse sendiri. Dari situ, ide membuat Roblox berkembang.
Pada 2003, Baszucki mulai membuat purwarupa Roblox bersama mendiang Erik Cassel. Mereka bertemu di Interactive Physics, dengan Cassel memimpin divisi teknik.
Dikutip dari laman kampusnya, Cassel sendiri lulusan Departemen Ilmu Fisika Cornell University. Saat kuliah, ia mengembangkan software analisis data pertama yang digunakan dalam eksperimen laboratorium fisika pengantar di departemennya.
Tak hanya itu, Cassel juga membuat proyek perkuliahan inovatif yang mengintegrasikan konten fisika dengan grafis komputer. Proyek-proyeknya bantu Cassel merintis karier sebagai software engineer di Interactive Physics.
Baszucki dan Cassel lalu membangun Roblox lengkap dengan sistem sosial pertemanan di dalam gim dan mata uang Robux. Namun, Roblox berbeda dengan The Sims dan Second Life dikembangkan untuk remaja yang lebih tua dan orang dewasa.
Desainer gim dan profesor ilmu komputer Washington University in St Louis, Ian Bogost, menilai Roblox juga berbeda dengan Minecraft yang dibuat untuk anak-anak, tetapi lebih seperti video game saja ketimbang platform.
"Saya rasa (Roblox) hal yang berbeda di dunia (gim) ini," ucapnya.
Desain Roblox
Baszucki dan Cassel mendesain agar pengguna situs bisa membuat gim sendiri di dalam platformnya. Saat ini, ada jutaan gim pada katalog Roblox.
"Kami ingin game ini sangat mudah dibuat oleh pengguna," kata Baszucki.
Per 2020, Roblox Corporation memperkirakan 75 persen anak-anak usia 9-12 tahun di AS sudah punya akun Roblox. Hampir setengah dari 54 juta pengakses Roblox sendiri per harinya merupakan anak di bawah usia 13 tahun.
Kontroversi Roblox
Roblox menghadapi kontroversi lantaran beberapa pengembang dinilai menggunakan taktik predator agar menghabiskan uang orang tua untuk pembelian dalam aplikasi gim (in-app purchase).
Di samping itu, anak-anak yang bercita-cita kaya dari mengembangkan gim di platform Roblox dinilai terjebak eksploitasi. Sebab, uang yang diperoleh dari membuat gim juga harus dibagi dengan Roblox.
Uang hasil gim tersebut baru dapat dikonversi jadi dolar AS dan ditarik jika sudah mencapai minimal 50 ribu Robux. Mekanisme ini memuat kanal video YouTube People Make Games menilai Roblox mendapat keuntungan dari pekerja di bawah umur, dilansir Stanford Magazine.
Gim Kekerasan dan Tidak Pantas
Baszucki dan Cassel mendesain agar konten gim yang dibuat pengguna dilarang menggambarkan dunia politisi nyata, semua kata kasar, dan semua hubungan asmara, termasuk berpegangan tangan.
Namun, Roblox juga menuai kritik lantaran penggunanya dapat membuat gim kekerasan. Beberapa gim tidak pantas di Roblox antara lain role-playing Nazi, simulasi klub striptis, dan reka ulang penembakan massal.
Ester Tok, mahasiswa Stanford University angkatan lulus 2025, mengatakan ia mendapati gim-gim offensive dan penipuan di Roblox saat masih SMP. Namun, ia ragu apakah pembuat gim itu benar-benar berniat jahat.
"Saya pikir sering kali itu hanya sekelompok anak muda yang mencoba bersikap provokatif," kata Tok.
Lantaran masalah konten yang dihadapi Roblox, platform review media berbasis usia Common Sense Media menilai Roblox kini cocok digunakan untuk anak usia 13+ dengan fitur pembatasan akun dan pengawasan orang tua.
Menteri Mu'ti Larang Anak Main Roblox
Pada momen Kick Off CKG, Menteri Mu'ti semula menanyakan apakah murid suka dan kerap main ponsel. Di antaranya menyahut suka bermain Roblox.
Mu'ti mengatakan main ponsel bukan perbuatan yang salah, asalkan tidak terlalu lama dan tidak mengandung konten kekerasan. Mendengar ada murid yang bermain Roblox, Mu'ti melarangnya karena menurutnya mengandung adegan kekerasan.
Mu'ti menjelaskan, larangannya muncul lantaran tingkat intelektualitas anak usia SD belum mampu membedakan antara adegan nyata dan rekayasa. Anak usia AD yang merupakan peniru ulung karena itu jadi rentan melakukan hal yang mereka lihat di dalam game.
"Dengan tingkat kemampuan mereka yang memang masih belum cukup itu, kadang-kadang mereka meniru apa yang mereka lihat. Sehingga karena itu kadang-kadang praktek kekerasan yang ada di berbagai game itu memicu kekerasan di kehidupan sehari-hari anak-anak," ucap Mu'ti.
"Misalnya, mohon maaf ya, kalau di game itu dibanting, itu kan tidak apa-apa 'orang' dibanting di game. Kalau dia main dengan temennya, kemudian temennya dibanting, kan jadi masalah," sambungnya.
Pada momen yang sama, ia meminta adanya pengawasan pada anak agar tayangan dan gim yang dimainkan aman untuk anak.
(twu/nwk)