Sering Kesepian? Dosen Psikolog Unair: Hati-hati, Bisa Berdampak ke Sakit Fisik!

ADVERTISEMENT

Sering Kesepian? Dosen Psikolog Unair: Hati-hati, Bisa Berdampak ke Sakit Fisik!

Nikita Rosa - detikEdu
Minggu, 03 Agu 2025 20:00 WIB
Wide shot young adult asian loneliness sad man sitting on the floor in bedroom leaning on bed and cry. Broken heart despair man sitting on the floor listening music from headphone alone.
Foto: iStock/CandyRetriever/Ilustrasi kesepian
Jakarta -

Tak sedikit individu yang merasa terpisah dari individu lain atau kesepian. Selain tidak nyaman, kesepian juga dapat menyebabkan sakit fisik.

Dosen Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Tiara Diah Sosialita SPsi MPsi Psikolog, mengungkapkan jika kesepian bisa berdampak fatal, tetapi jika berlangsung dalam jangka waktu lama atau bersifat kronis. Menurutnya, dampak kesepian bisa setara dengan merokok 15 batang dalam sehari

"Kesepian kronis yang dirasakan terus-menerus dan intens itu bisa berdampak pada banyak sekali risiko-risiko kesehatan mental, bahkan kematian. Ada studi yang menyimpulkan kalau kesepian itu punya dampak terhadap kesehatan yang setara dengan ketika seseorang merokok 15 batang sehari," ujarnya dalam laman Unair, dikutip Minggu (3/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak Kesepian pada Fisik

Dalam perspektif psikologi, kesepian adalah perasaan tidak terpenuhinya kebutuhan akan hubungan sosial yang bermakna, akibat adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan dalam interaksi sosial. Individu yang menghadapi kesepian akan merasa terisolasi, meskipun secara fisik terdapat orang lain yang menemani.

Kendati demikian, kesepian tidak termasuk dalam klasifikasi gangguan psikologis menurut standar formal Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Tiara mengatakan kesepian lebih dominan muncul sebagai gejala gangguan psikologis, seperti stres, kecemasan, gangguan kepribadian, dan gangguan stres pascatrauma.

ADVERTISEMENT

Sejatinya, kesepian hanya emosi alamiah manusia dalam menyikapi suatu kondisi. Namun, akan semakin parah jika individu tidak segera mengatasinya.

Dalam jangka panjang, kondisi kesepian kronis akan mendorong individu melakukan hal-hal negatif, termasuk mencelakai diri sendiri.

"Ketika kesepian kronis semakin intens akan muncul ide untuk bunuh diri. Kalau secara klinis hal ini sering terjadi pada remaja dan lansia karena ada faktor risiko perkembangan, baik secara kognitif, emosi, dan sosial, yang memang rawan," ungkapnya.

Tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan psikis, kesepian kronis juga berdampak pada kondisi fisik individu. Kesepian berisiko menaikkan tekanan darah serta penurunan daya tahan tubuh.

Hal ini merupakan alasan seseorang yang mengalami kesepian cenderung menjauhi pola hidup sehat, misalnya makan dan minum tidak teratur, jarang berolahraga, serta keseringan begadang.

Solusi Mengatasi Kesepian

Kemajuan teknologi komunikasi bisa menjadi solusi utama untuk mengatasi kesepian. Namun, Tiara menekankan jika teknologi komunikasi justru akan meningkatkan risiko kesepian jika penggunaannya tidak tepat.

"Media sosial itu bisa memperbaiki kondisi kesepian ketika memang digunakan secara tepat dan adaptif. Misal menggunakan fasilitas koneksi sosial, seperti komunitas yang dapat berbagi pengalaman atau sekadar curhat," jelasnya.

Individu yang mengalami kesepian dapat mencoba melakukan hal-hal praktis untuk mengatasi kondisi ini. Tiara menyarankan agar individu menjalin pertemanan yang berkualitas, saling timbal-balik dalam pertemanan, dan menyusun rutinitas harian yang lebih positif.

"Ketika sudah melakukan langkah-langkah praktis tersebut, tetapi kesepian yang dirasakan tidak membaik atau bahkan semakin parah, maka itu adalah tanda untuk mencari bantuan profesional dengan mendapatkan penanganan dari psikolog," pungkasnya.




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads