Tim mahasiswa Universitas Indonesia (UI) jadi satu-satunya wakil Asia Tenggara tembus Sony Future Filmmaker Awards (SFFA) 2025. Film mereka mengangkat dokumenter Suku Dayak Iban saat Ekskursi 2024.
Lewat karya film dokumenter Tanah Kitai (Our Land), yang merekam perjalanan Ekskursi 2024: Iban, karya tim mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik UI (FTUI) berhasil masuk shortlist kategori Non-Fiksi dalam kompetisi bergengsi Sony Future Filmmaker Awards 2025. Karya ini menjadi salah satu dari 30 film pilihan (shortlist) dari seluruh dunia dalam dalam kategori non-fiksi, demikian dalam keterangan rilis UI pada Jumat (13/6/2025) ditulis Sabtu (14/6/2025).
Shortlist Sony Future Filmmaker Awards 2025 dipilih dari lebih dari 11.750 film yang dikirim oleh lebih dari 7.500 pembuat film dari 158 negara dan wilayah. Tim mahasiswa FTUI ini tercatat sebagai partisipan termuda sekaligus satu-satunya perwakilan dari Asia Tenggara, serta menjadi wakil pertama dari Indonesia yang berhasil menembus ajang ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman resmi shortlist dilakukan pada beberapa waktu lalu melalui kanal Instagram resmi penyelenggara. Malam puncak penghargaan digelar pada 5 Juni 2025 di Los Angeles, dan seluruh peserta terpilih diundang untuk hadir langsung. Film Tanah Kitai (Our Land) berhasil masuk 10 besar dalam kategori Non-Fiksi.
Dua perwakilan tim, Shaquille Zaki Nathandra dan Quina Qaumitaquna Mirxela, menghadiri malam penghargaan plus berkesempatan merasakan pengalaman tak terlupakan di Sony Pictures Studios. Mereka mengikuti berbagai program intensif seperti lokakarya bersama para petinggi Sony, diskusi panel inspiratif, tur studio legendaris, pemutaran film pilihan, hingga sesi tanya jawab langsung dengan para profesional industri.
"Bisa membawa nama Indonesia dan Universitas Indonesia ke panggung dunia melalui film adalah suatu kebanggaan. Terpilih sebagai finalis non-fiksi pertama dari Asia Tenggara di Sony Future Filmmaker Awards menunjukkan bahwa karya anak muda dari Asia Tenggara juga mampu bersaing secara global.
Penghargaan ini menjadi pijakan awal untuk karier saya di dunia filmmaking dan kesempatan untuk terhubung dengan para profesional industri film internasional dan saya harap bisa menginspirasi lebih banyak filmmaker muda dari Indonesia," kata Shaquille.
Sementara Dekan FTUI Prof Kemas Ridwan Kurniawan, ST, MSc, PhD menyampaikan bahwa keberhasilan ini membuktikan bahwa karya anak muda Indonesia mampu bersaing dan menyuarakan hal-hal yang bermakna di tingkat dunia.
"Semoga ini menjadi awal dari perjalanan untuk terus berkarya dan bercerita, terutama mengangkat kisah-kisah lokal yang sering kali luput dari sorotan. Saya juga berharap, melalui eksposur yang didapatkan dari acara ini bahwa perjuangan masyarakat adat seperti suku Iban bukan hanya tentang mempertahankan tradisi, tetapi juga tentang mempertahankan hak atas tanah, identitas, dan masa depan mereka," tutur Prof Kemas.
Tanah Kitai (Our Land) merupakan film pendek bergaya dokumenter, bagian dari kegiatan Ekskursi 2024: Iban. Karya ini menceritakan tentang Suku Dayak Iban yang berada jauh di jantung hutan hujan Kalimantan. Suku Dayak Iban tumbuh sebagai komunitas tangguh yang terikat oleh hubungan sakral mereka dengan tanah, sungai, dan tradisi mereka yang telah lama dihormati.
Melalui perjuangan mereka, para pemuda suku Iban menemukan kekuatan dalam diri mereka dan identitas mereka dalam apa yang bukan hanya perjuangan untuk bertahan hidup, tetapi juga perjuangan untuk martabat dan pelestarian cara hidup yang dengan cepat menghilang.
Karya ini dilombakan dalam kategori non-fiksi yang terfokus pada dokumenter dengan pendekatan yang unik ke arah realita. Kategori ini dirancang untuk menyorot kisah nyata, isu sosial, budaya, atau lingkungan dengan cara yang orisinal dan mendalam.
Ekskursi merupakan program tahunan yang diselenggarakan oleh Departemen Arsitektur FTUI sebagai bagian dari komitmen pelestarian arsitektur vernakular di Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Dusun Sungai Pelaik, Desa Melemba, serta Dusun Sungai Utik, Desa Batu Lintang, Kalimantan Barat, pada Juli hingga Agustus 2024. Kedua lokasi ini merupakan pemukiman Suku Dayak Iban yang dikenal masih mempertahankan warisan budaya dan tradisi leluhur secara utuh.
(nwk/pal)