Juli mendatang menjadi babak baru bagi Fahmi Sirma Pelu. Pria asal Maluku ini akhirnya akan berangkat menuju Australia, setelah berhasil mengumpulkan 53 letter of acceptance (LoA).
Fahmi, sapaan akrabnya, akan menempuh studi magister Asian and Pacific Studies di Australian National University.
Kisahnya mengumpulkan puluhan LoA memang tak biasa. Terlebih, aplikasi yang dia buat seluruhnya disusun secara otodidak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau dihitung-hitung (menggarap semua aplikasi pendaftaran) dari Mei 2023 sampai akhir Desember 2023," ujar Fahmi kepada detikEdu (7/6/2024).
"Total yang kudapat itu sebagian besar dari Inggris dan Australia, tapi aku juga dapat dari Selandia Baru," imbuhnya.
Sekali mendaftar, Fahmi bisa mengirimkan surat aplikasi 2-3 kali. Pada 1-2 bulan pertama dia mengaku sudah mulai terbiasa karakter pendaftaran kampus-kampus di luar negeri, sehingga pada bulan keempat dan seterusnya sudah mulai nyaman dengan karakter pendaftaran kampus di berbagai negara.
"Bisa disimpulkan otodidak, jadi aku cari di internet dan bertanya juga ke saudara, teman-teman dan orang-orang lainnya yang pernah mendaftar," terangnya.
Apa yang Bikin Sulit Mendapatkan LoA?
Fahmi mengatakan, jurusan-jurusan yang dia ambil tidak hanya berkaitan dengan karier masa depannya dan ketersediaan para ahli. Dia turut menceritakan apa hal yang menyulitkannya dalam mendapatkan LoA.
"Waktu itu kupikir mereka menetapkan standar IPK. IPK itu cukup pas-pasan sebetulnya, cuma 3,02," ungkapnya. Sementara, sejumlah kampus menetapkan standar di atas 3.
"Itu mungkin bisa jadi satu syarat administrasi yang aku tidak lulus, harusnya ya," kata Fahmi.
Namun, standar IPK rupanya bukanlah hal mutlak untuk bisa memperoleh LoA. Berdasarkan pengalaman Fahmi, personal statement yang optimal menjadi bisa dipertimbangkan. Selain itu, kurikulum yang relevan juga turut menunjang.
LoA Paling Menantang
Fahmi mengaku aplikasi paling menantang untuk didapatkan adalah untuk yang keilmuannya jauh dari jurusannya saat S1. Jurusan yang dia maksud adalah magister Coastal and Marine Resource Management di University of Portsmouth.
"Itu kan jauh ya, dari disiplin keilmuan S1-ku, tapi aku mencoba untuk menerapkan pengalaman profesionalku selama di Banyuwangi waktu itu bekerja di akuakultur," terangnya.
Fahmi mencoba melihat persoalan kelautan di kampung halamannya berdasarkan pengalaman bekerja di Banyuwangi. Hal inilah yang kemudian menjadi dasarnya dalam menyusun personal statement.
"Aku pikir itu yang paling challenging karena aku perlu membaca lebih banyak lagi," sebutnya.
Sementara, LoA yang paling berkesan menurutnya adalah yang berasal dari University of Edinburgh karena kampus, jurusan, dan kotanya.
"Di awal itu enggak bisa daftar, University of Edinburgh itu menetapkan standar IPK 3,2, tapi, aku mencoba memaksimalkan di esai," katanya.
Apa Rahasia Personal Statement Fahmi?
Fahmi membeberkan rahasia personal statement yang dibuatnya. Pertama, dia menyebut memiliki kemampuan menyampaikan motivasi untuk kuliah di kampus yang dituju dan kelebihan diri.
"Selanjutnya selain itu kita perlu meriset di jurusan ini punya spesialisasi riset seperti apa. Apakah sejalan dengan motivasi kita atau rencana riset kita ke depannya," jabarnya.
"Ketika misalnya keinginan kita dan kemampuan universitas menampung riset kita ketemu, memperbesar kemungkinan kita diterima," lanjutnya.
Lulusan Bahasa dan Sastra Indonesia UGM ini dulunya menyusun skripsi dengan topik linguistik antropologi. Saat itu Fahmi meneliti pandangan masyarakat Hitu (asalnya) soal dunia melalui mantra-mantra.
Sementara, pada studi S2 Fahmi fokus pada bagaimana mengelola nilai-nilai dan kepercayaan yang dimiliki masyarakat adat untuk menghadapi tantangan di bidang sosial, politik, dan ekonomi.
Fahmi mendaftar ke berbagai kampus di luar negeri setelah proses seleksi LPDP berjalan.
"Aku udah lolos seleksi administrasi, baru aku mulai mendaftar kampus-kampus itu, Jadi target utamaku adalah aku akan dibiayai oleh LPDP," ujarnya.
"Enggak ada beasiswa lain yang kulamar karena kupikir LPDP adalah beasiswa yang difasilitasi oleh pemerintah secara langsung dan kupikir rencana kontribusi yang kubawa itu berkaitan langsung dengan masyarakat yang termarginalkan, terutama masyarakat adat," kata Fahmi.
Daftar 53 kampus yang menerima >>>>
Akan Dirikan Pusat Dokumentasi
Pada rencana kontribusi yang diajukan untuk melamar beasiswa LPDP, Fahmi menyebut akan mendirikan pusat dokumentasi di kampungnya.
"Kenapa itu penting, untuk memberdayakan masyarakat. Masyarakat tidak boleh ahistoris," ujarnya.
"Itu akan berpengaruh pada perumusan kebijakan di tingkat desa," katanya lagi.
Selain itu, Fahmi akan mendirikan komite penyelamatan dan revitalisasi bahasa daerah di kampung halamannya. Menurutnya, saat suatu bahasa hilang, maka akan hilang juga cara suatu masyarakat dalam melihat dunia.
Tak lupa, Fahmi menegaskan semua LoA yang dia dapatkan sifatnya gratis dalam beberapa skema.
"Pertama, si kampusnya itu emang enggak nerapin biaya pendaftaran aplikasi atau punya skema biaya pembebasan aplikasi," ungkap Fahmi
Pada skema yang pertama, pendaftar dapat meminta agar dibebaskan biaya aplikasi, misalnya karena kendala finansial. Selain itu, jika sudah memperoleh beasiswa LPDP atau lainnya, maka dapat dibebaskan biaya pendaftaran.
"Jadi semua yang aku dapetin itu enggak ada biaya satu pun," pungkasnya.
Kampus Apa Saja yang Menerima Fahmi?
Fahmi membeberkan kampus-kampus yang menerimanya. Berikut ini daftar ke-53 kampus tersebut:
- The University of Melbourne: Master of Arts and Cultural Management
- The University of Sydney: Master of Cultural Studies
- The University of New South Wales: Master of Environmental Management
- The University of New South Wales: Master of Journalism and Communication
- The University of Edinburgh: MSc Social Anthropology
- The Australian National University: Master of Asian and Pacific Studies
- The University of Manchester: MSc Global Development: Poverty and Inequality
- The University of Queensland: Master of Peace and Conflict Studies
- University of Bristol: MSc Human Geography: Society and Space
- The University of Auckland: Master of Indigenous Studies
- University of Glasgow: MSc Ancient Cultures
- University of Glasgow: MSc Creative Industries and Cultural Policy
- University of Southampton: MA Languages and Cultures
- University of Leeds: MSc Decolonial Thought and Social Theory
- Durham University: MA Socio-Cultural Anthropology
- The University of Sheffield: MA Language and Linguistics
- Queen Mary University of London: MA Linguistics
- Royal Melbourne Institute of Technology: Master of Urban Planning and Environment
- Newcastle University: MA World Politics and Popular Culture
- Macquarie University: Master of Public and Social Policy
- University of Bath: MRes Climate Change, Sustainability, and Society
- University of Liverpool: MA Housing and Community Planning
- University of Exeter: MA Magic and Occult Science
- Curtin University: Master of Indigenous Australian Cultural Studies
- The University of Newcastle: Master of Social Change and Development
- Cardiff University: MSc Sustainability Planning and Environmental Policy
- Deakin University: Master of Film and Television
- University of Otago: Master of International Development and Planning
- University of Waikato: MA Anthropology
- University of Aberdeen: MLitt Ethnology and Folklore
- Massey University: Master of Sustainable Development Goals
- Victoria University of Wellington: Master of Indigenous Studies
- University of Sussex: MA Anthropology of Development and Social Transformation
- University of Sussex: MA Social Anthropology
- University of Leicester: MA History: Local History
- Swinburne University of Technology: Master of Media and Communication
- University of Tasmania: Master of Protected Area Conservation
- Flinders University: Master of Sustainable Development
- University of South Australia: Master of Urban and Regional Planning
- Birkbeck University of London: MA Global History: Empire, States and Cultures
- Birkbeck University of London: MA Investigative Journalism
- Auckland University of Technology: Master of International Tourism Management
- Murdoch University: Master of Community Development
- Bangor University: MA Publishing and Book Culture
- Bangor University: MSc Conservation and Land Management
- SOAS University of London: MA Postcolonial Studies
- SOAS University of London: MA Social Anthropology
- Coventry University: MSc Agroecology, Water and Food Sovereignty
- Bond University: Master of Arts (Coursework)
- University of Portsmouth: MSc Coastal and Marine Resource Management
- University of Plymouth: MA Maritime History
- Goldsmiths University of London: MA Sociocultural Linguistics
- University of Westminster: MSc Transport Planning and Management.
(nah/nwk)